Last Updated on March 26, 2016 by evrinasp
Pada awal Agustus 2015 ini saya berkesempatan mengikuti Diklat Audio Visual Bagi Penyuluh di Pusat Pelatihan Manajemen dan Kepemimpinan Pertanian (PPMKP) Kementerian Pertanian RI Ciawi. Diklat ini merupakan diklat yang paling saya tunggu karena peserta akan dilatih membuat video penyuluhan secara mandiri. Pada diklat ini, peserta akan diajarkan bagaimana membuat naskah video yang baik beserta cara mengambil gambar hingga mengedit dan mengemasnya menjadi satu video utuh yang menarik. Guna memperlancar kegiatan, masing-masing peserta diwajibkan membawa Laptop, Kamera (baik kamera pocket maupun DSLR) atau Handy Camp beserta aksesorisnya. Laptop yang dibawa sebaiknya memiliki RAM yang memadai karena peserta akan diberikan software untuk mengedit video dengan kapasitas besar. Dan sebagai tahap awal, kami dilatih terlebih dahulu untuk dapat membuat naskah audio visual sebelum melakukan shooting.
Sebelumnya kita pahami dulu apakah itu audio visual. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia sendiri, audio visual adalah alat peraga bersifat dapat didengar dan dilihat. Jika dijabarkan lebih dalam lagi audio visual adalah salah satu bentuk penyampaian yang dapat didengar serta dilihat dengan panca indera. Pada zaman dulu kita sering mendengar siaran pedesaan melalui radio, bentuk siaran ini disebut sebagai naskah audio. Kemudian pada zaman dulu juga kita sering melihat slide sound yang memperlihatkan suatu gambar secara bergantian. Bentuk tersebut dinamakan visual yang mengandalkan indera penglihatan. Apabila naskah audio dan visualisasi tersebut digabungkan maka menjadi bentuk penyampaian secara audio visual yang umumnya berbentuk video.
Untuk membuat suatu video, kita memerlukan suatu perencanaan matang, salah satunya adalah pembuatan naskah video. Pada naskah audio visual terdapat tujuh buah unsur yang harus diperhatikan yaitu:
- Title (judul), yang dapat dimunculkan setelah opening atau sebelum opening. Judul harus menarik agar penonton mau melihat pesan yang ingin disampaikan.
- Credit Title, sebuah tulisan yang dimunculkan pada akhir video, misalnya ucapan terimakasih.
- Tema, tema yang akan diangkat dalam video
- Intrigue, intrik atau benturan-benturan untuk mencapai tujuan, umumnya sebuah video diakhiri dengan happy ending, namun bisa juga tragic ending. Untuk materi penyuluhan umumnya happy ending, namun ada juga sutradara yang tidak memberikan suatu keputusan pada akhir tayangan dan membiarkan penonton untuk memutuskan atau membuat kesimpulan.
- Klimaks, atau puncak suatu konflik yang memberikan warna pada suatu cerita. Setelah klimaks tercapai maka akan terdapat anti klimaks yang umumnya terdapat suatu solusi permasalahan.
- Plot, atau pola cerita. Misalnya dalam suatu jalan cerita terdapat opening, konflik, klimaks, anti klimaks dan endingnya. Plot diharuskan menarik karena menurut sebuah kajian, pada tiga menit pertama penonton harus tertarik pada film tersebut, sedangkan jika tidak menarik maka akan ditinggalkan oleh penonton. Dalam membuat film tidak mungkin kehabisan cerita karena kita bisa mengatur plot, akan tetapi dibutuhkan kreatifitas tinggi dalam membuat suatu video.
- Sinopsis, adalah gambaran sebuah cerita secara singkat untuk dikembangkan penulisannya dengan sederhana mungkin serta bahasa yang jelas.
Naskah audio visual adalah bentuk naskah yang di dalamnya terdapat sebuah cerita. Tahapan pembuatan naskah audio visual diantaranya:
- Menemukan ide gagasan, berupa tangkapan visual yang diterjemahkan
- Menentukan tema yang akan diangkat dari ide gagasan
- Tentukan sasaran atau tujuan, kepada siapa video ini akan ditayangkan
- Lakukan riset untuk membantu mencapai tujuan
- Lakukan analisis serta penyeleksian informasi
- Berikan Treatent atau langkah-langkah dalam pembuatan video
- Tuangkan dalam naskah audio visual
Setelah terbentuk naskah audio visual, maka tahap selanjutnya adalah memvisualisasikannya menjadi bentuk cerita yang bergambar. Agar visualisasi yang dihasilkan mencapai tujuan maka sebuah visualisasi harus visible (mudah dilihat), interesting (menarik), simple (sederhana), useful (berguna), accurate (akurat), legitimate (logis) dan structured (tersusun rapi).
