Last Updated on December 15, 2020 by evrinasp
Ini adalah postingan OOT alias Out of Topic yang tidak ada hubungannya dengan tag line blog ini. Enggak apa-apa ya sekali-kali curhat, namanya juga personal blog. Postingan curhat kali ini, saya ingin bercerita tentang kelahiran putra kedua yang diberi nama Ryu. Sayangnya, saat minggu pertama dia terlahir ke dunia, Ryu harus mengalami Bilirubin dan inilah kisahnya.
Bilirubin, Kejutan di Awal Kehidupan
Bayi Ryu sudah lama kami nantikan kehadirannya di dunia. Jarak kelahiran Ryu dengan kakaknya cukup jauh yaitu delapan tahun. Makanya setelah tau bahwa kami akan mendapatkan anggota keluarga kembali, kami semua bahagia bukan main.
Hari yang dinantikan telah tiba, saya sudah siap melahirkan melalui persalinan sectio caesar (SC). Persalinan yang kedua ini bagi saya sangat menyenangkan. Saya merasakan indahnya Inisiasi Menyusui Dini (IMD) serta mendengar tangisan Ryu secara jelas. Dokter yang menangani juga memberikan kabar yang menggembirakan bahwa Ryu terlahir sehat tanpa kekurangan apapun.
Sejak hari pertama selama saya masih dirawat, bayi Ryu sudah berada dalam satu ruangan dengan saya kecuali pada saat jam perawatan saja, bayi Ryu dibawa oleh perawat ke ruang bayi.
Awalnya saya tidak berpikir macam-macam karena untuk anak yang pertama, terbilang sukses dalam mengASIhi sehingga kakaknya Ryu bisa pulang bersama saya ketika selesai perawatan melahirakan secara SC. Namun berbeda dengan bayi Ryu, di hari ketiga, kadar bilirubin Ryu ternyata naik terus sehingga dia harus mendapatkan perawatan fototerapi dengan sinar ultra violet yang berwarna biru. Fototerapi diperlukan karena memang terbukti cepat menurunkan kadar bilirubin bayi.
Bayi Ryu saat itu kondisinya memang kuning hampir di seluruh tubuhnya. Bagian matanya juga berwarna kuning, membuat saya khawatir dan akhirnya kami memutuskan agar Ryu segera di fototerapi. Dokter anak yang menangani saat itu mengatakan kemungkinan penyebab kadar bilirubinnya tinggi karena rhesusnya berbeda dengan saya ditambah saat itu kuantitas ASI saya belum banyak. Padahal dulu, saat kakaknya Ryu lahir, di hari kedua, ASI saya sudah banyak sehingga kakaknya Ryu tidak mengalami peningkatan bilirubin.
Selama dirawat foto terapi, saya mendapatkan kesempatan untuk menengok Ryu sebanyak dua kali yaitu siang hari sesuai jam besuk dan sore hari sesuai jam besuk. Saat jam besuk tersebut, saya melepas kangen dengan bayi Ryu sambil memberikan ASI dan menyemangatinya untuk sembuh dan segera pulang bersama kami.
Alhamdulillah setelah tiga hari perawatan fototerapi, Ryu dinyatakan boleh pulang, dengan catatan tetap harus dijemur di bawah sinar matahari pagi dan harus sering disusui agar bilirubinnya tidak naik. Saya diharuskan kontrol kembali dalam jangka waktu tiga hari kemudian untuk melihat perkembangan bayi Ryu.
Dan selama Ryu sudah berada di rumah, saya sudah mengikuti semua arahan yang diberikan oleh dokter. Sayangnya, takdir berkata lain, bayi Ryu ternyata harus difoto terapi kembali karena kadar bilirubinnya naik lagi.
