Sudah hampir empat bulan ini tidak ada aktivitas penanaman di Kelompok Tani Subur Jaya, Desa Cikarawang. Hal ini terjadi karena setu (danau) yang menjadi sumber irigasi teknis persawahan di Subur Jaya mengalami kekeringan. Tak hanya setu, sungai kecil yang bermuara di Sungai Ciapus juga turut menyusut debit airnya. Padahal sungai kecil ini menjadi andalan ketika setu sedang tidak bisa menyokong pengairan.
Sebagai pendamping kelompok yang berada di Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor ini, tentu saya merasa sangat sedih. Kondisi tersebut membuat para petani tidak memiliki pemasukan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari karena pada umumnya petani di Subur Jaya menggantungkan penghasilan mereka dari pertanian. Hanya beberapa orang petani saja yang kemudian dapat bertransformasi menjadi buruh bangunan ketika sedang tidak meladang.
Kesedihan saya semakin bertambah karena sawah yang sudah ditanami padi mulai bulan April lalu ternyata belum bisa memberikan hasil yang maksimal bahkan mengalami puso. Hal ini terjadi karena tanaman padi kekurangan air pada saat fase pembungaan dan pengisian bulir. Fase pembungaan dan pengisian bulir merupakan fase kritis yang sangat menentukan produktivitas padi. Sebagian petani kemudian dengan sangat terpaksa memanen padi lebih awal untuk menghindari kerugian meskipun hasilnya sangat tidak maksimal. Sebagian lagi pasrah dan membiarkan padi mereka begitu saja di sawah untuk kemudian digunakan sebagai pakan sapi.
Jauh hari sebelumnya telah dilakukan sosialisasi mengenai musim tanam. Musim tanam padi terbagi menjadi dua yaitu Ok-Mar alias Oktober-Maret sebagai musim hujan yang memungkinkan petani untuk melakukan penanaman secara intensif. Kemudian musim kedua yaitu A-Sep alias April-September yang ditandai sebagai musim kemarau. Pada musim ini petani masih dapat melakukan penanaman dengan memperhatikan ketersediaan air. Mereka disarankan menanam palawija saja yang membutuhkan air tidak terlalu banyak.
Kondisi yang dialami Subur Jaya bisa jadi disebabkan oleh ucapan beberapa masyarakatnya. Mereka pernah mengatakan bahwa air di Subur Jaya melimpah sehingga banyak yang sengaja membuang air karena terlalu banyak. Itu sebabnya mengapa kelompok ini disebut dengan nama Subur Jaya. Mereka menganggap musim kemarau masih dapat diatasi seperti tahun-tahun sebelumnya sehingga tetap melakukan penanaman padi walaupun terlambat dari jadwal yang direkomendasikan. Tetapi siapa sangka, musim kemarau akibat fenomena El Nino membuat setu yang menjadi andalan mengalami kekeringan. Penambak ikan mulai gusar karena sebagian ikannya tidak terselamatkan dan daerah yang dulu dianggap subur makmur berkat air yang melimpah kini pasrah dengan keadaan.
Air dan Pangan, Berbanding Lurus
El Nino adalah gejala alam yang memberikan efek kekeringan dalam jangka panjang. Gejala alam ini juga diperkuat oleh meningkatnya suhu yang membuat permukaan bumi menjadi panas dan kering. Menurut Jumin (2002) El Nino adalah arus laut atau angin yang bertiup secara berkala 5 atau 10 tahun sekali dan biasanya berada dekat pantai barat Amerika Selatan sampai Amerika Tengah. Arus ini adalah arus yang suhunya melebihi sekitarnya. El Nino mengakibatkan kemarau panjang, Indonesia pernah mengalami kondisi ini pada tahun 1997 lalu yang dikenal sebagai tahun asap karena terjadi kebakaran dimana-mana. Saat ini negara Indonesia kembali menghadapi tahun asap, kebakaran hutan terjadi di beberapa pulau baik disengaja maupun tidak disengaja.
El Nino telah menyebabkan kekeringan yang tentunya menurunkan produktivitas hasil pertanian, perikanan, peternakan maupun kehutanan. Semua sektor tersebut sangat membutuhkan air. Air menjadi suatu hal yang vital untuk mendukung sektor pertanian, peternakan, perikanan dan kehutanan dengan goalnya adalah terpenuhinya kebutuhan pangan. Untuk memenuhi kebutuhan pangan bahkan hingga terciptanya kondisi swasembada pangan, kebutuhan akan air juga perlu ditingkatkan. Simplenya adalah kebutuhan pangan meningkat maka kebutuhan air juga turut meningkat.
Dalam Laporan Perkembangan Air Dunia PBB yang diluncurkan bersamaan dengan acara Forum Air Dunia di Marseille, disebutkan bahwa dunia perlu melakukan perubahan radikal mengenai cara pengelolaan sumber daya air agar bisa memenuhi kebutuhan masyarakat pada masa mendatang. Laporan tersebut menyatakan bahwa pada tahun 2050 permintaan pangan dunia akan naik sebesar 70% dan menyebabkan kebutuhan air untuk pertanian melonjak sebesar 19%. Saat ini sebanyak 70% air tawar (freshwater) sudah digunakan untuk kebutuhan pertanian (Lemhanas RI, 2013). Hal ini menunjukkan bahwa air dan pangan berbanding lurus, karena untuk menjawab terwujudnya ketahanan pangan maka semakin besar pula tantangan bagi penyediaan air.
