Hari Kamis tanggal 3 Desember 2015 telah berlangsung acara Apresiasi Sumber Daya Genetik Pertanian di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian (BB BIOGEN) Kementerian Pertanian, Cimanggu, Bogor. Pada acara ini diperkenalkan beberapa inovasi teknologi yang sudah ditemukan oleh Kementerian Pertanian dalam memajukan pertanian Indonesia. Acara ini dibagi menjadi dua sesi yaitu seminar Apresiasi Sumber Daya Genetik Pertanian pertama dan kunjungan lapang di Taman Science Pertanian. Berikut adalah ulasan singkat mengenai kegiatan yang dilaksanakan selama sehari penuh itu pada sesi pertama.
Pengelolaan Sumberdaya Genetik Pertanian Di Indonesia
Materi pertama berjudul Pengelolaan Sumberdaya Genetik Pertanian Di Indonesia dibawakan oleh Bapak Sutoro dan Hakim Kurniawan, peneliti dari BB BIOGEN. BB Biogen melakukan berbagai macam aktivitas untuk menunjang kemajuan pertanian di Indonesia dalam lingkup Pengelolaan Sumber Daya Genetik (SDG) Pertanian yang mencakup ke dalam lima hal yaitu Inventarisasi dan Koleksi SDG Pertanian, Konservasi SDG, Karakterisasi dan Evaluasi SDG, Pemanfaatan SDG dan Dokumentasi. Upaya tersebut perlu dilakukan mengingat keanekaragaman hayati yang menjadi sumber daya genetik semakin hari keberadaannya semakin terancam punah. Ancaman ini terjadi karena perubahan pola konsumsi, alih fungsi lahan, perubahan iklim dan monokultur.
- Inventarisasi keaneka-ragaman hayati
Merupakan salah satu upaya yang perlu dilakukan untuk mendata bahan dasar guna memperbaiki kualitas dan kuantitas produksi pangan, pakan, obat-obatan dan energi. Selain itu upaya ini juga sebagai bahan dasar untuk merespon perubahan lingkungan dan memberi nilai estetika pada tanaman dan ternak. - Konservasi (pelestarian)
Bermanfaat untuk memelihara sumberdaya genetik (plasma nutfah) dengan tidak merubah susunan genetiknya. Upaya konservasi terbagi menjadi dua yaitu In situ atau on farm melalui peran masyarakat lokal, petani, kelompok tani dan Ex situ yang merupakan upaya konservasi di luar habitat aslinya untuk mencegah dari kepunahan. - Karakterisasi dan evaluasi SDG
Karakterisasi yang dilakukan meliputi karakterisasi morfo-agronomi dari tanaman, sedangkan evaluasi lebih kepada menganalisis sifat ketahanan terhadap cekaman biotik dan abiotik serta kandungan nutrisi. - Pemanfaatan SDG
SDG dapat dimanfaatkan sebagai plasma nutfah tanaman baik langsung atau tidak langsung. Secara tidak langsung plasma nutfah dimanfaatkan oleh para pemulia sebagai sumber gen. Pemanfaatan dapat dilakukan bila tersedia informasi karakteristik/sifat SDG - Dokumentasi Pengelolaan SDG
Dokumentasi merupakan upaya untuk mendata keanekaragaman SDG meliputi deskripsi dan manfaat dan memetakan sebaran SDG tanaman sehingga dapat dikelola lebih lanjut menjadi suatu varietas unggul melalui riset dan pemuliaan.
Perlu diketahui bahwa SDG memiliki indikasi geografis keunikan yang merupakan Hak Kekayaan Intelektual yang dapat dilindungi. Indikasi Geografis adalah hak kolektif yang mendapat perlindungan setelah terdaftar atas dasar permohonan yang diajukan untuk melindungi SDG yang menjadi khas suatu daerah. Contoh SDG dengan indikasi geografis adalah Kopi Kintamani di Bali, Kopi Gayo di Aceh dan Carica di Dieng.
