Last Updated on July 25, 2023 by evrinasp
Pertanian organik adalah sebuah teknik budidaya pertanian ramah lingkungan tanpa bahan kimia sintetis.
Apakah hanya terbatas pada hal tersebut? tentu tidak.
Pertanian organik bukan hanya perkara menghasilkan produk yang aman bagi kesehatan. Bukan juga terbatas pada menghasilkan produk dengan value yang tinggi, namun lebih dari itu.
Sebuah gerakan telah membuktikan bahwa petanian organik juga merupakan bentuk kecintaan terhadap bumi, sebuah investasi semangat bagi masa depan bumi dan makhluk hidup dalam menjaga eksistensi ketahanan pangan dengan tetap memperhatikan kelestarian bumi.
Gerakan istimewa itu telah membuktikannya melalui pemberdayaan masyarakat tani pada pertanian organik dari kaki Gunung Salak, Bogor.
***
Siang hari, saat itu angin bertiup semilir dari arah punggung Gunung Salak menuju lembah dikala saya sedang menunggu seorang fasilitator pemberdayaan masyarakat. Mata ini seolah dimanjakan oleh pemandangan elok hijauan tanaman pada deretan terasering nan rapi yang menyejukkan mata. Terlihat dari jauh satu-dua petani yang sedang merawat tanamannya. Jika kondisi sudah siang, memang tidak banyak petani yang masih bekerja di lahan. Berbeda ketika pagi hari, cukup banyak petani yang beraktivitas di lahan pertanian.
Lokasi tempat saya menunggu berada di Bojafarm yang terletak di Desa Tajurhalang, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor. Lokasi ini merupakan area pertanian organik yang dipadukan dengan wisata atau lebih dikenal dengan istilah agrowisata. Di sini terdapat cafe yang berhadapan langsung dengan pemandangan lembah Gunung Salak, terdapat area bermain bagi anak-anak, terdapat spot foto yang aesthetic, dan area untuk menunggang kuda.
Bojafarm merupakan satu dari lima lokasi tempat pemberdayaan petani untuk pertanian organik. Kegiatan pemberdayaan ini digerakkan oleh Yayasan Mitra Organik yang berkolaborasi dengan Astra pada program Desa Sejahtera Astra (DSA) Bogor-Mitra Organik. Meskipun berjarak 33 kilometer dari pusat Pemerintahan Kabupaten Bogor, namun tidak menyurutkan semangat untuk menghasilkan pertanian ramah lingkungan yang telah dimulai sejak tahun 2017 lalu.
Untuk mencapai lokasi ini, pengunjung dapat menggunakan kendaraan roda empat maupun roda dua. Saya bersama seorang teman lebih memilih menggunakan kendaraan roda dua saja agar dapat menikmati indahnya pemandangan dan sejuknya udara.
Lamunan saya akan keindahan hamparan hijauan tersebut kemudian terhenti saat melihat sosok pemuda yang sedang memberikan pengarahan kepada petani. Sosok tersebut akan bercerita lebih lanjut tentang semangat menghijaukan bumi sekaligus menyejahterakan petani melalui pertanian organik.
Tyo, panggilan akrab dari Junaedi Prasetyo, berkenan menerima kunjungan saya setelah menyelesaikan kegiatannya di lokasi binaan. Pemuda yang saat itu mengenakan topi lapang dengan sepatu boot hitam dan kaos bernuansa abu-abu tersebut kemudian menceritakan awal mulanya melaksanakan pertanian organik. Kami berbincang di area cafe Bojafarm yang sangat nyaman dan sejuk.
“Yayasan Mitra Organik sudah melakukan kegiatan pemberdayaan petani lokal untuk pertanian organik sejak tahun 2015. Bermula dari daerah Manado, Palu, dan NTT, kami kemudian mengadopsi konsep serupa di tahun 2017 untuk area Bogor karena memiliki potensi. Karena kami bergerak di desa dan ternyata ada program CSR Astra yang sejalan juga, maka kami berkolaborasi dan terbentuklah Desa Sejahtera Astra Bogor-Mitra Organik ini,” kata Tyo terkait awal mula terbentuknya DSA Bogor-Mitra Organik.
Sebagai bagian dari Yayasan Mitra Organik sekaligus fasilitator yang dipilih oleh Astra untuk DSA Bogor-Mitra Organik ini, Beliau menjelaskan bahwa terdapat lima desa binaan yang masuk ke dalam DSA Bogor-Mitra Organik yaitu Desa Tajurhalang, Desa Sukaharja, Desa Cijeruk, Desa Palasari, dan Desa Cipelang yang semuanya berada dalam area Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor. Namun fokus awal bagi pengembangan tahap pertama kegiatan DSA dilakukan di dua desa terlebih dahulu yaitu Desa Tajurhalang dan Sukaharja.