Lalu bagaimanakah peran air terhadap keberlangsungan makhluk hidup? Air merupakan sesuatu hal yang sangat vital bagi makhluk hidup. Tanpa air, kehidupan di muka bumi ini mungkin tidak akan berjalan.
Air Sebagai Kebutuhan Vital Makhluk Hidup
Makhluk hidup yang ada di muka bumi sangat membutuhkan air. Kondisi ini menuntut air menjadi suatu kebutuhan yang sangat vital. Manusia sudah sangat tergantung dengan air sejak dalam kandungan. Tumbuhan dapat berkecambah menjadi bibit apabila benih mengalami proses imbibisi yang membuat air terserap ke dalam benih. Kemudian hewan juga sama, membutuhkan air untuk menopang kebutuhan pangannya.
Menurut Ikrar (2013), dalam ilmu biologi manusia disebutkan bahwa air sangat penting untuk fungsi setiap sel dan sistem organ dalam tubuh manusia. Air membentuk lebih dari 2/3 berat tubuh manusia. Sebagai perbandingan: 75 persen komposisi otak adalah air, 83 persen air dalam darah, 22 persen pada tulang, 75 persen air yang membentuk otot, dan bahkan 90 persen paru-paru berasal dari air. Selain itu, air juga memberikan peran penting lainnya bagi tubuh yaitu berperan dalam filtrasi produk limbah tubuh pada ginjal, membentuk cairan sendi dan tulang sebagai bantalan bagi persendian, membantu penyerapan nutrisi pada usus dan mengatur metabolisme.
Air yang menjadi kebutuhan vital makhluk hidup ini jumlahnya tidak pernah berkurang. Kuantitas air akan tetap sama dan bergerak melalui siklus bernama siklus hidrologi. Siklus ini memungkinkan air tetap tersedia baik di daratan maupun lautan. Hanya saja kualitasnya sudah mulai berkurang. Berikut ini adalah gambaran siklus hidrologi:
Jumlah air yang terdapat pada bumi diperkirakan sebesar 332,5 juta mil kubik dimana 97 persen terdapat di lautan sebagai air asin. Dari total 3 persen air tawar, sebanyak 68 persen berbentuk salju di kedua kutub dan puncak gunung, 30 persen lainnya sebagai air tanah dan sebanyak 1,3 persen sebagai air permukaan dan juga air tawar lainnya (USGS, 2015).
Lalu air yang ada di permukaan bumi ini digunakan untuk apa saja ya dan sebenarnya berapa banyak air bersih yang kita gunakan sehari-hari?.
Pemakaian Air
Hasil survey yang dilakukan oleh Direktorat Pengembangan Air Minum, Ditjen Cipta Karya pada tahun 2006 menunjukkan bahwa setiap orang Indonesia mengkonsumsi air rata-rata sebanyak 144 liter per hari (setara dengan 8 botol galon air kemasan). Dari sejumlah tersebut pemakaian terbesar adalah untuk keperluan mandi yaitu sebesar 65 liter per orang per hari atau sekitar 45% dari total pemakaian air (Dirjen Cipta Karya, 2007). Meskipun begitu, ternyata pemakaian air harian per orang di Indonesia yang tinggal di kota besar dapat mencapai 250 liter atau setara dengan 13 botol galon air kemasan (Sulistyoweni Widanarko dalam jdfi.co.id, 2004).
Departemen Kesehatan (sekarang disebut sebagai Kementerian Kesehatan) pada tahun 1995 telah menetapkan standar kebutuhan air bersih dengan satuan liter/orang/hari. Standar tersebut menetapkan bahwa masing-masing orang membutuhkan air bersih sebanyak 150 liter per hari untuk kebutuhan hidupnya. Sedangkan Departeman Pekerjaan Umum (sekarang disebut sebagai Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat) satu tahun sebelumnya sudah menetapkan standar kebutuhan air berdasarkan tata ruang yang jumlahnya jauh lebih kecil yaitu sebanyak 126,9 liter per orang per hari. Berikut ini adalah perbandingan tabel kebutuhan air bersih dari dua departemen:
Banyak juga ya jumlah air yang kita butuhkan setiap hari. Bayangkan apabila kita tidak memiliki akses terhadap air bersih, sementara setiap harinya kita membutuhkan air bersih sebanyak 144-150 liter per hari.
Sayangnya berdasarkan laporan dari Tim MDG Indonesia pada tahun 2006 diketahui hanya ada 16 provinsi atau kurang lebih 50% dari provinsi di Indonesia yang penduduknya telah memiliki akses pada sumber air terlindungi. Terlindungi dalam arti bebas dari kontaminasi baik hewan ataupun cemaran limbah dari manusia itu sendiri. Sedangkan pada tahun 2010 baru sekitar 47,71% penduduk diketahui baru memiliki akses pada air bersih (Lemhanas RI, 2013).
Saya jadi teringat dengan kondisi Desa Pasir Jambu, Kecamatan Tanggeung di Cianjur Selatan. Di sana merupakan daerah asal suami saya dan hingga saat ini keluarga besarnya masih menetap di sana. Pada kondisi normal, masyarakat di sana memanfaatkan mata air untuk memenuhi kebutuhan air bersih sehari-hari. Air bersih ini dialirkan melalui pipa maupun selang dari suatu kolam atau cekungan yang terdapat mata air. Sayangnya tidak semua kolam atau cekungan tersebut hygienist karena disitu juga masyarakat memelihara ikan atau mengakses air secara langsung untuk membersihkan diri. Akibat pemakaian air secara massal tersebut, beberapa orang warga di Pasir Jambu mengalami gatal-gatal, kulit berwarna merah mengelupas yang disinyalir berasal dari air yang digunakan. Kejadian ini saya temukan ketika pada bulan Juli 2015 lalu kami sekeluarga mudik lebaran ke Desa Pasir Jambu.
