Last Updated on July 25, 2015 by
Minggu lalu saya sudah menulis mengenai cara pembuatan media tanam yang baik. Sekarang kita lanjut pada tahap selanjutnya yaitu penyemaian benih dan pembibitan. Tapi sebelumnya saya mau memberikan kabar duka dulu nih (kabar jelek kok dibagi hehe) karena oyong yang ditunggu-tunggu ternyata tidak bisa dipanen lantaran terkena ulat. Saya terlambat untuk mengantisipasinya karena baru sadar kemarin. Tetapi masih ada bakal buah yang mulai tumbuh, mudah-mudahan tidak diserang lagi ya. Aamiin.
Baiklah kita mulai prakteknya yuk…..
Pertama, Kenali dulu benih-benih tanaman yang memang perlu dilakukan penyemaian.
Mengapa perlu dilakukan penyemaian terlebih dahulu? Agar bibit tumbuh dengan baik terutama bagi pertumbuhan akar. Benih seperti selada, pakcoy, caisin, kemangi atau benih dengan ukuran kecil lainnya akan riskan jika langsung ditebar di area pertanaman. Maka ada baiknya dilakukan proses penyemaian terlebih dahulu. Biasanya benih yang mengalami penyemaian ditujukan pada benih yang harganya cukup mahal dan berukuran relative kecil seperti cabe, tomat, selada, kaylan, pakcoy dan sebagainya. Sedangkan benih yang berukuran besar dapat ditanam langsung pada area pertanaman.
Mengapa bayam tidak perlu disemai dulu padahal benihnya berukuran kecil? Itu karena umur pertumbuhan bayam tidak terlalu lama seperti tanaman sayuran lainnya. Dalam waktu dua minggu bayam sudah bisa dipanen dan umumnya langsung dicabut pada saat panen sehingga tidak perlu dilakukan penyemaian.
Kedua, Siapkan wadah dan media penyemaian
Media untuk penyemaian komposisinya sama dengan media tanam yaitu tanah:pupuk kandang/kompos:arang sekam = 1:1:1. Untuk wadahnya bisa menggunakan bak, seed tray, wadah plastik atau karung yang didatarkan.
Apabila semuanya telah tersedia, sekarang kita masukkan tanah ke dalam wadah kemudian diratakan. Buatlah lubang tanam dengan ukuran sekitar 0,5 cm untuk menyemai benih berukuran besar, sedangkan untuk benih berukuran kecil cukup dibuatkan alur saja pada media.
Ada satu cara penyemaian yang mudah, murah dan ramah lingkungan yaitu dengan menggunakan daun pisang. Caranya adalah dengan memotong daun pisang seukuran lebar 2-3 cm dan panjang 6 cm. Kemudian daun pisang digulung menjadi bentuk tabung yang bagian atas dan bawahnya bolong. Lalu masukkan media tanam ke dalamnya. Selanjutnya benih ditanam secara langsung pada gulungan daun pisang tersebut sebanyak satu benih per gulungan hingga proses transplanting bibit. Keuntungan menggunakan cara ini adalah untuk meminimalisir kerusakan akar pada saat transpanting.
Ketiga, Taburkan benih dan tutup dengan lapisan tipis tanah
Untuk benih berukuran besar seperti cabai dan tomat sebelum disemai perlu dilakukan perendaman terlebih dahulu. Caranya dengan merendam benih pada air hangat (30 derajat celcius) selama 10 menit. Gunanya adalah untuk memisahkan benih yang tenggelam dengan benih yang mengapung sekaligus membantu proses imbibisi.
Benih yang mengapung umumnya memiliki cadangan makanan (endosperm) yang rendah sehingga tidak akan menghasilkan bibit yang baik atau cenderung tidak tumbuh. Sedangkan benih yang tenggelam memiliki cadangan makanan yang cukup untuk membantu proses inisiasi akar beserta calon batang dan daun.
Proses imbibisi merupakan proses penyerapan air oleh benih yang memacu terjadinya metabolisme serta zat-zat dalam benih untuk membentuk radikula (akar) serta batang tanaman. Oleh karena itu masa penyemaian merupakan masa dimana benih membutuhkan kelembaban yang cukup untuk mengaktivasi proses di dalam benih.
Benih yang sudah direndam kemudian dimasukkan satu persatu ke dalam lubang. Karena baknya hanya satu, saya menyemai 3 benih tomat dalam satu lubang. Namun sebaiknya masukkan satu benih saja dalam satu lubang agar pertumbuhan benih tidak terganggu.
Di sebelah persemaian tomat, saya semai benih selada dengan cara menaburkan pada alur yang telah dibuat. Taburkan sedikit saja dan usahakan tidak menumpuk.