Desa Sejahtera Astra yang dikembangkan di Kecamatan Cijeruk ini merupakan satu dari sekian banyak DSA sebagai bentuk kontribusi sosial Astra di bidang kewirausahaan berbasis kawasan. DSA Bogor-Mitra Organik menjadikan lima desa yang telah disebutkan sebelumnya sebagai kawasan pemberdayaan masyarakat untuk pertanian organik. Program Desa Sejahtera Astra sendiri bekerjasama dengan pemerintah pusat, pemerintah daerah, perguruan tinggi, komunitas, start-up, serta masyarakat desa dalam pengembangan ekonomi pedesaan berbasis potensi dan produk unggulan desa. Berkaitan dengan hal tersebut DSA Bogor-Mitra Organik juga telah melakukan kerjasama dengan dinas yang menangani sektor pertanian di Kabupaten Bogor, pemerintah desa, maupun kelompok tani yang berada di dalam kawasan DSA. Pemilihan lokasi pada lima desa tersebut juga telah sesuai karena memiliki potensi pengembangan tanaman pangan, hortikultura, maupun perkebunan yang dapat menjadi produk unggulan desa.
Perjuangan dalam Memperkenalkan Pertanian Organik
Mengubah mindset para petani dari praktik budidaya tanaman secara konvensional menjadi organik diakui oleh Tyo membutuhkan proses yang memakan waktu serta tenaga. Sebagai fasilitator Desa Sejahtera Astra yang dalam programnya melakukan pendampingan bagi masyarakat desa melalui pelatihan, penguatan kelembagaan, hingga fasilitasi pemasaran produk, Beliau terus berjuang meyakinkan pentingnya bertani secara organik. Kepala Kebun Vanilla Institute ini yakin bahwa dengan sumberdaya alam yang melimpah serta terbukanya peluang pasar yang ditawarkan oleh DSA Bogor-Mitra Organik, maka akan semakin banyak petani yang bergabung dan mau melakukan budidaya pertanian secara organik.
Menurut praktisi di bidang pertanian organik, produktivitas lahan pertanian konvensional dapat dikonversi menjadi organik membutuhkan waktu sekitar 2 tahun [1]. Meskipun membutuhkan waktu yang lama, keuntungan dan manfaat yang dihasilkan sangat menjanjikan. Hasil penelitian menyebutkan bahwa pada tingkat harga premium maka hasil bersih pertanian organik adalah 2,4 kali lebih tinggi daripada hasil pertanian konvensional. Sebaliknya risiko pertanian organik adalah 1,7 lebih rendah disbanding pertanian konvensional [1]. Mengingat manfaat yang sangat besar dari pertanian organik, Tyo terus berusaha mengedukasi petani agar dapat menerapkan konsep tersebut. “Kami mengedukasi dari nol petani, dan sekarang sudah bergabung 10 petani untuk mengelola lahan pertanian organik seluas 2 hektar yang terbagi ke dalam empat kebun terpisah,” ungkap Tyo yang terlihat semangat menceritakan perjuangannya.
Perjuangan pemuda fasilitator dalam menggemakan pertanian organik ini patut didukung, sebab literatur menyebutkan bahwa pertanian organik diperlukan karena sistem pertanian berbasis high input energy seperti pupuk kimia dan pestisida dapat merusak tanah yang akhirnya dapat menurunkan produktivitas tanah [2]. Sementara itu, tujuan utama dari pertanian organik adalah untuk mengoptimalkan kesehatan dan produktivitas komunitas interdependen dari kehidupan di tanah, tumbuhan, hewan, dan manusia [2]. Sejauh ini pertanian organik disambut baik oleh banyak kalangan masyarakat dan hal tersebut yang membuat Tyo yakin bahwa kedepannya penerapan konsep ini akan semakin berkembang.
Berdasarkan pengalaman melakukan edukasi kepada para petani, dapat dikatakan dari 10 petani yang telah mengikuti edukasi terdapat 3-4 petani yang kemudian beralih ke pertanian organik. Mereka yang telah bergabung ini kemudian membudidayakan tanaman seperti cabai, kacang tanah, ubi jalar, jahe, dan vanili untuk keperluan ekspor melalui DSA Bogor-Mitra Organik. Tyo juga menyampaikan bahwa biasanya petani lain akan melihat contoh terlebih dulu terkait keberhasilan para petani yang sudah bergabung dengan pertanian organik. Apabila sudah berhasil, petani tersebut baru akan mengikuti. Tyo cukup optimis akan program yang dijalankan karena dukungan dari pemerintah setempat juga cukup besar termasuk dukungan kelompok tani ditambah dengan peluang pasar ekspor komoditas pertanian organik yang sangat terbuka lebar.