Sumber daya air selain merupakan kebutuhan vital manusia juga memiliki fungsi lainnya seperti fungsi ekonomi, sosial dan lingkungan hidup. Bagaimana jika sumberdaya air sedang berada pada kondisi ekstrim yaitu kekurangan yang menyebabkan kekeringan?
Air, Apabila Kondisinya Kekurangan
Saya menggunakan air tanah melalui sumur untuk memenuhi kebutuhan air sehari-hari. Lingkungan di sekitar rumah yang masih banyak ruang terbuka hijau memungkinkan air tanah tetap ada walaupun sedang dilanda kemarau panjang. Kebetulan saya tinggal di sebuah kampung yang belum memungkinkan pemasangan instalasi pipa PDAM karena memang cukup jauh dari pusat kota.
Pada kondisi normal, mesin air yang terpasang akan mati secara otomatis jika air pada toren sudah penuh. Tetapi sejak beberapa bulan ini saya hanya bisa menyalakan mesin pada pagi hari atau sore hari saja karena air tanah pada sumur mulai menyusut. Berdasarkan literature yang pernah saya baca, kondisi tersebut sudah termasuk dalam krisis air lho karena tanda-tanda cadangan air tanah mulai berkurang. Kalau di tempat saya yang berada di hilir ini sudah mulai mengalami krisis air bagaimana dengan hulunya?
Sebagai contoh, beberapa sumur warga di Subur Jaya yang lokasinya tidak berada di hulu sungai, melainkan di tengah dekat dengan Sungai Ciapus sudah sejak lama mengalami kekeringan. Para warga kemudian mengandalkan air sungai dan mata air yang belum tentu hygienist untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Ketika saya sedang berkunjung ke kelompok, saya sering melihat beberapa ibu dan anak-anak membawa pakaian untuk dicuci di sungai, ada juga yang sengaja membawa beberapa dirigen untuk mengambil air dari mata air yang tersisa di dekat sungai. Jarak antara rumah ke sungai juga cukup jauh, mereka harus melalui medan yang menanjak serta menurun. Sungguh, menjadi sebuah perjuangan untuk memenuhi kebutuhan air saja. Kini debit mata air yang menjadi andalan juga sudah mulai berkurang sehingga mereka mulai mencari alternatif sumber air lainnya.
Tahukah kamu bahwa kondisi tersebut termasuk dalam kemiskinan air atau water poverty?
Menurut Lawrence, et al. (2003) dalam Marganingrum, et al. (2011) kemiskinan air dapat diartikan sebagai kekurangan terhadap pemenuhan kebutuhan akan air untuk keperluan sehari-hari. Masyarakat dikatakan miskin air apabila ketersediaan air tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dasarnya. Mereka harus berjalan jauh untuk mendapatkan air, atau meskipun dekat namun ketersediannya terbatas karena berbagai alasan. Masyarakat dapat juga dikatakan miskin air karena rendahnya pendapatan sehingga tidak mampu membayar air yang harus dibeli.
Ketersediaan air bersih memang berkorelasi dengan kualitas hidup masyarakat karena mempengaruhi kesehatan. Tanpa air bersih maka kita mudah terserang berbagai macam penyakit khususnya diare. Belum lagi wabah penyakit lain yang ditularkan melalui air seperti penyakit kulit atau penyakit lainnya.
Tidak hanya mempengaruhi kesehatan, ternyata air juga memiliki kekuatan yang sangat besar seperti yang disampaikan oleh Diplomat Air berikut ini (Agustaman, 2013):
Dari segi perekonomian, kondisi kekurangan air akibat kemarau panjang sudah jelas memberikan dampak yang buruk. Dalam catatan terakhir Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebutkan bahwa kekeringan telah melanda 12 provinsi, 77 kabupaten atau kota dan 526 kecamatan. Hingga bulan Juli 2015 dilaporkan bahwa sekitar 111.000 hektar sawah mengalami kekeringan, sebanyak 222.847 hektar sawah irigasi berpotensi kekeringan dan akan kehilangan panen lebih dari 1 juta ton (Pilar Pertanian, 2015).
Belum lagi persoalan sosial budaya serta kelangsungan lingkungan hidup. Kemarau panjang dan tidak tersedianya air menyebabkan terjadinya bencana yang kini sedang melanda beberapa wilayah di Indonesia yaitu darurat asap.
Mereka yang Merindukan Hujan
Sudah sejak lama saudara-saudara kita yang berada di Pulau Sumatera dan Kalimantan mengalami kondisi darurat asap akibat kebakaran hutan. Kebakaran hutan ini memang ada yang disengaja maupun tidak disengaja. Bahkan bencana asap sudah merambah hingga negara tetangga seperti Malaysia hingga Singapura. Bencana asap sudah melumpuhkan aktivitas penerbangan, mengganggu aktivitas masyarakat serta mengganggu pertumbuhan tanaman.
Asap tipis kebakaran hutan yang melanda beberapa pulau disinyalir sudah mulai masuk ke wilayah Jakarta bahkan hingga Bogor. Sudah beberapa hari ini saya melihat langit putih merata. Matahari tampak tidak terlalu jelas dengan sinar yang tidak begitu cerah. Kondisi yang sama pernah saya temukan ketika awal bulan Oktober 2015 ini sedang berada di Palembang.
