Aloha teman-teman, siapakah di sini yang suka bercocok tanam?
Tidak harus bercocok tanam di lahan yang luas kok, di lahan pekarangan juga tidak apa-apa. Kalau belum melakukannya, cobain deh bercocok tanam di lahan pekarangannya sendiri. Meskipun lahan pekarangannya sempit masih tetap bisa menanam kok.
Saya sendiri sudah membuktikan kalau menanam di lahan pekarangan itu dapat dilakukan meskipun lahan pekarangannya sudah diplester oleh semen sekalipun. Sekarang kan zamannya urban farming, bercocok tanam di daerah yang tidak berpotensi tentu dapat dilakukan. Apabila bingung bagaimana cara melakukan penanaman sementara tanahnya tidak ada, cobain deh menanam dengan menggunakan sistem hidroponik.
Sistem hidroponik memungkinkan seseorang bercocok tanam di lahan yang minim tanpa menggunakan tanah. Jenis hidroponik itu bermacam-macam, mulai dari yang sederhana menggunakan wadah bekas dengan sistem terapung, hingga yang sangat canggih dengan hidroponik rakitan sistem NFT.
Bercocok tanam dengan sistem hidroponik memang relatif lebih mahal. Tapi jangan khawatir, masih ada sistem lainnya untuk bercocok tanam, yaitu dengan menggunakan vertikultur. Verikultur itu adalah sistem penanaman dengan cara bertingkat menggunakan wadah dari talang air, bambu, atau karpet. Cara ini lebih murah serta memiliki nilai estetika tersendiri.
Nah, kegiatan memanfaatkan pekarangan dengan menggunakan vertikultur dan hidroponik ini sedang saya lakukan bersama dengan kelompok wanita tani (kwt) di wilayah binaan saya. Meskipun lahan pekarangannya sempit, para ibu di kwt cukup bahagia karena di lahan pekarangannya dapat tumbuh subur sayuran organik hasil buah tangan mereka sendiri. Dengan memanen hasil pekarangannya sendiri, para ibu ini secara otomatis juga mampu menghemat biaya belanja sekaligus menghijaukan lingkungan.
Bicara tentang pemanfaatan lahan sekaligus melestarikan lingkungan, ada salah satu perusahaan yang sudah #TumbuhBersama selama 80 tahun dan telah melakukan pemberdayaan masyarakat di bidang lingkungan.
Perusahaan tersebut adalah PT SMART Tbk , anak perusahaan dari Sinar Mas yang melakukan pemberdayaan masyarakat melalui budidaya tanaman organic. Kegiatan pemberdayaan ini dibantu oleh relawan Tzu Chi yang berlokasi di Regional Jambi 1, tepatnya di pemondokan karyawan PT SMART Tbk di kebun Pelakar, Jambi.
Sama seperti gerakan pemberdayaan lainnya, menggerakan masyarakat untuk berbudidaya tanaman secara organik membutuhkan kesabaran dan keuletan dari pendamping, salah satunya adalah Ruslianto. Sejak bulan Desember 2016 lalu, Ruslianto tidak putus asa ketika mengajak warga kebun Pelakar untuk memanfaatkan lahan pekarangan rumah agar dapat ditanami tanaman organik.
Pada dua bulan pertama dirasakan sangat sulit sekali ketika mengajak masyarakat untuk budidaya tanaman organik. Namun seiring dengan berjalannya waktu, yang awalnya hanya empat orang peminat budidaya tanaman organik, kini sudah 85 persen atau sekitar 55 kepala keluarga yang sudah melakukan penanaman tanaman organik di pondok karyawan.
