• Home
  • About
  • Disclosure
  • Achievement
  • Green Activity
    • Agriculture
    • Environment
    • Forestry
  • Random
    • Advertisement
    • Contest
    • Reportage
    • Review
    • Tip and Tutorial
    • Others

EVRINASP

Menghijaukan Bumi Melalui Tulisan

in Others

Ada Kenangan di Kue Putu

Last Updated on September 23, 2019 by evrinasp

Saya senang sekali ketika melihat ada penjual Kue Putu yang beredar di dekat rumah. Sudah lama sekali saya tidak menikmati kue tradisional Indonesia ini. Kue Putu merupakan makanan manis yang menjadi kenangan saya sejak kecil. Dulu penjual kue putu seingat saya menggunakan sebuah gerobak dari kayu, sedangkan penjual yang ada saat ini menggunakan sepeda dengan kaleng aluminium dilengkapi kaca etalase. Penjual yang ada di tempat saya juga tidak hanya menjual kue putu, dia juga membawa kue klepon untuk dijajakan bersama kue putu.

Masih dalam ingatan masa kecil, dulu ketika penjual kue putu datang, saya paling senang pada saat Bapak penjual meramu pembuatan kue. Saya memperhatikan setiap langkahnya mulai dari membuka laci kecil tempat tepung beras berada, kemudian memasukkan setengah tepung beras pada selongsong bambu berukuran, lalu ditambahkan gula aren dan dimasukkan kembali tepung berasnya. Bapak penjual kemudian meratakan adonan dengan alat yang dia punya lalu mendirikan kue pada uap yang keluar dari kaleng  kecil berisi rebusan air. Dia membuat lagi bahan yang sama dan mendirikan selongsong bambu kedua sambil menunggu kue pertama matang. Setelah matang, kue dilepas dengan dorongan alat berupa bambu kecil atau ujung sendok, lalu kue putu diletakkan pada secarik kertas dan diberikan taburan kelapa. Hmmm rasanya nikmat, manis dan gurih apalagi jika disantap pada saat panas. Maknyusss!

kue putu

Penjual Kue Putu sedang membuat kue putu

Kue Klepon

Dia juga menjual Kue Klepon

kue putu

Kue putu sedang di kukus dengan uap air

kue putu

Kue Putu sudah matang

Saya melihat kalau Bapak penjual kue ini tidak lagi menggunakan bambu untuk membentuk kue putu. Mungkin itu karena bambu-bambu kecil sudah jarang sekali ditemukan di daerah kami. Padahal tempat tinggal kami ini dulunya terkenal sebagai penghasil bambu. Tetapi karena semakin banyak jumlah pemukiman penduduk, maka vegetasi alami bambu mulai terkalahkan. Bambu boleh kalah, namun keberadaan kue putu tidak boleh kalah dengan perkembangan zaman. Kue Putu harus terus eksis karena ini merupakan warisan kuliner nusantara yang menjadi kenangan tersendiri bagi saya.

Kue putu

Menggunakan pipa ya?

Ada satu kenangan lagi mengenai Kue Putu ini. Dulu sekitar tahun 2006, saya dan beberapa orang teman kampus melakukan magang di daerah Kudus. Namanya anak muda, kami senang untuk menjelajah ke berbagai daerah. Saya ingat dulu kami melakukan wisata kuliner di daerah Yogyakarta. Teman saya Dita kemudian membawa kami ke suatu daerah di pinggir jalan yang menjual Kue Putu. Seingat saya saat itu malam sudah terlalu larut sekitar pukul 23.30 WIB. Namun kue putunya memang baru dijual pada malam hari sehingga wajar jika pada pukul tersebut Bapak penjual masih menjajakan kuenya.

Kami berempat menikmati Kue Putu yang sudah matang sambil melihat lalu-lalang jalanan Yogyakarta menjelang dini hari. Kue Putu yang kami nikmati saat itu memang lezat sekali, pantas saja Dita sampai “ngebela-belain” mengajak kami untuk mencoba kue putu ini. Rasa yang dimiliki tidak hanya manis dan gurih tetapi juga sangat wangi. Sayangnya waktu itu saya belum memiliki kamera digital sehingga tidak ada dokumentasi yang menyimpan Kue Putu maknyuss di jalanan Yogyakarta ini. O iya jangan tanya saya ya di Yogyakarta sebelah mana. Saya lupa dan waktu itu saya tidak hapal ada dengan daerahnya. Seingat saya, kami menikmati kue putu ini di pinggir jalan menggunakan alas tikar dekat dengan jembatan bercat putih.

kue putu

Bunyi khas penjual kue putu keluar dari sini

Terhadap hal-hal yang mengesankan tentu kita akan selalu mengingatnya, termasuk untuk kue putu ini. Bagi saya kue putu sangat khas tidak hanya dari proses pembuatan tetapi juga ciri khas yang dimiliki sang penjual. Masih ingat kan bunyi khas yang dimiliki penjual kue putu? Sebuah bunyi suara yang keluar dari bambu atau pipa yang nyaring bunyinya. Bunyi ini dihasilkan dari uap air panas, sehingga ketika bunyi tersebut dihasilkan, siapapun tau kalau penjual kue putu sudah datang.