Ketika sedang berada di Palembang, saya sempat berbincang dengan beberapa orang warga yang mengetahui seluk-beluk munculnya asap. Mereka mengatakan kebakaran lahan gambut memang sulit dipadamkan karena tipe lahan ini seperti sekam yang dibakar. Dari atas terlihat api seolah sudah padam, tetapi pada lapisan bawah ternyata bara api masih menyala. Lalu apa yang harus dilakukan untuk memadamkan api tersebut? Yaitu melakukan pemadaman api dengan air dalam jumlah banyak dan diberikan secara terus-menerus. Air hujan adalah satu hal yang dinanti oleh kebanyakan orang khususnya masyarakat yang terkena bencana asap. Mereka kemudian mengatakan untuk memenuhi kebutuhan air bersih saja sudah kesulitan apalagi untuk memadamkan api yang membutuhkan air dalam jumlah banyak.
Saya sangat senang dan bersyukur ketika melihat berita yang mengabarkan bahwa pada hari selasa tanggal 27 Oktober 2015 kemarin hujan sudah mulai turun di Pekan Baru dan Palangkaraya. Berkat air hujan yang turun deras ini, asap kemudian secara perlahan mulai menghilang. Pada sebuah media sosial juga terlihat beberapa orang masyarakat di Palangkaraya yang bersuka cita karena hujan telah turun.
Selain saudara-saudara kita yang terkena bencana asap, masyarakat lain di berbagai daerah juga merindukan turunnya hujan. Seperti halnya para petani di Subur Jaya di Desa Cikarawang. Sejak musim kemarau datang, sumur mereka secara perlahan mulai mengering. Untuk memenuhi kebutuhan air bersih, mereka mengandalkan mata air yang terdapat di dekat sungai kecil. Di sungai ini mereka melakukan aktivitas seperti mencuci dan mengambil air. Sayangnya mata air yang menjadi andalan juga sudah mulai berkurang debit airnya sehingga mereka perlu mencari alternatif lain. Terkadang ada beberapa orang warga yang mengambil air langsung dari sungai Ciapus apabila mata air sudah tidak bisa diandalkan. Namun mereka harus melalui medan yang cukup panjang dan melelahkan agar dapat memenuhi kebutuhan air.
Untuk keperluan minum dan memasak, mereka kemudian membeli air kemasan dalam bentuk galon. Mereka dapat menghabiskan minimal 2 galon per hari hanya untuk minum atau memasak saja. Sedangkan untuk memenuhi keperluan mandi dan mencuci, mereka menampung air dari sumur penampungan yang dibuat secara swadaya di pinggir setu. Setiap harinya mereka membawa beberapa dirigen dengan menggunakan motor atau angkutan kota (angkot) untuk memenuhi keperluan sehari-hari. Desa Cikarawang termasuk desa yang masih beuntung karena desa tetangga di Kecamatan Ciomas benar-benar sudah kesulitan air. Desa tersebut pernah mendapatkan bantuan air bersih dari pemerintah daerah yang langsung diserbu oleh warga sekitar.
Melihat semakin sulitnya akses sumber air bersih pada musim kemarau membuat saya berpikir akankah kita mengalami hal yang sama apabila musim kemarau datang kembali? Apalagi fenomena El Nino terjadi setiap 5 atau 10 tahun sekali. Jika kita tidak melakukan pelestarian sumber daya air maka bisa jadi kita akan mengalami kelangkaan air lagi seperti saat ini. Pasalnya ancaman terhadap kelestarian sumber daya air sudah mulai terlihat sehingga membuat kita harus selalu waspada karena air merupakan kebutuhan yang sangat vital dan tak tergantikan.
Ancaman Sumber Daya Air
Pada pembahasan sebelumnya kita sudah jelas melihat betapa pentingnya air bagi seluruh makhluk hidup. Air tidak hanya menjadi kebutuhan vital makhluk hidup tetapi juga sebagai penyeimbang ekosistem dunia. Sayangnya meski kuantitas air tidak berubah, namun kualitas air mengalami perubahan.
Akan tetapi, sumber daya air yang menyokong berbagai macam fungsi tersebut kini mulai terancam keberadaannya akibat pencemaran limbah dan eksploitasi berlebihan. Jumlah penduduk yang semakin bertambah diikuti dengan peningkatan jumlah pemukiman serta permintaan pangan menyebabkan kondisi air bersih semakin langka. Belum lagi dengan perubahan iklim yang kini sangat terasa dan membuat jumlah air bersih semakin berkurang.
Dalam sebuah jurnal disebutkan beberapa ancaman yang harus kita hadapi untuk mempertahankan sumber daya air, ancaman tersebut diantaranya (Lemhanas RI, 2013):
- Semakin bertambahnya luas lahan kritis 13,1 juta ha (1992) dan 18,5 juta ha (2009).
- Semakin berkurangnya daerah resapan air menjadi kawasan kota dan industri (alih fungsi lahan pertanian 35000 ha/th juga mengancam ketahanan pangan).
- Semakin tingginya pemakaian air tanah (di beberapa kota besar 73% penduduk menggunakan air tanah).
- Semakin bertambahnya pengguna air karena pertumbuhan penduduk meningkat.
- Semakin tingginya penggunaan air karena peningkatan kualitas kehidupan.
- Semakin tercemarnya sumber-sumber air (sungai, danau, air tanah) karena tidak tersedia sarana pengolah air limbah di perkotaan.