Keragaman Genetik dan Potensi Komersialisasi Durian Nusantara
Materi kedua dibawakan oleh Bapak Panca Jarot Santoso yang mengupas lengkap mengenai pengembangan buah durian nusantara. Beliau menjelaskan bahwa potensi komersialisasi durian nusantara sangat besar untuk dikembangkan mengingat SDG durian yang kita miliki cukup beraneka ragam.
Peluang pasar durian dalam negeri cukup besar karena kelimpahan durian dari dalam negeri, Malaysia dan Thailand. Berikut adalah rasio kelimpahannya:
- Indonesia
Dengan penduduk berjumlah 240 jt; luas areal 69.000 ha; produksi buah durian sebesar 800.000 ton (2011). Maka rasio penduduk dengan jumlah durian adalah 1:3,3 (1 orang=3,3 kg durian) - Malaysia
Jumlah Penduduk 32 jt; luas areal 107.000 ha; produksi = 1.070.000 ton (2009) sehingga rasio penduduk dengan jumlah durian adalah 1:33,4 (1 orang=33,4 kg durian) - Thailand
Jumlah penduduk 60 jt, luas areal 153.600 ha; produksi = 1.536.000 ton (2008) maka rasio penduduk dengan jumlah durian = 1:25,6 (1 orang=25,6 kg durian).
Dari perbandingan di atas sudah terlihat jelas bahwa pasar durian di dalam negeri cukup terbuka lebar sehingga pengembangan dan penelitian masih harus terus dilakukan. Sedangkan peluang pasar ekspor sendiri juga terbuka lebar akibat munculnya kelompok ‘durian lover’ di dunia sebagai konsumen dan agen promosi, sehingga pasar akan terus tumbuh.
Pertanyaannya adalah apakah kita tidak memiliki durian yang berkualitas? Sebenarnya kita memiliki beberapa varietas durian yang berkualitas berasal dari Kalimantan dan Sumatera. Varietas durian dari Kalimantan berjumlah 20 spesies, dari Sumatera berjumlah 7 spesies, dimana spesies yang sudah terdaftar telah menjadi varietas berjumlah 93 varietas dan sisanya ada lagi beberapa spesies yang belum teridentifikasi.
Durian Indonesia tidak kalah dengan durian yang berasal dari luar negeri. Berikut adalah beberapa durian terbaik yang berasal dari Indonesia:
- Durian Namlung Petaling (Cumasi), berat 1,6-2 kg berharga 500-800 ribu, pemiliknya bisa mendapat hasil 36-40 juta/musim (1 pohon induk)
- Durian Pelangi manokwari, benih klonal dari pemiliknya berharga 5 juta/batang dan diburu kolektor dari banyak negara
- Durian Sotok Mas, benih pertama dilelang seharga 3,5 juta
- Durian Super Tembaga, berat 2-3 kg dihargai 500 ribu/buah
- Durian Si Bintang, berat 1,5 kg dihargai 400 ribu/buah
Agar durian nusantara dapat terus berkembang maka kegiatan eksplorasi harus terus dilakukan mengingat selera konsumen bisa saja berubah. Selain itu upaya eksplorasi bertujuan untuk melestarikan SDG durian serta mendapatkan varietas/klon yang lebih baik.
Dua pemateri telah memberikan paparannya mengenai materi yang berkisar tentang SDG pertanian. Acara kemudian berlanjut pada sesi tanya jawab dan ditutup dengam meriah pada siang hari. Selain mendapatkan ilmu, para peserta mendapatkan bingkisan berupa buku pertanian, VCD audio visual pertanian, benih padi Inpari, kerupuk dari hasil pangan lokal dan bibit tanaman. Kemudian acara dilanjutkan dengan kunjungan lapangan pada Balai Besar pasca Panen yang ada di seberangnya untuk melihat ruang agrosinema dan mengetahui kegiatan dan hasil pasca panen pertanian yang ada di BB Pasca Panen.
Sumber Informasi:
Sutoro dan H. Kurniawan. 2015. Pengelolaan SUmberdaya Genetik Pertanian di Indonesia. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian. Kementerian Pertanian Republik Indonesia. Disampaikan pada Apresiasi Sumberdaya Genetik Pertanian di Bogor, 3 Desember 2015.
