Last Updated on January 8, 2016 by evrinasp
Hari Pangan Sedunia: Petani Pejuang Pangan dan Gizi Bangsaku. Artikel Lomba Hari Pangan Sedunia 2015 diselenggarakan PERGIZI PANGAN Indonesia.
Hari pangan sedunia (HPS) merupakan kegiatan tahunan yang dilaksanakan mulai dari tingkat kabupaten, provinsi hingga nasional. Peringatan HPS menjadi momentum untuk mengedukasi masyarakat beserta para stakeholder mengenai pentingnya meningkatkan pemahaman dalam penyediaan pangan yang cukup, bergizi, seimbang dan aman. Pangan merupakan urusan wajib karena merupakan penunjang hidup bagi manusia. Tanpa adanya pangan maka manusia tidak dapat hidup dan melakukan aktivitasnya.
HPS diperingati setiap tanggal 16 Oktober berdasarkan Resolusi PBB Nomor 1/1979 yang dikeluarkan di Roma, Italia. Tanggal tersebut merupakan hari terbentuknya Food and Agriculture Organization (FAO) yang merupakan organisasi pangan dunia di bawah naungan PBB dan sejak tahun 1981 seluruh negara anggota FAO termasuk Indonesia memperingati HPS secara nasional setiap tahunnya. Perayaan Hari Pangan Sedunia tingkat nasional tahun ini akan dilaksanakan di Kota Palembang, Provinsi Sumatera Selatan.
Menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang pangan, pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia. Sedangkan kondisi terpenuhinya pangan bagi negara hingga tingkat individu disebut dengan tercapainya kondisi Ketahanan Pangan.
Agar kondisi ketahanan pangan dapat tercapai, saat ini pemerintah sedang meningkatkan upaya peningkatan produksi pangan melalui program swasembada pangan. Ada tiga komoditas utama dan dua komoditas lainnya yang menjadi target pencapaian swasembada pangan pada tahun 2017 nanti yaitu Padi, Jagung, Kedelai, Gula dan Daging. Masing-masing komoditas memiliki tujuan tersendiri dalam target pencapaiannya, yaitu:
- Swasembada Padi bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pangan
- Swasembada Jagung untuk memperkaya pangan dan kebutuhan pakan
- Swasembada Kedelai untuk memenuhi kebutuhan pengrajin tempe, tahu dan lain-lain
- Gula untuk memenuhi untuk memenuhi kebutuhan nasional
- Daging untuk memenuhi defisit daging dan konsumsi nasional
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Kepala Badan Pusat Statistik, Suryamin, diketahui bahwa padi, jagung dan kedelai pada tahun ini mengalami kenaikan secara bersamaan. Produksi padi tahun 2015 diperkirakan sebanyak 75,55 ton GKG atau mengalami kenaikan sebanyak 4,70 juta ton (6,64 persen) dibandingkan tahun 2014. Sementara produksi jagung tahun 2015 diperkirakan sebanyak 20,67 juta ton pipilan kering atau mengalami kenaikan sebanyak 1,66 juta ton (8,72 persen) dibandingkan tahun 2014. Produksi kedelai tahun 2015 diperkirakan sebanyak 998,87 ribu ton biji kering atau meningkat sebanyak 43,87 ribu ton (4,59 persen) dibandingkan tahun 2014 (Nurilah, 2015). Peningkatan produksi ini sebagai akibat dari meningkatnya luas panen yang berdampak pada peningkatan produksi.
Berdasarkan data di atas kita optimis bahwa target program swasembada pangan pada tahun 2017 bisa tercapai. Hal ini juga menandakan bahwa kondisi terpenuhinya pangan dan gizi hingga tingkat individu sebagai cermin dari ketahanan pangan juga ikut terpenuhi. Pangan dan gizi memang tidak dapat terpisahkan karena pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi merupakan masalah yang sangat krusial. Oleh karena itu melalui peringatan HPS ini sudah sepatutnya kita jadikan sebagai momentum yang berguna bagi peningkatan ketahanan pangan. Upaya yang terus dilakukan dalam meningkatkan ketahanan pangan salah satunya adalah melalui program diversifikasi konsumsi pangan. Program ini menempatkan petani menjadi pusat dan subjek pembangunan ketahanan pangan.