Menjaga Bumi, Menyejahterakan Petani
DSA Bogor-Mitra Organik mengajak para petani untuk beralih ke pertanian organik karena menyadari pentingnya menjaga kelestarian bumi bagi masa depan makhluk hidup. Pemakaian bahan-bahan sintesis pada budidaya pertanian menyebabkan residu pupuk dan pestisida kimia tertinggal di tanah, air, dan udara sehingga dapat menjadi racun bagi makhluk hidup dan menjadi salah satu penyebab terjadinya degradasi lahan [3]. Apabila tidak melakukan tindakan, maka dikhawatirkan bumi menjadi rusak sehingga dapat mengancam ketahanan pangan. Demikian Tyo menjelaskan mengapa DSA Bogor-Mitra Organik sangat serius di pertanian organik.
Selain dalam rangka menjaga keberlangsungan bumi, prospek pemasaran produk organik sendiri memiliki peluang yang cukup besar karena berdasarkan data Kementerian Perdagangan, Indonesia memiliki pangsa pasar produk organik sebesar 0,4% dari total pangsa pasar dunia dengan jumlah produsen produk organik sekitar 17.948 produsen, dan luas lahan mencapai 280 ribu hektar di tahun 2020 [4]. Target persentase pangsa pangan organik juga mengalami peningkatan setiap tahunnya yang tertuang pada Rencana Strategis Kementerian Pertanian Tahun 2020-2024 dengan tujuan meningkatnya pemantapan ketahanan pangan. Target persentase pangsa pangan organik pada tahun 2020 diproyeksikan sebesar 5%, kemudian meningkat 15% pada tahun 2023, dan meningkat kembali menjadi 20% pada tahun 2024 [5].
Melihat potensi yang terbuka lebar, DSA Bogor-Mitra Organik tidak hanya fokus pada produk pertanian organik dalam bentuk segar, tetapi juga dalam bentuk olahan yang telah dikemas sangat menarik dan bersertifikat organik level internasional. Produk olahan ini juga merupakan produk yang diekspor dan difasilitasi oleh pihak DSA. Tyo menunjukkan beberapa produk olahan tersebut di antaranya: Jamu Jampi Kelor, Sweet Potato Chips, Jamu Jampi Kunyit, Chili Powder, Bubuk Pala, Biji wijen, Vanili, Palm Sugar, dan lain-lain.
Dengan penuh semangat, pemuda yang telah lama bergabung dengan Yayasan Mitra Organik ini menjelaskan salah satu langkah yang dilakukan untuk menarik minat para petani yaitu dengan menawarkan pangsa pasar komoditas organik yang dihasilkan.
“Kalau pasar lokal, harga bisa dimainkan oleh tengkulak karena biasanya petani menjual hasilnya ke tengkulak, sedangkan kita langsung dengan buyer. Buyer akan datang langsung ke kebun, kalau buyer melihat bahwa pertanian yang diterapkan adalah organik maka buyer akan langsung membuka harga sehingga membuat kita lebih percaya diri mengajak petani untuk ikut program karena ada keterbukaan harga dengan buyer,” kata Tyo terkait program yang ditawarkan oleh DSA Bogor-Mitra Organik.
Lebih lanjut Beliau mengatakan bahwa posisinya sebagai perwakilan DSA bukan sebagai tengkulak, namun sebagai fasilitator untuk memfasilitasi petani menjadi petani organik yang berstandar internasional. Setelah itu fasilitator akan mendatangkan buyer secara langsung ke lokasi petani sehingga terjadi kesepakatan harga antara petani dengan buyer. Keterbukaan harga ini yang kemudian membuat petani tertarik bergabung karena selama ini petani terikat oleh tengkulak akibat sistem ijon, sehingga apabila pada saat panen harga produk sedang murah, akan tetap dijual ke tengkulak yang tentunya merugikan petani.
Pemuda yang menyukai racikan teh artisan ini kemudian menjelaskan bahwa pertanian organik yang dilaksanakan oleh DSA Bogor-Mitra Organik sudah bersertifikat standar organik internasional dengan tujuan pasar ekspor ke Eropa, Jepang, dan Amerika. Hal tersebut yang kemudian menurut Beliau menjadi pembeda karena fasilitator mengarahkan produk pertanian organik dengan jaminan pangsa pasar ekspor yang setiap tahunnya lolos sertifikasi.