Apa saja yang dibudidayakan? Banyak lho dan mereka mengusahakannya di sekitar pekarangan rumah. Tanaman yang dibudidayakan di antaranya adalah kangkung, sawi, terong, selada, hingga tanaman obat-obatan atau TOGA (tanaman obat keluarga). Berkat penanaman tersebut, warga dapat memenuhi kebutuhan sayuran secara mandiri. Warga yang dulunya ke pasar untuk membeli sayuran, kini tidak perlu sering-sering lagi karena sayuran dapat dipanen di pekarangan rumah sendiri. Selain bisa menghemat pengeluaran dan membantu penghijauan, sayuran yang dihasilkan juga lebih sehat karena diproduksi secara organik.
Upaya pemanfaatan pekarangan ini tidak berhenti pada budidaya sayuran organiknya saja, tetapi juga dalam hal pengolahannya. Para keluarga karyawan dilatih untuk mengolah hasil sayuran menjadi produk olahan pangan yang memiliki nilai tambah. Contohnya adalah sayuran sawi yang berhasil diolah menjadi kerupuk sawi dan juga telah berhasil dipasarkan. Jadi, hasil panen segarnya menghasilkan tambahan penghasilan berikut juga dengan olahannya.
Saya pikir, usaha pemanfaatan pekarangan berhenti di budidaya tanaman dan olahan pangannya saja, tetapi ternyata ada juga upaya pemenuhan sarana produksi. Upaya yang dilakukan adalah dengan menghasilkan pupuk kandang secara swadaya. Salah satu yang paling banyak dimanfaatkan adalah pupuk kandang yang terbuat dari kotoran kambing, sebab mayoritas warga pondok memang memelihara ternak kambing. Dengan begitu juga tercipta pertanian terpadu yang menggunakan prinsip zero waste atau meminimalisir sampah.
Kini Ruslianto mengaku bahagia sebab hampir semua warga mulai mandiri berkat adanya usaha kebun organik. Bahkan dalam sebulan sekali, para relawan Tzu Chi di kebun Pelakar bersama para warga dapat mengadakan bazar tanaman organik serta menggelar Vegetarian Day yang menggunakan hasil dari kebun masing-masing. Ini menjadi potensi lokal tersendiri yang dapat diangkat demi kemajuan bersama.
Bersama para relawan lainnya, Ruslianto berniat menyebarluaskan budaya bercocok tanam organik ke seluruh wilayah operasional perkebunan PT SMART Tbk. Tujuannya adalah agar lingkungan tempat tinggal di sekitar perkebunan tak hanya lebih asri, namun juga produktif dalam memberikan tambahan penghasilan bagi masyarakat.
Hal ini tentu sejalan dengan #80ThnSinarMas yang tumbuh secara bersama dengan kemajuan masyarakat. Selamat ulang tahun Sinar Mas. Semoga semakin banyak masyarakat di tempat lain yang terinspirasi untuk memanfaatkan lahan pekarangan agar mampu berdaya dan mandiri menuju sejahtera.
Untuk informasi lebih lanjut dapat mengunjungi halaman: bit.ly/TumbuhBersama.
maya rumi says
padahal aq tuh paling gak suka daun seledri tapi lihat foto disini, ya ampun gemes bener deh sama sayuran ini… aq cita-cita banget mbak evrina kalau punya rumah sendiri pengen rumah yang banyak tanaman biar dirumah selalu segar
evrinasp says
ayo atuh nanam di pekarangannya, hijaukan sekitar pekarangan supaya lebih sehat
Djangkaru Bumi says
Saya dari dulu paling suka dan salut dengan relawan Tzu Chi. Jadi ingin punya kebun organik sendiri dirumah nih.
evrinasp says
wuah ternyata tau ya sama kegiatan relawan Tzu Chi
wisnu tri says
Nggak cuma berhenti di tahap penanaman saja ternyata, bahkan dibimbing untuk mengolah hasil sayuran serta mengolah pupuk kandang sendiri. Salut! Ngomong-ngomong, saya tertarik untuk icip-icip kerupuk sawinya, mbak. Hehehe
evrinasp says
sama, seperti apa ya, seperti kerupuk bayam mungkin ya