- Pemanasan global/kenaikan muka air laut yang menimbulkan gangguan terhadap pertambakan, abrasi pantai dan memperberat masalah banjir di kota-kota tepi pantai, (mengancam 450,000 ha tambak, 10.666 desa pantai dengan 16 juta penduduk yang tinggal di kawasan pantai).
- Belum terpadunya program, kewenangan dan tanggung jawab antar lembaga/kementerian dalam hal pengelolaan lahan dan air (Kementerian Kehutanan, Kementerian Pekerjaan Umum)
Apabila kita tidak bergerak dan menanggulangi ancaman yang datang maka akan menyebabkan dampak besar bagi kehidupan. Berdasarkan Laporan Pembangunan Air Sedunia 2015 PBB, yang diluncurkan oleh Badan Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan PBB (UNESCO) pada Hari Air Sedunia disebutkan bahwa planet bumi akan menghadapi kekurangan sebesar 40 persen dalam pasokan air pada tahun 2030 jika masyarakat internasional secara dramatis tidak meningkatkan manajemen pasokan air. Permintaan air diperkirakan akan meroket hingga 55 persen pada tahun 2050, sementara 20 persen dari air tanah global telah dieksploitasi secara berlebihan (Unic-Jakarta, 2015).
Sungguh ancaman yang sangat menakutkan bukan? Tentu kita tidak ingin hal tersebut terjadi dan membuat generasi penerus bangsa merasakan akibatnya. Semuanya itu belum terlambat apabila kita melakukan pelestarian air dan lingkungan secara terintegrasi, bersama-sama, dan berkesinambungan.
Belum Terlambat! Saatnya Bersatu
Dulu sebelum sungai kecil di Subur Jaya mengering, saya pernah menemani Pak Ozi seorang Ulu-Ulu yang bertugas menjamin kelancaran irigasi dari hulu hingga hilir. Pak Ozi pernah mengeluh kepada saya bahwa tugasnya cukup berat karena harus memastikan aliran air lancar hingga ke lini sawah. Ada satu hal yang membuat dia ingin menyerah yaitu tumpukan sampah yang membuat aliran air menjadi tersendat. Belum lagi buangan limbah rumah tangga termasuk tinja yang langsung dibuang ke aliran irigasi membuat dia ingin muntah dan benar-benar menyerah untuk tidak menjalani tugas sebagai Ulu-Ulu lagi.
Saya kemudian memberitaukan kepada Pak Ozi bahwa untuk menanggulangi masalah irigasi dan lingkungan ini tidak bisa dilakukan sendiri, kita harus melakukannya secara bersama, terintegrasi dan berkesinambungan dari hulu hingga ke hilir. Dari bawah kita bisa berkoordinasi dengan pihak RT dan RW untuk mengarahkan masyarakat agar tidak membuang sampah beserta limbah ke sungai. Kemudian kita bisa mengajukan dukungan kepada Kepala Desa untuk menertibkan warganya agar dapat menjaga lingkungan. Begitu seterusnya melalui Kepala Desa hingga tingkat kecamatan, kabupaten bahkan nasional. Tentu kita tidak bisa sendiri karena tindakan penyelamatan lingkungan harus didukung oleh kesadaran masyarakat itu sendiri.
Pada Hari Air Sedunia tahun 2015, PBB menyerukan persatuan global dalam mengejar akses air yang lebih baik untuk semua. Bahkan Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki-moon mengingatkan bahwa akses ke air minum yang aman dan sanitasi merupakan salah satu masalah yang paling mendesak yang mempengaruhi populasi di seluruh dunia. Krisis air hanya dapat ditangani oleh lintas sektoral, perencanaan holistik dan kebijakan internasional, regional dan global (Unic-Jakarta, 2015).
Kita bisa mencontoh kebijakan DANONE AQUA yang melakukan pelestarian air secara berkesinambungan, terpadu dari hulu hingga hilir dan secara bersama melibatkan pihak perusahaan serta masyarakat. AQUA Lestari adalah sebuah konsep AQUA dalam melestarikan sumber daya air yang direalisasikan dengan melaksanakan berbagai inisiatif sosial dan lingkungan yang mencakup wilayah sub-Daerah Aliran Sungai (DAS) secara terintegrasi dari wilayah hulu, tengah, dan hilir di lokasi AQUA Group beroperasi yang disesuaikan dengan konteks lokal. Inisiatif yang dilakukan oleh AQUA berdasarkan empat pilar, yaitu: Pelestarian Air dan Lingkungan, Praktik Perusahaan Ramah Lingkungan, Pengelolaan Distribusi Produk, serta Pelibatan dan Pemberdayaan Masyarakat.
Salah satu contoh pelestarian sumber daya air yang dilakukan oleh AQUA secara berkesinambungan dan menyeluruh adalah dengan mendaur ulang air yang sudah digunakan pada proses produksi. Sumber daya air merupakan sumber daya yang bersifat terbarukan (renewable resources). Karena sifatnya ini maka AQUA kemudian memproses air dengan mendaur ulang kembali air yang digunakan untuk pencucian galon dan keperluan domestik. Dengan cara tersebut, AQUA sudah melakukan praktek pemanfaatan air secara bijak dengan mengurangi konsumsi air pada proses produksi di pabrik AQUA Group di seluruh Indonesia.
Nah, apa yang bisa kita lakukan untuk melestarikan sumber daya air dan lingkungan mulai dari hulu hingga hilir? Tentunya dengan cara yang terintegrasi, bersama-sama dan berkelanjutan.