“Bulan Maret 2023 kemarin kami sudah melakukan ekspor ke Kanada dengan sekitar 148 jenis produk olahan pertanian yang bersertifikat organik. Dengan permintaan pasar organik yang cukup tinggi, kami juga memperluas jaringan, tidak hanya di Desa Tajurhalang saja, tetapi juga mencoba pemberdayaan di desa tetangga,” kata Tyo terkait rencana pengembangan pemberdayaan petani melalui pertanian organik.
Melihat program yang ditawarkan oleh DSA Bogor-Mitra Organik ini tentu memiliki manfaat, tidak hanya membantu menjaga kelangsungan bumi tetapi juga akan meningkatkan pendapatan para petani. Dapat dikatakan bahwa terjadi peningkatan pendapatan petani yang tadinya bertani secara konvensional dan tergantung akan harga tengkulak, lalu terjadi peningkatan harga melalui pasar ekspor yang harganya lebih tinggi.
“Selama ini petani mungkin pendapatannya tidak menentu karena mungkin pangsa pasarnya juga tidak menentu, kadang harganya dipermainkan tengkulak, sedangkan dengan adanya fasilitasi ini terjadi keterbukaan harga dengan buyer yang akan meningkatkan kesejahteraan, minimal harganya akan meningkat dari sebelumnya,” kata Tyo sambil mengajak kami berpindah tempat menuju salah satu lokasi kebun cabai organik yang dikelola oleh petani binaan.
Inspirasi Peran Astra
Saat itu Tyo mengajak saya untuk melanjutkan perbincangan di area kebun. Untuk menuju kebun, kami harus membawa motor karena letaknya cukup jauh apabila berjalan kaki. Pemandangan ketika kami menuju kebun sangat indah. Terlihat dari jauh letak Kota Bogor dengan khas bangunan tinggi berwarna putih menandakan bahwa kami memang sedang berada di atas. Angin masih bertiup sangat sejuk dengan hamparan pohon pinus yang menandakan bahwa kami sudah dekat dengan lokasi kebun.
Sambil menunjukkan tanaman cabai organik yang dikelola bersama petani, Tyo menyampaikan bahwa dirinya cukup terinspirasi dengan pola pemberdayaan masyarakat yang dikembangkan oleh Astra. Kolaborasi antar lini penting untuk dilakukan, sebab menurut Beliau selain membantu dalam hal pendanaan, Astra juga membantu membuka pangsa pasar yang menghubungkan antar DSA dalam cluster pertanian.
Antar DSA dalam cluster pertanian membuka peluang bagi beberapa DSA untuk memenuhi kebutuhan buyer. Apabila satu DSA tidak memiliki produk tertentu yang dibutuhkan buyer, maka dapat mencarinya melalui DSA lain yang memiliki produk tersebut. Lebih lanjut, Tyo juga menjelaskan bahwa Astra juga memfasilitasi pameran. Pada kegiatan pameran tersebut akan ada business meeting dan festival kewirausahaan. Melalui festival kewirausahaan tersebut, beberapa cluster pertanian dan beberapa buyer dari lokal maupun luar negeri akan didatangkan dan di tempat tersebut akan bertemu antara buyer dengan petani beserta DSA, sehingga sangat membantu terjadinya peluang pasar yang terbuka lebar.
Terinspirasi dari pola pemberdayaan dan kolaborasi yang dicontohkan oleh pihak Astra, DSA Bogor-Mitra Organik kemudian berusaha memadukan antara sektor wisata dengan pertanian menjadi agrowisata dan sektor kehutanan dengan pertanian menjadi agroforestry. Menurut Tyo, rencana tersebut memiliki peluang pengembangan yang cukup baik karena melihat beberapa tahun belakang ini terjadi trend untuk objek wisata yang berhubungan dengan pertanian atau alam semenjak COVID-19 melanda.
“Untuk kegiatan outdoor sangat diminati maka dapat memadukan pertanian dengan wisata yang saat ini sudah dikemas di Bojafarm. Kalau di Desa Tajurhalang ini konsep agroforestry karena kami telah mendapatkan izin dari Perhutani untuk mengelola hutan pinus seluas 30 hektar,” kata Tyo terkait rencana pengembangan agroforestry. Lebih lanjut Beliau juga menyampaikan bahwa dengan adanya program CSR Desa Sejahtera Astra ini akan melanjutkan pengembangan pertanian dengan wisatanya.