Bila semua sudah ditaburkan, maka kita tinggal menutup benih dengan lapisan tanah yang tipis. Apabila terlalu tebal, calon batang dari benih akan sulit mengangkat dirinya ke atas permukaan tanah dan jika terlalu dalam dikhawatirkan benih tidak tumbuh lantaran busuk karena terlalu lembab.
Keempat, Lakukan penyiraman secara perlahan
Penyiraman dilakukan secara perlahan dan usahakan tidak merusak lubang serta alur yang sudah dibuat. Lakukan penyiraman dua kali sehari pada saat pagi dan sore. Namun jika kondisi tanah masih cukup lembab maka jangan lakukan penyiraman dulu agar benih tidak busuk.
Kelima, Letakan pada tempat yang tidak terkena sinar matahari langsung
Gunanya untuk menjaga kelembaban benih karena pada tahap persemaian membutuhkan kelembaban yang optimum.
Keenam, Pemeliharaan
Pemeliharaan pada tahap penyemaian adalah dengan melakukan penyiangan apabila ada gulma atau tumbuhan pengganggu yang muncul di sekitar area persemaian, kemudian menjaganya dari serangan hama seperti semut serta keong, dan melakukan penyiraman sesuai kondisi persemaian.
Benih akan berubah menjadi bibit apabila sudah terjadi proses pertumbuhan. Bibit yang sudah boleh dilakukan pemindahan ke lapangan atau transplanting adalah bibit yang memiliki daun utama minimal 3 helai daun pada umur 7-14 hari setelah semai.
Bagaimana, sangat mudahkan? Ayo kita membuat bibit sendiri di rumah.
Tulisan Sebelumnya: Budidaya Sayuran di Pekarangan: Persiapan Media Tanam
Tulisan Selanjutnya: Budidaya Sayuran di Pekarangan: Wadah Penanaman
Tulisan Selanjutnya: Budidaya Sayuran di Pekarangan: Transplanting Bibit
Tulisan Selanjutnya: Budidaya Sayuran di Pekarangan: Pemeliharaan
Tulisan Selanjutnya: Budidaya Sayuran di Pekarangan: Pemanenan
Awesome… 🙂
thanks ya
Aku juga lagi suka tanam2 nih. Makasih ilmunya ya…
sama2 mak dwina semoga bermanfaat
Aku juga suka memanfaatkan pekarangan untuk ditanami dengan tanaman yg bermanfaat… Mugkin ketularan dari ibuku ya…dulu ibu sering bertanaman di pekarangan rumah kami yg lumayan luas… Ada sayuran, buah-buahan, bahkan untuk kebutuhan sehari2 [un bisa terpenuhi.. Ibuku oanen sayuran dari pekarangan sendiri… Kini akupun meneruskan kegiatan semacam itu walaupun tak terlalu diseriusi mengingat aku tak pny waktu yg cukup.. Halaman rumahku ada sayur katuk, daun ubi, pare, kecipir… Bahkan para tetangga sering memintanya pula… tak mengapa …bisa bertanam sayuran walaupun dlm jumlah yg kecil namun bisa bagi2 tetangga pula…menyenangkan sekali…
asik kan ya mbak, saya juga seneng banget nanam sayuran, kalo mereka tumbuh subur itu rasanya seneng bangetlah, daun2 yang hijau apalagi kalau melihat pakcoy sukaaa banget
Waaah makasih ilmunya. Nggak salah masukin blog ini ke bloglist supaya bisa mantau tiap ada update. Ntar dibahas juga soal antisipasi ulat itu ya. Makasih 😀
oh iya mbak Lusi, semoga bermanfaat, ada dua PR ya soal tabulampot sama pencegahan hama
di rumah suka banget makan selada, aku harus nanam ya
hehe kalo bisa nanam sendiri mbak, gampang kok tapi ini ga tau benihnya tumbuh apa engga
Saya juga suka selada, pernah sekali dibawain yang masih seger gitu(dari Malang dibawain masih ada tanahnya, dibungkus koran gitu). Tapi kok rasanya agak pahit ya?
saya itu lupa pahit itu karena apa, tapi untuk meningkatkan rasa manis butuh kalium
Makasih ilmunya Mbak 🙂 Aku mau coba ah..
sok mangga sialhkan dicoba ya
Waaahh mantap sekali tipsnya mba.
Pas banget saya baru mau mulai menyemai bibit.
Proses penyenyemaian dengan daun pisangnya mau saya coba, kebetulan di belakan rumah ada pohon pisang.
Makasih ya mba 🙂
sama2, semoga bermanfaat ya, itu mudah sekali kok
Salam kenal mbak. Saya masih pemula, ingin belajar berkebun sayur di lahan sendiri serba organik. Bolehkah saya nanya2 secara pribadi lebih jauh? Senang baca artikelnya, begitu lengkap.
Boleh mbak, silahkan kontak saya di evrinasp[at]gmail[dot]com untuk lebih lanjutnya ya