Terintegrasi dari Pusat Hingga Level Individu
Seluruh stakeholder mulai dari bawah hingga pusat harus saling besinergi dan terintegrasi bersama masyarakat untuk mewujudkan pelestarian sumber daya air dan lingkungan dari hulu ke hilir. Lebih jelasnya masing-masing lini menjalankan perannya masing-masing dengan tetap mengedepankan sinergitas dan terintegrasi.
Pemerintah berperan membuat kebijakan atau peraturan yang saling berhubungan dari pusat hingga tingkat daerah. Misalnya pemerintah pusat membuat peraturan melalui undang-undang, peraturan pemerintah pengganti undang-undang atau peraturan pemerintah yang kemudian diimplementasikan pada tingkat provinsi melalui peraturan daerah provinsi hingga tingkat kabupaten/kota melalui peraturan daerah kabupaten/kota bahkan hingga peraturan desa.
Kemudian para peneliti dan kalangan akademisi membuat suatu kajian penelitian yang menghasilkan inovasi teknologi pendukung program dan kebijakan pemerintah dalam rangka melestarikan lingkungan dan sumber daya air. Inovasi teknologi ini harus bisa didiseminasikan atau diimplementasikan kepada masyarakat dari hulu hingga hilir sesuai dengan potensi wilayah.
LSM dan tokoh masyarakat berperan menjadi penggerak serta contoh dalam melakukan pemberdayaan masyarakat untuk pelestarian air dan lingkungan. Masyarakat pada umumnya adalah orang dewasa yang lebih mudah tergerak berdasarkan contoh atau gerakan langsung daripada hanya omongan belaka.
Pihak Swasta, membantu dalam hal pendanaan infrastruktur dan pengelolaan sumber daya air dan lingkungan. Seperti yang sudah dilakukan oleh AQUA yang mengeluarkan Kebijakan DANONE AQUA terhadap Perlindungan Sumber Daya Air. Kebijakan ini kemudian melahirkan berbagai program seperti penelitian terkait sumber daya air, pendidikan lingkungan hidup, rehabilitasi saluran irigasi, penanaman pohon, pembuatan sumur resapan, biopori, dan lainnya. Kemudian AQUA juga melibatkan masyarakat untuk penguatan kemandirian sosial-ekonomi melalui program pertanian organik terpadu, usaha mikro dan koperasi, akses modal dan pasar, akses air bersih dan penyehatan lingkungan (Water Access, Sanitation and Hygiene/WASH), tanggap bencana, dan lain-lain.
Lalu peran dari masyarakat, tanpa dukungan masyarakat maka semua hal yang sudah dilakukan oleh pemerintah, peneliti, pihak swasta, kalangan LSM dan tokoh masyarakat tidak akan berhasil. Masyarakat berperan sebagai pihak yang melaksanakan program, mematuhi peraturan serta kebijakan, menyerap inovasi teknologi serta merawatnya guna mewujudkan kelestarian lingkungan dan air.
Bersama-Sama
Setelah semua stakeholder dan masyarakat saling terintegrasi maka langkah selanjutnya adalah menjalankan program secara bersama, terintegrasi dari hulu hingga hilir. Misalnya bagian hulu melakukan perlindungan dan pemeliharaan sumber daya air maka bagian hilir diharapkan mampu menggunakan secara bijak dan merawatnya dengan tidak mencemari lingkungan atau tindakan lainnya.
Berkelanjutan
Suatu program tidak akan berhasil apabila sifatnya hanya inisiasi saja. Perlu keberlanjutan untuk membuat program pelestarian lingkungan dan air tetap lestari. Dalam konteks keberlanjutan juga dibutuhkan evaluasi agar program dan kegiatan yang dilakukan menjadi lebih baik daripada sebelumnya.
Nah, apa saja sih langkah real yang dapat dilakukan untuk melestarikan lingkungan dan sumber daya air? Berikut adalah beberapa hal yang dapat kita lakukan:
1. Melakukan sosialisasi pelestarian air dan lingkungan beserta peraturan yang menaunginya agar tercipta mindset masyarakat bahwa lingkungan dan sumber daya air perlu untuk dilestarikan saat ini juga.
2. Melakukan revitalisasi dan pemeliharaan sumber-sumber air beserta ekosistemnya melalui kegiatan gotong-royong dan pengawasan bersama masyarakat.
3. Mengembangkan sistem kelembagaan pengelolaan sumber daya air melalui semangat kerjasama yang terintegrasi. Pada tingkat petani misalnya dibentuk Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) yang diketuai oleh seorang Ulu-Ulu yang bertugas bersama anggotanya (para petani pengguna air) untuk memelihara kebersihan dan kelancaran irigasi.
4. Meningkatkan partisipasi masyarakat dengan melakukan gerakan penghematan air, melakukan pemeliharaan dan mengurangi pemakaian produk yang dapat menghasilkan cemaran limbah.
Empat hal di atas merupakan langkah yang dapat kita lakukan secara terintegrasi, bersama dan berkelanjutan. Sekarang pada tingkat individu kita juga bisa melakukan pelestarian lingkungan dan sumber daya air diantaranya:
1. Melakukan penghematan air, misalnya gunakan shower daripada gayung untuk mandi karena jumlah air yang digunakan lebih sedikit.
2. Membuat penyulingan air sederhana agar dapat menghasilkan air bersih secara mandiri.
3. Meminimalisir penggunaan bahan kimia untuk mengurangi limbah cemarannya seperti detergen, sabun cuci, dan lain sebagainya.