Peran penting pertanian dalam mendukung ketahanan pangan terlihat jelas. Pertanian dapat memenuhi kebutuhan pangan suatu bangsa hingga akhirnya mampu menciptakan kemandirian pangan yang dapat menentukan kedaulatan pangan suatu negara. Untuk itu para petani sebagai pelaku utama pembangunan pertanian harus didukung serta mendapatkan perhatian sepenuhnya dari berbagai pihak. Melalui tangan petani mampu dihasilkan berbagai macam produk mulai dari produk pertanian, peternakan, perikanan hingga kehutanan. Maka sangat layak apabila petani di sebut sebagai Petani pejuang pangan dan gizi bangsaku.
Petani sebagai Pejuang Pangan dan Gizi
Sejak awal proses budidaya, para petani sudah harus berjuang berjibaku dengan berbagai faktor untuk menghasilkan produktivitas tinggi. Namun dalam perjalanannya sering ditemui berbagai macam kendala. Beberapa kendala yang sering ditemui di lapangan dalam proses budidaya diantaranya adalah alih fungsi lahan, minimnya tenaga kerja bidang pertanian, kurangnya permodalan, terbatasnya akses untuk memperoleh sarana produksi hingga permasalahan perubahan iklim.
Saat ini pada beberapa wilayah yang tidak memiliki sarana irigasi teknis yang memadai tengah menghadapi kekeringan, khususnya pada lahan tadah hujan. Hanya sebagian kecil petani yang mampu menyelamatkan hasil panennya akibat musim kemarau. Sebagian besar petani mengalami puso akibat kekeringan yang melanda pertanaman. Sebenarnya puso dapat dihindari apabila petani menanam tepat sesuai dengan jadwal yang ditentukan yaitu sesuai dengan ketentuan kalender tanam. Hanya saja karena sulitnya memperoleh tenaga kerja serta minimnya peralatan membuat penanaman menjadi terhambat.
Pada saat musim tanam memadai sekalipun petani tetap harus berjuang untuk menghasilkan produktivitas yang tinggi. Intensitas hama penyakit yang menyerang sejak fase bibit hingga masa panen menyebabkan para petani harus melakukan berbagai langkah preventif. Tak jarang dari mereka harus mengeluarkan sekian rupiah apabila kendala ekologis tersebut cukup mengancam pertanaman.
Tak hanya berjasa dalam meningkatkan produktivitas, para petani ini juga sangat berjasa dalam memberikan sumbangsihnya terhadap gizi masyarakat. Trend saat ini yang mengharuskan back to nature membuat para petani mulai melakukan proses budidaya yang ramah lingkungan seperti meminimalisir penggunaan bahan-bahan kimia dan beralih kepada penggunaan bahan-bahan organik. Hal ini turut serta memberikan pangan yang aman serta bergizi bagi masyarakat.
Selain itu para ibu yang tergabung dalam kelompok wanita tani tidak hanya melakukan budidaya di lapangan saja. Mereka juga sangat berperan dalam meningkatkan gizi keluarga maupun masyarakat. Para wanita tani saat ini sudah melakukan pemanfaatan potensi lahan yang ada dengan menanam sendiri sumber pangan baik karbohidrat, protein maupun vitamin dan mineral untuk memenuhi kebutuhan gizi keluarga. Implementasi pemenuhan gizi kemudian dituangkan dengan menyusun menu keluarga sehari-hari yang beragam bergizi seimbang dan aman.
Dari penjelasan di atas maka sangatlah tepat apabila kita sebut petani sebagai pejuang pangan dan gizi yang banyak memberikan jasanya dalam menyokong kebutuhan pangan masyarakat.
Pertanian dan Kedaulatan Negara
Tanggal 24 September 2015 kemarin kita baru saja memperingati Hari Tani Nasional. Hari Tani Nasional berlaku sejak ditetapkannya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria oleh Presiden Soekarno. Undang-Undang yang kemudian dikenal dengan sebutan UUPA 1960 ini merupakan tonggak sejarah agraria di Indonesia. Saat itu pemerintah berupaya untuk menciptakan pemerataan penguasaan tanah yang dapat mengangkat kesejahteraan petani.
Permasalahan penguasaan lahan memang cukup pelik. Dalam suatu seminar disampaikan bahwa agar petani mencapai kesejahteraannya minimal seorang petani harus memiliki lahan seluas 2 hektar untuk melakukan budidaya. Namun pada kenyataannya petani yang tinggal pada daerah non potensial umumnya memiliki luasan lahan di bawah 1 hektar. Ancaman seperti alih fungsi lahan pertanian turut serta menghantui keberlangsungan sektor pertanian Indonesia.