“Untuk pertanian organiknya sendiri sudah berjalan dan sudah dikembangkan wisatanya, namun agroforestrynya sedang proses juga,” kata Tyo sambil menunjukkan lokasi pengembangan agroforestry berbentuk hamparan hutan pinus yang berdampingan dengan lokasi tanaman cabai organik.
Harapan, Optimisme, dan Cita-Cita DSA Bogor-Mitra Organik
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pemuda yang ahli bercocok tanam vanili ini memaparkan kembali bahwa apa yang dilakukan oleh DSA Bogor-Mitra Organik sebenarnya adalah mencoba mengembalikan sistem pertanian konvensional ke organik. Hal tersebut dilakukan karena apabila dilihat dari konsep tanah, jika pertanian masih dilakukan secara konvensional maka akan menurunkan produktivitas tanah yang dikhawatirkan dapat terjadi krisis pangan di masa depan akibat menurunnya fungsi tanah. Sedangkan apabila pertanian organik dilakukan, sebenarnya kita sedang melakukan investasi terhadap tanah untuk masa depan pertanian itu sendiri. Melalui pertanian organik, produktivitas pertanian akan lebih baik lagi kedepannya yang diiringi oleh peningkatan kesejahteraan petani.
Tyo sebagai fasilitator program memiliki tingkat optimisme yang tinggi terhadap keberhasilan pertanian organik berkat pangsa pasar yang sudah ada dan terbuka lebar. Selanjutnya adalah bagaimana nanti bisa mendapatkan produknya yang berkolaborasi bersama agrowisata dan agroforestry.
Di saksikan oleh pepohonan pinus yang membentang lebat, Tyo menyampaikan harapan agar program pertanian organik ini terus berlanjut karena sistemnya sudah terbentuk. Selanjutnya, bersama dengan DSA Bogor-Mitra Organik akan terus melanjutkan program karena sangat berdampak langsung kepada petani serta bumi.
“Teruslah menanam, walaupun dari hal sederhana seperti pekarangan karena kebutuhan makhluk hidup adalah pangan dan jangan pernah takut untuk mencoba hal baru, serta jangan takut juga jika nanti terinspirasi untuk menjadi petani karena petani adalah pahlawan pangan,” kata Tyo menutup perbincangan kami di sore hari di antara hamparan tanaman cabai dan hutan pinus.
Pesan telah tersampaikan, siapa sangka pertanian organik memiliki peran yang sangat luar biasa. Tidak hanya membantu menjaga kelestarian bumi, tetapi juga membantu menyejahterakan petani demi tercapainya ketahanan pangan.
Menghijaukan bumi, menyejahterakan petani.
Dari kaki Gunung Salak, DSA Bogor-Mitra Organik telah membuktikannya.
Referensi:
[1] Herawati, N. K., Hendrani, J., & Nugraheni, S. (2014). Viabilitas pertanian organik dibandingkan dengan pertanian konvensional. Research Report-Humanities and Social Science, 2. Available [online] https://journal.unpar.ac.id/index.php/Sosial/article/view/1264. [diakses 23 Juli 2023].
[2] Mayrowani, H. “Pengembangan Pertanian Organik di Indonesia”, Forum Penelitian Agro Ekonomi, vol 30, no. 2, 2012. Available [online] https://epublikasi.pertanian.go.id/berkala/fae/article/view/1875. [diakses 23 Juli 2023].
[3] Purwantini, T. B., & Sunarsih. “Pertanian Organik: Konsep, Kinerja, Prospek, dan Kendala”, Forum Penelitian Agro Ekonomi, vol 37, no. 2, 2019. Available [online] https://epublikasi.pertanian.go.id/berkala/fae/article/view/1110/1081 [diakses 23 Juli 2023].
[4] Kementerian Pertanian, “Kementan Ajak Masyarakat Konsumsi Produk Organik”28, 1, 2022, 2022. Available [online] https://ditjenpkh.pertanian.go.id/berita/1435-kementan-ajak-masyarakat-konsumsi-produk-organik#! [diakses 23 Juli 2023].
[5] Kementerian Pertanian. 2021.RENSTRA Kementan 2020-2024. Available [online] https://rb.pertanian.go.id/upload/file/RENSTRA%20KEMENTAN%202020-2024%20REVISI%202%20(26%20Agt%202021).pdf [diakses 23 Juli 2023].
[…] menggunakan motor dengan gigi satu dan dua karena jalanannya turun naik. Ini hasil tulisannya: Hijaukan Bumi, Sejahterakan Petani Bersama Desa Sejahtera Astra (DSA) Bogor-Mitra Organik. Tulisan ini tidak masuk nominasi apapun karena saya juga berpikir kurang menggigit lantaran tidak […]