4. Menampung air sisa pencucian untuk digunakan pada kebutuhan lain yang dapat menggunakan air dengan kualitas lebih rendah. Contohnya menampung air sisa mencuci sayuran, buah atau daging untuk menyiram tanaman.
5. Membuat sumur resapan atau biopori di rumah.
6. Menyediakan ruang terbuka hijau di rumah agar air hujan yang turun dapat masuk meresap ke dalam tanah.
7. Menanam pohon dan melakukan penghijauan di sekitar lingkungan karena akar tanaman mampu mengikat air serta turut menyumbang oksigen bagi lingkungan
8. Mengurangi jumlah sampah terutama sampah plastik karena sampah juga memberikan sumbangan cemaran pada tanah dan air
9. Membuat tempat penampungan hujan.
10. Menanam tanaman yang mampu beradaptasi pada kondisi dengan sedikit air atau memodifikasi wadah penanaman sehingga tidak perlu melakukan penyiraman setiap hari.
11. Menjalankan prinsip 3R: Recycle, Reuse dan Reduce dalam mengelola sampah dan barang bekas layak pakai.
12. Membuang bahan kimia dengan benar seperti oli motor atau mobil sehingga tidak mencemari tanah dan lingkungan.
Apabila sudah tercipta kesadaran diri untuk tetap menjaga lingkungan dan sumber daya air maka beberapa langkah di atas dapat dilakukan. Langkah selanjutnya adalah menerapkan prinsip yang dimiliki oleh nenek moyang kita sejak lama yaitu gotong royong untuk menjaga kelestarian lingkungan dan sumber daya air. Karena sekali lagi, menjaga dan melestarikan lingkungan hidup bukan merupakan tanggung jawab seorang individu, kelompok atau pemerintah saja, tetapi merupakan tanggung jawab keseluruhan yang memerlukan komitmen untuk saling berintegrasi, melakukannya secara bersama dan berkelanjutan.
Yuk kita bahu-membahu melestarikan lingkungan dan air demi kehidupan yang lebih baik!
Tulisan ini diikut sertakan pada Anugerah Jurnalistik AQUA V dengan Tema Kelestarian Air dan Lingkungan Sebagai Tanggung Jawab Bersama
Alhamdulillah artikel ini mendapatkan Apresiasi: Juara 2
Daftar Pustaka
Agustaman, 2013. Imam Mustofa Petani dan Diplomat Air. Majalah Tani Merdeka Edisi 24 Tahun VI Desember 2013.
AQUA, http://www.aqua.com/
Digilib ITB. http://digilib.itb.ac.id/files/disk1/545/jbptitbpp-gdl-dianmangir-27229-3-2007ta-2.pdf [diakses tanggal 26 Oktober 2015]
Dirjen Cipta Karya. 2007. Satu Orang Indonesia Konsumsi Air Rata-rata 144 Liter per Hari. http://ciptakarya.pu.go.id/v3/news.php?id=101 [diakses tanggal 26 Oktober 2015].
Ikrar, T. 2013. Air Dan Kesehatan Tubuh Manusia. http://kabarinews.com/kesehatan-air-dan-kesehatan-tubuh-manusia/57692 [diakses tanggal 26 Oktober 2015].
JDFI. 2008. Green Festival. http://jdfi.co.id/greenfestival/GreenFest08-kmandi.php. [diakses tanggal 26 Oktober 2015].
Jumin, H.B. 2002. Agroekologi Suatu Pendekatan Fisiologis. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 178hal.
Lemhanas RI. 2013. Pengelolaan Sumber Daya Air guna Mendukung Pembangunan Nasional dalam Rangka Ketahanan Nasional. Jurnal Kajian Lemhanas RI Edisi 15 Bulan Mei 2013.
Marganingrum, et al. 2011. Kemiskinan dan Kemiskinan Air. Bandung: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. 76hal.
Pilar Pertanian. 2015. Mitigasi Kekeringan 2015. Majalah Pilar Pertanian Edisi 21 Oktober 2015.
USGS. 2015. Summary of the Water Cycle. http://water.usgs.gov/edu/watercyclesummary.html [diakses tanggal 27 Oktober 2015].
Unic-Jakarta. 2015. Hari Air Sedunia 2015: PBB menyerukan persatuan global dalam mengejar akses air yang lebih baik untuk semua. http://unic-jakarta.org/2015/03/23/hari-air-sedunia-2015-pbb-menyerukan-persatuan-global-dalam-mengejar-akses-air-yang-lebih-baik-untuk-semua/ [diakses tanggal 26 Oktober 2015].
dani says
Wuuiiih lengkap kap kap Mbak Ev artikelnya. Jadi kepikiran juga jadinya soal air dan gimana saya termasuk yang mengeksploitasi dan gak hemat air. 🙁
Makasih ya Mbak Ev ilmunya. 🙂
evrinasp says
sama2 dani, saya sudah kekurangan air nih makanya sangat disadarkan sekali
echaimutenan says
lengkapeee….
semoga banyak yang mencintai dan merawat kelangsungan air ya :”)
jangan sampai anak cucu kita kudu minum air lainnya…. 🙁
evrinasp says
iyah mbak, jangan sampai anak cucu minum air bersih dari air limbah kita
Inda Chakim says
aaaakkkkk…mbk eeevvvv..ulasannya syelalu..kereeenn..
evrinasp says
haha, ini kebanyakan gak yak? ini ngalir aja nulisnya
momtraveler says
Wuuiihhh manteeebb tebbb tebb….