Hasil sensus Pertanian yang dilakukan Badan Pusat Statistik pada Tahun 2013 menunjukkan bahwa hasil pencacahan lengkap Sensus Pertanian Tahun 2013 diperoleh jumlah rumah tangga usaha pertanian subsektor tanaman pangan di Indonesia sebesar 17 728 162 rumah tangga. Jika dibandingkan dengan tahun 2003 jumlah tersebut mengalami penurunan sebanyak 979 890 rumah tangga. Padahal jatuh bangunnya suatu negara salah satunya adalah dengan terpenuhinya kebutuhan pangan. Kondisi ini memperlihatkan bahwa pertanian dan petani sebagai pelaku utama sangat penting untuk mendapatan diperhatikan. Maka sangat wajar apabila kita menyebutnya sebagai Petani hidup dan mati bangsaku.
Menurunnya rumah tangga usaha pertanian juga disebabkan karena berkurangnya para pelaku utama bidang pertanian. Umumnya anak-anak para petani enggan untuk melanjutkan usaha orang tuanya yang bergerak di bidang pertanian. Mereka lebih memilih untuk bekerja di kota-kota besar atau industri yang memberikan hasil lebih cepat daripada membuang waktu untuk melakukan budidaya di sawah. Menurunnya para pelaku utama bidang pertanian dikhawatirkan dapat mengganggu upaya pencapaian ketahanan pangan yang selama ini digaungkan. Jika tidak ada lagi yang mau menanam lalu bagaimana caranya agar kebutuhan pangan dapat terpenuhi? Hal ini mengindikasikan bahwa Petani tulang punggung pangan dan gizi bangsaku. Tanpa petani maka cita-cita Indonesia untuk swasembada pangan hingga bisa berkedaulatan pangan seperti negara-negara lainnya sangat ditentukan oleh peran petani selaku pelaku utama.
Momentum HPS yang dilaksanakan setiap satu tahun sekali sudah sepatutnya kita jadikan sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kesejahteraan petani. Melalui HPS kita bisa turut serta membantu para petani untuk memperkenalkan komoditas unggulan kepada masyarakat sekaligus menjembatani mereka dengan para pemangku kepentingan agar mendapatkan perhatian dan pembinaan lebih baik lagi. Dengan ini diharapkan kesejahteraan petani semakin meningkat yang diiringi dengan tercapainya kondisi ketahanan pangan.
Sumber Informasi:
Badan Pusat Statistik. 2014. Sensus Pertanian 2013. http://st2013.bps.go.id/dev/st2013/index.php. [diakses tanggal 1 Oktober 2015]
Koran Makassar Online. 2015. 24 September 1960 Penetapan Hari Tani Nasional. http://koranmakassaronline.com/v2/24-september-1960-penetapan-hari-tani-nasional/#sthash.h6adrlpm.dpbs. [diakses tanggal 1 Oktober 2015]
Mukti, H. 2015. Produksi Padi 2015 Tertinggi dalam 10 Tahun Terakhir. http://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20150702060011-92-63751/produksi-padi-2015-tertinggi-dalam-10-tahun-terakhir/ [diakses tanggal 30 September 2015]
Nurilah, D. 2015. Target Swasembada Pangan 2017. http://news.liputan6.com/read/2197365/target-swasembada-pangan-2017. [diakses tanggal 30 September 2015]
linasasmita.com says
Dulu kita pernah swasembada pangan (padi) berasa sangat makmur. Tapi kini tertutama di Pulau Jawa yang luas tanahnya semakin tergerus pembangunan rumah, perumahan dan bangunan lainnya akan semakin sulit memperjuangkan untuk swasembada ini jika tidak didukung pulau-pulau lainnya. Sementara di SUmatera dan Kalimantan tanah seluas-luas itu hanya sawit, sawit dan sawit. Bukan sawah. Curcol 😀
evrinasp says
iyah betul mbak miris banget kita butuh pangan tapi lahan dihabiskan, berbanding terbalik dengan kenyataan, lahan di luar pulau jawa sangat kecil kemungkinan untuk sawah lebih banyak ke arah perkebunan
rahmiaziza says
Petani pejuang gizi setujuuu. Aku kalo terpaksa2nya sampe buang nasi sampe bilang gini, “Maafin aku ya Pak Tani”
evrinasp says
iyah mbak sebisa mungkin jangan buang2 nasi ya, kalopun mau dibuang dikasih ke ayam aja
Tri sulistiyowati says
Hidup petani! ** tiba-tiba ingat klompencapir jaman pak Harto aku Mbakk… Elokkk, mbikin makalah seserius ini berapa hari mbakk….