Dalam menghasilkan video atau film yang berkualitas, dibutuhkan kolaborasi kerja dari berbagai profesi seperti penulis, sutradara, wardrobe, operator dan lain-lain. Jika satu seksi saja tidak sejalan maka pembuatan video atau film menjadi tidak maksimal bahkan gagal. Begitu pula dalam membuat suatu naskah atau skenario, harus terorganisir secara rapih agar pesan yang ingin disampaikan dapat tercapai. Berikut adalah contoh dari skenario audio visual:
SKENARIO VIDEO
Mendulang Laba dari Baby Caisin (Pakcoy)
Scene 01. EXT. Berbagai Kegiatan. Pagi
Scene pembuka menggambarkan geografi wilayah Cianjur. Pengambilan gambar meliputi pegunungan, bukit, wilayah daratan dan dataran rendah serta potensi wilayah pertanian dan beberapa infrastruktur yang di bangun Read. Muncul Judul: Mendulang Laba dari Baby Caisin (Pakcoy). FS
Scene 02. EXT. Situasi Kegiatan di Saung Meeting. Pagi
Di situ terjadi sebuah percakapan antar petani mengenai harga pakcoy menjelang panen. Kamera move ke petani.LS
Dialog:
Petani 1 (P1): “aduh….., gimana nih mau panen harga lagi jatoh”CU
Petani 2 (P2): “ iya ya, kira-kira bagaimana ya caranya agar ketika panen nanti harga bisa tinggi”CU – GS
P1: “ wah yang bisa jawab sih kayanya bapak penyuluh”
P2: “ ada nomor telponnya gak?, telponin dong”
Dan seterusnya.
————————————————————————————————————————————————————–
Pertama kali membuat suatu naskah audio visual mungkin agak sulit. Tetapi apabila kita mampu berimajinasi dan menuangkannya dalam bentuk deskriptif yang jelas maka sebuah naskah tersebut dapat hidup hingga tervisualisasikan dengan jelas.
Setelah selesai membuat naskah audio visual, maka langkah selanjutnya adalah belajar mengenai pengambilan gambar yang akan dituangkan pada postingan selanjutnya.
Lusi says
Audio visual memang jauh lebih menarik daripada ppt
evrinasp says
betul mbak, saya mau memanfaatkan benar ilmu yang didapat selama diklat
Ceria Wisga says
keren banget ini mbak diklatnya, seru pasti 🙂
evrinasp says
iyah seru, seminggu belajar audio visual tapi sebenarnya kurang waktunya, terlalu padat materi yg disampaikan
Tri sulistiyowati says
Inget jamannya msh jadi kru lapangan mb..produksi program pertanian ma bppt… Ternyata mereka dah nyiapin naskah segala, pdhl kita nggak minta…
evrinasp says
iya biasanya sudah disiapin sama mereka jika bekerja sama, mereka sudah ada tim ahlinya juga
rita asmaraningsih says
Keren ya Mbak ..diklat bagi penyuluh sekarang ini.. menggunakan teknologi IT sebagai penunjang pekerjaan kantoran.. sukses ya..
evrinasp says
terimakasih mbak rita, kami memang dituntut untuk bis amemanfaatkna IT mbak, termasuk audio visual ini
Nia Haryanto says
Teknologi memang sangat berguna buat siapa aja ya, Mak. Termasuk buat penyuluh 🙂
evrinasp says
iya mak, kami perlu sekali untuk diseminasi teknologi
Lidya says
duh mau dongikutan belajar Rin
evrinasp says
nanti ya, saya posting lagi lanjutan materinya
Yati Rachmat says
Teknologi IT, hiks, hiks, Bunda buta banget nih. Belajar juga shushaah nyantelnya. Pontingan Mak Evrina selalu berbobot.
evrinasp says
wah makasih bunda, mau lanjutin postingan selanjutnya nanti bun, masih banyak tahapnya
agung aritanto says
Kalo Gue masih belajar bikin acara sih walaupun masih sebatas buat upload d youtube
evrinasp says
ini juga belum bikin lagi, masih mandek nih postingan
syafram says
kalo ngedit2 video penyluhan nya pake software apa yg di rekom kan mbak ??
evrinasp says
Bisa pakai Ulead, pakai sony vegas atau Corel Video Studio, pakai aplikasi di smartphone juga bisa
tati purnamawati says
29 tahun jadi Penyuluh, belum beruntung ikut diklat beginian…. sdh terlalu uzur mungkin….
evrinasp says
Wah, iya sih kebanyakan anak muda yang ikutan diklatnya