Semoga menang ya mak :*
evrinasp says
ini total curhatan kok mak. aamiin
apri ani says
tulisannya bagus, bisa jadi angka kredit juga ev ^__^
evrinasp says
bahhhh iyah kalo bisa
Nunung Anggraeni says
Waah lengkap banget.Memang kekeringan di musim kemarau ini berdampak ke banyak hal ya mbak.Termasuk pertanian.Sumur di rumah saya jg kering nih
evrinasp says
aku juga udah mulai was-was nih mbak
Hidayah Sulistyowati says
Tulisannya lengkap banget, mbak…
Rumahku pakai air tanah, ini udah ada dari pemilik lama tinggal nempati. Trus PAM juga sering mati, jadi yo wes pakai air diirit, mandi pakai shower.
evrinasp says
iyah aku juga pake air tanah, tapi kalo kita pake air tanah semua nanti bisa mengekploitasi mbak, aku yo bingung ni soale jaringan PDAM gak sampe sini, maklum di kampuang nan jauh di mato
Titis Ayuningsih says
Mbak ini seperti nulis skripsi Bab 2 saya lengkapnya 🙂
Musim kemarau yang tak kunjung selesai ya Mbak, semoga hujan segera datang 🙂
evrinasp says
aamiin, tadi sempet geluduk, tapinya gak jadi kalo di tempat saya, soale kita belum shalat istiqo nih
Kopiah Putih says
Air, selalu akan ada masalah jika kurang. 🙂
Apalagi didaerah tempat saya tinggal. Mbk Ev, tulisanx lengkap. Salut saya dgn nalar menulis sampean. Saya yakin, ini akan jadi juar. Semangat, mbk. Salam hangat dari Bondowoso.
evrinasp says
ini curhat abis kok T_T secara udah kekeringan, bagaimana kalo tahun depan begini lagi hiks
adi setiadi says
Tulisan yang luar biasa 🙂
evrinasp says
alhamdulillah kalo dianggap begitu
lubena ali says
waah lengkap banget Mbak.. jadi keingetn kalau saya juga boros air.
evrinasp says
saya juga boros mbak, belajar dari kejadian tahun ini harus menggunakan air dengan bijak
Mei Wulandari says
saya juga ikutan ini mbak hehehe, secara garis besar komponen yg harus bertggjawab sama lingkungan hampir sama seperti isi di blog saya :). tapi punya mbak lebih lengkap kap kap
kereeeen pokoknya!
Moga menang ya amin
evrinasp says
aamiin sukses juga untuk mei ya
Liswanti says
Mari jaga lingkungan, dan air. Di kmpung saya juga kekeringan, kasihan para petani.
Semoga hujan semoga turun, karena saat ini semua butuh air.
Ulasannya lengkap bnget deh mba ev.
evrinasp says
iyah ini soalnya curcol juga hehe
ulu says
buset lengkap sekaleeee! serasa baca proposal atau laporan penelitian 😀
evrinasp says
bahaha masa sih mbak, kebanyakan malah yak
Windah says
Wuiihhhh, lengkapnyaaa. Bisa buat contekan belajar geografi kayaknya *ditimpuk*
evrinasp says
pake aja kalo bermanfaat hehe
Irwin Andriyanto says
Fantastis,, lengkap banget saya sampe gak bisa komen apa apa nih 😀
evrinasp says
lha ini bisa komen tho
obat pelangsing alami says
ayooo gotong royong
evrinasp says
yukkkk ikut juga ya
Edi Padmono says
Duh….kalau aku nulis seperti ini kira-kira selesai berapa bulan ya….?
evrinasp says
ah bisa kali gak sampai berapa bulan juga asal niat hehe
arni says
Wow ini mah memang tulisan juara
Lengkap banget datanya
evrinasp says
makasih mbak arni, semoga bermanfaat yak
murtiyarini says
Tahun ini aku belajar, untuk tahun depan. Tunggu aku AJA 2016
evrinasp says
sipppp ikutan ya asa cinta
Abah shofi says
Bukan curcol ini mah… Karya tulis ilmiah.. 😀
Aseli bagus bgt tulisan nya mba.. Lengkap..
Juoss gandoss …
Salam kenal mba..
evrinasp says
salam kenal abah, makasih sudah mampir dan semoga bermanfaat
Mugniar says
Wuiiih keren bingit.
Pantesan juara.
Selamat yaaa 🙂
evrinasp says
makasih mbak Niar alhamdulillah
Fania surya says
Wowww…. selamat sekali lagi mbk… bisa belajar dari sini nih…
evrinasp says
alhamdulillah terimakasih mbak Fania
Aida Al Fath says
Masya Allah …
evrinasp says
hehehe alhamdulillah
Langit Amaravati says
Oke, gue akui. Lu keren, eV. 😀
Gue baca ini dua kali karena ini topik yang menarik. Emosinal ya bacanya. Kerasa banget nyawa tulisannya.
evrinasp says
Thanks yak uchan. Met berjuang
andri hariyanto says
Tidak kusangka Kita pernah dalam satu ruang yang sama saat itu..
Salam kenal..Andri Hariyanto Surabaya
evrinasp says
salam kenal juga mas andri, mas wartawan ya? apa blogger juga?
Heritage says
Ngomongin soal perubahan iklim memang engga ada habisnya
evrinasp says
iya bumi semakin panas kalau tidak kita jaga