Bilirubin yang Naik Kembali
View this post on Instagram
My lil prince ๐๐ฅฐ. #hand #baby #cutebaby #motherandbaby #cutehand #babyfingers #fingers
Ryu kecil saat itu menangis ketika dia saya bawa ke UGD karena kadar bilirubinnya naik. Saya membawanya ke UGD agar langsung ditangani oleh pihak rumah sakit. Alhamdulillah tanpa proses panjang, Ryu memang dinyatakan harus dirawat fototerapi sehingga lagi-lagi harus menginap di rumah sakit.
Saya merasakan perasaan lega bercampur sedih. Lega karena sudah ditangani oleh ahlinya, sedih karena harus berpisah lagi dengan Ryu. Di perawatan bilirubin yang kedua, saya pindah ke rumah sakit yang berbeda dengan yang pertama. Rumah sakit yang kedua ini jaraknya lebih dekat dengan rumah sehingga memudahkan saya untuk bolak balik ke rumah sakit.
Di rumah sakit yang kedua, saya diwajibkan untuk mengASIhi sebanyak tiga kali sehari sehingga harus standby saat bayi Ryu membutuhkan saya di jam yang sudah ditentukan. Melalui pengalaman yang kedua ini, saya lebih tegar dan menjadi tau bagaimana pihak rumah sakit mengukur kemajuan kadar bilirubin bayi yang berkurang. Ternyata intensitas buang air kecil bayi juga menjadi ukuran yang membantu menurunkan kadar bilirubin. Semakin sering buang air kecil, maka kadar bilirubinnya semakin berkurang karena ikut terbuang bersama urine. Itu sebabnya, saya diminta untuk sering menyusui, atau membawakan stok ASIP supaya bayi lekas menyusui saat membutuhkan.
Alhamdulillah saat berjuang bolak-balik ke rumah sakit untuk menjaga Ryu yang difototerapi, saya mendapatkan kawan-kawan seperjuangan yaitu para ibu yang bayinya dirawat di sana juga.
Dan setelah empat hari perawatan di rumah sakit, alhamdulillah bayi Ryu sudah bisa pulang ke rumah dengan sehat tanpa harus kembali ke rumah sakit.
Sikap Ibu Ketika Bayi Mengalami Bilirubin
View this post on Instagram
Berdasarkan pengalaman yang saya rasakan ditambah dengan nasehat dari para nakes (tenaga kesehatan) yang menangani bayi Ryu saat itu, saya ingin berbagi hal yang harus dilakukan oleh para ibu ketika bayinya mengalami bilirubin:
- Jangan panik dan khawatir jika bayi mengalami bilirubin, ikuti saran dokter untuk memeriksa kadar bilirubinnya karena jika bilirubin terlalu tinggi akan berbahaya bagi bayi terutama dapat merusak perkembangan otaknya.
- Selama bayi dirawat fototerapi, juga ikuti saran dari pihak nakes, apabila harus menyusui sesuai jadwal maka tepati karena itu membantu proses penurunan kadar bilirubin sekaligus memberikan semangat bagi sang bayi.
- Jika memang dianugerahi untuk dapat menyusui, maka jangan sia-siakan kesempatan itu, bayi yang baru lahir disarankan untuk menyusu selama dua jam sekali maka lakukanlah. Apabila bayi tidur dan terlihat malas untuk menyusu, maka berikan rangsangan agar dia mau menyusu. Bayi saya mengalami peningkatan bilirubin juga dikarenakan kekurangan ASI, sementara saya juga saat itu tidak berusaha menyusui dua jam sekali karena saya pikir bayi tidak lapar sehingga enggan menyusu.
- Banyak berdoa, tetap lakukan perawatan maksimal ketika bayi sudah berada di rumah agar kadar bilirubinnya tidak naik kembali.
Demikian sharing singkat dari pengalaman saya bersama keluarga ketika menghadapi bayi yang terkena kadar bilirubin tinggi. Semoga bermanfaat dan menjadi sumber wawasan bagi para ibu semuanya. Salam sehat selalu ya.
Leave a Reply