evrinasp says
dua hari hehehe, doakan yaaa
khairiah says
Wuih lengkapnya tulisannya, aku jg anak petani ngerasain bgt susahnya jd petani, yaa capek nanam, kdng tanamannya mati, jualin hasil kebun ke pasar pada minta murah
evrinasp says
iyap betul mbak, makanya jasanya para ibu petani itu tak tergantikan, dari awal tanam sampai panen ada saja hambatannya
Liza says
setuju banget mbak ev, tanpa petani entah bagaimana keadaan gizi kita nanti
evrinasp says
betulll semoga kesejahteraan bapak ibu petani kita meningkat ya, kasian soalnya
hendri hendriyana says
musim kemarau sekarang lumayan panjang sehingga orang tua saya pun ga bisa menanam padi disawah, kalo sawah ditempat saya paling cuman bisa buat pangan masyarakat setempat saja mbak, sawah semakin berkurang ditempat saya nih, semoga kedepannya pertanian indonesia terus meningkat ya mbak 🙂
evrinasp says
alih fungsi lahan ya, begitulah katanya mau meningkatkan pangan tapi lahan potensial digerus terus
hendri hendriyana says
iya mbak, sekarang banyak perumahan.mungkin itu usaha mereka meskipun harus babad banyak sawah, petani semakin berkurang ya mbak 🙂
evrinasp says
iya nih, lahan berkurang, penerus pun tak ada, jadinya gigit jari aja deh
diba says
Bangga sm PakMer yang masih nyawah di usia senja. Badan sehat n kebutuhan keluarga aman terpenuhi.
evrinasp says
bercocok tanam bisa menghilangkan stres sehingga bisa memperpanjang umur mbak, makanya petani-petani kita umurnya walaupun tua tetap kuat nyawah
ophi ziadah says
Waah sy baru buka laptop mau mulai ngedraf ehhh suhunya para petani sudah publish ajah tulisannya.
Doakan tulisan saya kelar ya ibu penyuluh. Meski tak punya background pertanian pingin ikutan secara saya anak petani gitu lhoo *bangga
Xixi
evrinasp says
sippp hayu atuh ditunggu ceu, ini juga cuap-cuap aja soalnya kalo udah nyangkut petani langsung ingin maju hehe
Astrid Prasetya says
“If the farmer is poor then so is the whole country”
Benarkah Mba? Rasanya saya jarang melihat petani yang kaya, *teringat kasus tomat di Garut.
Apalagi petani pengolah lahan, mungkin kalo pemilik lahannya sih kaya kali ya 🙁
evrinasp says
petani pangan memang jarang yang kaya, kalau petani horti dan petani perkebunan kesejahteraanya masih lebih baik karena komoditas dan luasan lahan menjanjikan, doakan saja semoga para petani kita semakin sejahtera
Nunung Yuni A says
Semoga swa sembada pangan 2017 Padi, Jagung, Kedelai, Gula dan Daging tercapai ya mbak
evrinasp says
aamiin yra, iya mbak, itu tugas saya juga sebagai penyuluh
Lusi says
Pas banget kalau yang nulis ibu penyuluh. Semoga petani Indonesia, sebagai penyedia pangan utama, bisa mendapatkan taraf hidup yang lebih baik.
evrinasp says
aamiin terimakasih mbak, jayalah pertanian Indonesia
awen says
Dilumbung kita menabung
datang paceklik kita tak bingung 🙂
Kalau kebutuhan pangan sudah tercapai kan bangsa kita juga mendapatkan manfaatnya.