Seperti sore tadi, akhirnya Bapak penjual kue putu datang lagi. Terimakasih ya Pak sudah ikut menjaga kelestarian kuliner asli Indonesia. Semangat terus untuk usahanya 😀

Filed Under: Others Tagged With: Kue Putu, kuliner, makanan manis

Previous Post: « Hari Kunjungan Perpustakaan
Next Post: Serba Praktis di Praktis Print »

Reader Interactions

Comments

  1. Tri sulistiyowati says

    September 17, 2015 at 7:00 pm

    Lha….depan rumahku masih sering ada yang lewat mb penjual putu kayak gini. Namanya putu bumbung….karena masih dari bambu. Formatnya juga masih pake gerobak dorong… Klo nggak salah 500 rupiah per potong mb harganya. Murah-meriah pokoknya…:-)

    Reply
    • evrinasp says

      September 17, 2015 at 10:28 pm

      di rumah ku sudah menggunakan sepeda gitu mbak, satunya seribu, soale wes jarang, kangen banget deh sama putu yang dulu

      Reply
  2. Hastira says

    September 17, 2015 at 7:58 pm

    ih, mbak aku juga suka banget putu nih, cuma sekarang agak jarang tukang putu jadi kangen

    Reply
    • evrinasp says

      September 17, 2015 at 10:26 pm

      berarti sama kita ya mbak, soale ditempat ku yo jarang mbak

      Reply
  3. Edi Padmono says

    September 18, 2015 at 4:23 am

    Koq jajananmu sama dg jajananku sih ev, jangan jangan kita sehati deh 😀

    Reply
    • evrinasp says

      September 21, 2015 at 8:41 pm

      untung sehati bukan ampela ya haha

      Reply
  4. gustyanita pratiwi says

    September 17, 2015 at 10:58 pm

    Klo pas ketemu gula di dalamnya serasa lidah dpt kejutan y ka

    Reply
    • evrinasp says

      September 17, 2015 at 11:07 pm

      iya betulll, apalagi gulanya bener2 gula aren, maknyesss

      Reply
  5. Dwi Puspita Nurmalinda says

    September 18, 2015 at 1:04 am

    aku jadi kange ama kue putu jadinya…sudah semakin langka disini mbak…jarang sekali aku menemukan penjual kue putu…

    Reply
    • evrinasp says

      September 21, 2015 at 8:35 pm

      waduh gawat nih, bumil kepingin kue putu hehe, di tempat saya juga sudah jarang mbak, ini aja belum lewat-lewat lagi

      Reply
  6. Lidya says

    September 18, 2015 at 2:14 am

    penjual kue putu yang suka mangkal deket indomart udah pindah nih, padahal enak banget. Kalau yang lewat kurang

    Reply
    • evrinasp says

      September 21, 2015 at 8:36 pm

      wah ternyata di bekasi masih banyak ya mbak, di tempat ku jarang

      Reply
  7. HM Zwan says

    September 18, 2015 at 2:34 am

    jadi kangen putu,alarmnya dari jauh udah bikin mengaduk2 hati pingin ngincipi hahaha..sayang,di Siak belum nemu >_<

    Reply
    • evrinasp says

      September 21, 2015 at 8:37 pm

      walahhh di iak gak ada juga ya? iya ini pedagang putu memang sudah jarang mbak, sangat langka

      Reply
  8. hendri hendriyana says

    September 18, 2015 at 9:46 am

    ini mah jajanan say waktu kecil, tapi sayang sekarang tukang kue putu sudah jarang ditempat saya mbak, malah banyak makanan yang katanya dari jepang seperti ramen.heuheu

    Reply
    • evrinasp says

      September 21, 2015 at 8:46 pm

      welehhhh jangan sampai hilang ditelan bumi ah, sayang banget nih kue putu makanan tradisional kita

      Reply
  9. Ceria Wisga says

    September 18, 2015 at 9:40 am

    Woow jajanan kesukanan mulai kecil ni mbak, sekarang masih ada yang lewat satu dua orang, per biji seribu rupiah, cemilan murmer bikin kenyang hehe

    Reply
    • evrinasp says

      September 21, 2015 at 8:44 pm

      betullll, iyah sekarang 1000an ya mbak, enak inih kenangan banget

      Reply
  10. Achmad Fazri says

    September 18, 2015 at 1:01 pm

    Salah satu kue yang mempunyai ciri khas suara tuuuuut
    Di tempat tinggal saya, sudah jarang sekali yang jual kue putu, padahal enak sekali. Waduh jualnya kuenya sampai tengah malem… kirain cuma siang sampai sore…