Santoso, P. J. Keragaman Genetik dan Potensi Komersialisasi Durian Nusantara. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian. Kementerian Pertanian Republik Indonesia. Disampaikan pada Apresiasi Sumberdaya Genetik Pertanian di Bogor, 3 Desember 2015.
dani says
Wih kaya banget ya Ev kalo gw baca ini. Mestinya dari durian saja kita bisa bersaing sama Thailand misalkan. Kalo dikelola bener-bener serius bisa jadi salah satu penarik wisatawan ya…
evrinasp says
iyap betul sekali, durian kita gak kalah kok sama punyanya Thailand, cuma itu lahannya nih yang agak susah untuk budidaya, paling ya di Kalimantan tapi saingan sama sawit
momtraveler says
Indonesia tuh sebenernya kaya banget sumber daya alam ya mak apalagi pertaniannya moga2 pemerintah makin serius mengelola peetaniann.
Betewe…ternyata suren banyak jenisnya ya mak tp buatku semua sama…
Musuh bebuyutan hehehhe
evrinasp says
gak suka duren tah mbak? aku yo podo, nyium wangine wes puyeng
Linasasmita.com says
AaaAaaa duriaaan…. jika 1:3,3 seharusnya aku makan durian 3 buah sehari dong ya. Puas banget. ih penasaran sama durian pelangi manokwari seperti apa rasanya.
evrinasp says
aku tak tau rasanya mbak, soale kurang suka durian, tapi itu harganya selangit yah
Anggarani Ahliah Citra says
Duriaaaan…
Hihihiii
Aku suka. Tapi sekarang ga bisa makan banyak ih.
Harga benihnya mahal yah. Ah, aku beli yang siap makan aja deh.
evrinasp says
walah aku malah gak bisa makan durian, nyium baunya aja gak kuat
Lidha Maul says
saya masih nggak ngerti tentang SDG, apa itu artinya nggak semua tanaman bisa masuk SDG? kalau varietas durian yang disebutkan itu udah masuk SDG? apa hubungannya dengan HAKI selalu berkaitan dengan indikasi geografis?
*entah ini pertanyaan bodoh apa nggak, yang penting masuk komen*
evrinasp says
haduhhh, semua tanaman masuk SDG, semua aneka ragam tanaman, hewan itu sumber daya genetik, nah SDG itu masuk HAKI supaya tidak diakui negara lain alias asli berasal dari daratan Indonesia. indikasi geografis kaya carica itu tak bisa hidup di daerah lain so kita harus lindungi kekayaan SDG kita
Lidha Maul says
pertanyaan bodoh ternyata -__-
evrinasp says
lah aku gak bilang bodoh lho ya
muhammad mukhlis says
tanah air indonesia memang tanah yang jaya akan sumber penghasilannya, alangkah bangga nya kita indonesia 🙂
evrinasp says
yup betul sekali makanya kalo kita bisa mengelola dengan benar pasti bangsa ini akan makmur
Amir says
Untuk benih padi Mbak Ev, tahun kemarin saya nanam benih padi inpari, kalo sekarang jenis cipongga, mungkin macam macam benih padi yang ada di buat di IPB kayaknya ya Mbak, Ev ?
Kalo untuk durian, tetangga saya malah punya kebun durian, jadi pohonya gak tinggi tinggi banget, paling cuma 6 meteran, tapi 3 tahun sudah berbuah, dan buahnya lebih besar dari pada ukuran durian pada umumnya, dan rasanya lebih manis, kalo gak salah beli bibitnya di Banyumas dan harganya 1,25 jt/pohon
evrinasp says
Inpari dan Cipongga keluaran Balitbangtan, kalo IPB biasayany ada tulisan IPB 3s gitu, itu pohon durennya keren 3 tahun sudah berbuah, sesuai ya dengan harga bibitnya
febridwicahya says
Indonesia itu sebenernya kaya :’ tapi kenapa kelihatannya miskin ya :’
evrinasp says
karena kita tidak bisa mengelola sumber daya alam yang ada, terlalu tergiur dengan kekayaan