Apalah artinya tekhnologi yang semakin canggih jika kebutuhan pangan harus diganti dengan plastik. mari tingkatkan semngat untuk meneruskan usaha orang tua kita. 🙂
semoga menang mba 🙂
evrinasp says
aamiin thanks ya, iya kita harus mendukung para pejuang pangan termasuk saya biar semangat terus membina petani
awen says
Ya sama-sama, tenang saja aku selalu mendukungmuuuu kok,heu
jangan lupa sarapan ya karena untuk membina dengan penuh semangat itu butuh banyak tenaga 🙂
evrinasp says
eaaaaaaa sarapan mah nomor satu
Riva Sakina says
Kalo baca literatur sejarah, orang-orang terdahulu itu sangat memuja Nusantara karena ragam pangan yang tersedia di setiap jengkal tanah negeri ini. Di literatur dan naskah kuno, para gujarat, mereka menulis tentang keelokan negeri bernama Nusantara.
Tapi sekarang, sedih rasanya apa-apa impor 🙁
evrinasp says
yahhh soalnya lahan pertanian kita semakin berkurang, para pelaku utamanya juga semakin berkurang, makanya harus ada generasi penerusnya
hadimas says
artikelnya menarik. sukses yaaah
evrinasp says
terimakasih ya
momtraveler says
Ini sih mal ev banget lah.
Salut buat pak Tani dimanapun berada tanpa kalian kami merana. Salut juga buat mak Ev..moga2 menang ya
evrinasp says
aamiin terimakasih mbak muna, jayalah terus pertanian Indonesia
Irwin Andriyanto says
kapan yah negara ini suasembada pangan,, sementara kita selalu impor pangan,,, masalahnya tuh dimana??
evrinasp says
masalahnya adalah lahan pertanian semakin berkurang berikut para petaninya, butuh generasi penerus bidang pertanian nih
Henny Faridah says
Lahan semakin sempit, petani semakin berkurang. Harus ada program dan kiat bertani dengan lahan yang semakin sedikit. Saya bercocok tanam dengan hidroponik, termasuk petani bukan ya? soalnya gak nanam padi. hehehe…
evrinasp says
petani juga kok, itu sudah modern malah, kereeen
Lianny Hendrawati says
Kalo nggak ada petani, gimana nasih kita-kita ini ya, bisa-bisa import semua.
Artikelnya lengkap nih mbak, semoga menang ya.
evrinasp says
aamiin terimkasih ya mbak lianny, iya makanya kita sangat butuh petani
defa ramadhani says
semoga indonesia terus subur ya, musim kemarau taun ini memang panjang ya mba, apa lagi di daerah saya udah banyak yang kekuragan air, lahan sawah kekeringan
evrinasp says
aamiin iya memang lebih panjang dari tahun sebelumnya, namun sudah terlihat tanda2 musim hujan datang nih semoga bisa tersedia air lagi
prajuritkecil99 says
sayangnya kini semakin banyak generasi muda di desa yg berpindah ke kota demi mencari nafkah.
sementara di desa lahan pertanian juga semakin berkurang, banyak yg dijual untuk kemudian lahan itu digunakan sebagai pabrik, gudang dan perumahan.
belum lagi ketersediaan pupuk yg kini cukup memberatkan petani.
tapi beruntung kini sudah ada konsep bertani atau berkebun di atas awan, setidaknya orang-orang yg memiliki modal bisa menjadi sponsor untuk dapat ditanamnya bibit-bibit pohon buah-buahan demi tercukupinya kebutuhan pangan.
evrinasp says
iya apa yang sobat katakan memang benar, miris disaat kita harus swasembada pangan tapi lahan dan tenaga kerja berkurang
astin says
kasihan para petani, kekeringan menyebabkan harga-harga naik juga ya…kemarin aku beli tempe, kutanya..kok ada yang pakai daun ada yang pakai plastik? mahal harga daunnya…udah mahal sussah pula nyarinya.