    Reply
    • evrinasp says

      September 21, 2015 at 8:48 pm

      itu kalau di Yogyakarta, kalo di tempat saya ya siang

      Reply
  11. mawi wijna says

    September 22, 2015 at 11:54 am

    Saya tinggal di Jogja. Perasaan akhir2 ini ya jarang tahu ada tukang putu lewat. Trakhir kali beli tahun 2012 klo nggak salah. 1 kue putu dihargai Rp 1200. Eh, jembatan putih yang dimaksud itu mungkin sekitar jembatan Gondolayu. Memang di sana jadi tempat nongkrong kalau malem.

    Reply
    • evrinasp says

      September 24, 2015 at 8:59 am

      hooo iya kali ya, soalnya sudah lupa juga lokasi di Yogyanya sebelah mana, wah kue putu termahal di sini masih 1000an kok

      Reply
  12. Sultan says

    September 28, 2015 at 1:53 am

    Kue putu termasuk salah satu makanan favorite sy. Kue klepon itu juga enak banget. Sy mah hampir semua kue tradisional pasti suka 🙂

    Reply
    • evrinasp says

      September 28, 2015 at 7:41 am

      wah sama kalo gitu ya, kemarin tukang kue putu bolak balik di depan rumah tapi belum beli lagi

      Reply
  13. maman says

    November 9, 2015 at 2:39 pm

    pedagang kue yang satu ini memiliki ciri khusus seperti suara kereta jaman dahulu

    Reply
    • evrinasp says

      November 10, 2015 at 12:58 pm

      betulll, sekarang sudah mulai jarang yang jualan

      Reply

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Primary Sidebar

evrina-profile

I am Evrina, an agriculture extension officer, blogger, and hiker.

More about me...

Categories

  • Advertisement
  • Agriculture
  • Contest
  • Environment
  • Forestry
  • Others
  • Reportage
  • Review
  • Tip and Tutorial

Eco Blog 2024

Evventure Blog

Download Aplikasi Kios Gapoktan

kios gapoktan

Archives

2025

  • – May (1)
    • Step by Step Mengikuti Uji Kompetensi (Ujikom) Penyuluh Pertanian (Pengalaman Tahap 1 Tahun 2024)

2024

  • + September (1)
  • + June (1)
  • + March (2)
  • + January (1)

2023

  • + December (2)
  • + November (1)
  • + October (2)
  • + September (3)
  • + July (2)

2022

  • + December (1)
  • + November (1)
  • + September (1)
  • + June (2)
  • + March (3)
  • + January (1)

2021

  • + December (4)
  • + November (1)
  • + October (2)
  • + September (1)
  • + August (4)
  • + July (4)
  • + June (4)
  • + April (2)
  • + March (2)
  • + February (2)

2020

  • + December (2)
  • + October (3)
  • + September (3)
  • + August (2)
  • + July (2)
  • + June (2)
  • + May (6)
  • + April (3)
  • + March (1)
  • + February (1)
  • + January (2)

2019

  • + November (2)
  • + October (5)
  • + September (6)
  • + August (4)
  • + July (1)
  • + June (2)
  • + May (1)
  • + March (3)
  • + February (3)
  • + January (2)

2018

  • + December (4)
  • + November (2)
  • + October (4)
  • + September (6)
  • + August (3)
  • + July (2)
  • + June (3)
  • + May (2)
  • + April (3)
  • + March (5)
  • + February (4)
  • + January (5)

2017

  • + December (5)
  • + November (5)
  • + October (2)
  • + August (5)
  • + July (5)
  • + June (7)
  • + May (11)
  • + April (8)
  • + March (6)
  • + February (8)
  • + January (6)

2016

  • + December (8)
  • + November (10)
  • + October (8)
  • + September (13)
  • + August (9)
  • + July (5)
  • + June (9)
  • + May (4)
  • + April (10)
  • + March (9)
  • + February (15)
  • + January (8)

2015

  • + December (12)
  • + November (12)
  • + October (22)
  • + September (21)
  • + August (10)
  • + July (21)
  • + June (16)
  • + May (4)
  • + April (5)
  • + March (2)
  • + February (2)
  • + January (4)

2014

  • + December (3)
  • + November (1)
  • + October (4)
  • + September (2)
  • + August (2)

Quote

Man arafa bu’da safar istaadda. | Siapa yg tahu jauhnya perjalanan, harus bersiap dg baik

— #mahfuzhat

Footer

  • Facebook
  • Instagram
  • Twitter
  • YouTube

Copyright © 2025 · Market theme by Restored 316