Ya Allah kasihan sekali kan para petani…pedagang dan imbasnya ke aku…jadi harga bahan pokok naik…curhaaat time buuuu
evrinasp says
ga apa2 curhat mbakkk begitulah mbakkk, kadang harga di petani rendah lho yang mahal justru pedagang
Anjar Sundari says
kesejahteraan para petani harus ditingkatkan supaya generasi muda banyak yang tertarik menjadi petani…
kalau tidak ada penerusnya kita kelaparan dong…
** semoga sukses lombanya ya mbak Evri… 🙂
evrinasp says
terimakasih mbak Anjar, iya nih sedang mendorong anak2 mudah untuk meneruskan jejak orang tuanya untuk bertani
Nia Haryanto says
Wuih… tulisannya berat. Tapi dirimu memabg keren dab telaten. Gudlaaak 😉
evrinasp says
aamiin teh nia, ini mah seo sih, rangking saya jauh banget
Kevin Ahmad says
Kebanyakan orang juga sekarang banyak yang gak mau jadi petani.. mungkin saatnya sekarang untuk berinovasi di bidang pertanian,, bikin varian baru padi yang bisa bertahan di musim kering atau yah mungkin hal lainnya yang bisa membuat produksi di bidang pertanian bisa lebih meningkat…
evrinasp says
padi pada dasarnya butuh air, jadi kayanya yang tahan kekeringan banget belum ada tapi hal tersebut tidak impossible untuk diciptakan
Budi Mulyono says
Saya hanya anak petani bukan petani. tetapi mencoba belajar bercocok tanam cuman gii nyari cara yang lebih asyik gak ganggu kerjaan mbak.
Artikelnya lengkap mbak. keren
evrinasp says
makasih ya, nah ini anak petani hayuu lanjutkan jadi petani modern
Indah Nuria Savitri says
petani memang memegang peranan penting dalam memastikan ketahanan pangan dan kesejahteraan negara ya mak. Informasinya lengkap bangeeet 🙂
evrinasp says
makasih mak indah, iya mereka ujung tombak ketahanan pangan kita
febriyan says
Wahhh keren mbuangedddd mbak tulisannya.
Kangen sama masa swasembada pangan seperti dulu mbak.
Dan suka kutipan soal petani miskin – negara miskin. Tapi sayangnya lahan sawah pun sudah mulai geser jadi lahan perumahan. :'( – setidaknya yg pernah saya lihat seperti itu
evrinasp says
ah masa sih keren haha aamiin deh, yah begitulah kami diperintah untuk meningkatkan produksi pangan tapi berbanding terbalik dengan kenyataan di lapangan, lahan potensial banyak tergusur oleh perumahan
mei wulandari says
Terima kasih bapak ibu petani. Jasamu sungguh luar biasa… Smg pangan di Indonesia smkin berkembang baik ya mb.
Sukses kontesnya. Mau ikutan tp udah off
evrinasp says
makasih ya mbak, iya DL nya kemarin sudah tgl 9 okt
Ani Berta says
Selama ini,saya taunya cuma makan aja hehehe….
Terima kasih wawasan berbobotnya nih Ev 🙂
evrinasp says
makasih teh, alhamdulillah jika bermanfaat
Rosanna Simanjuntak says
Jadi lebih menghargai lagi Bapak dan Ibu petani, sang pejuang pangan dan gizi!
Terima kasih telah berbagi,Sista
evrinasp says
sama2 mbak Rosanna semoga bermanfaat
Ila Rizky says
lengkap banget ulasannya, mba Evrina. moga menang ya.
evrinasp says
aamiin terimakasih ya mbak ila
angki says
wah mantap banget mbak terus berjuang….
evrinasp says
haha makasih ya atas supportnya
Lidya says
berjuang terus ya pejuang pangan
evrinasp says
iya mbak doakan saja
D Sukmana Adi says
setuju dengan kata kata ( Petani adalah pejuang…gizi)
tanpa petani kita bisa apa ya mbak..
ayo buka lahan pertanian lebih lebar, hentikan perumahan, mending bangun apartemen 🙂
evrinasp says
hehe, iyah tanpa mereka kita mau makan apa, makanya kita perlu menghargai para petani kita
bersapedahan says
saya baca ini sambil manggut2 … biar kelihatan ngerti …
hayooo … jangan jadi slogan mulu .. swasebada pangan … kerja kerja … he he
kalau saya blusukan sepedaan ke daerah2 trutama sekitar bekasi … pesawahan dan ladang2-nya sudah di pasang plang pemilik lahan PT anu …. habis deh …
makin kegusur aja lahan pertaniannya … tempat sepedaan juga kegusur lho mba … saya mesti protes sama siapa kalau sudah begini … 🙂
evrinasp says
haha bisa bisa, ternyata yg nangis bukan cuma saya aja ya, biker juga nangis klo lahan berkurang
kutukamus says
2017? Wah sebentar lagi berarti? Memang ya, sulit rasanya berdaulat di kampung sendiri, kalau untuk yang pokok=pokok kita sangat bergantung kepada kiriman dari luar. Semoga petani Indonesia makmur. 🙂
evrinasp says
aamiin iyah sebentar lagi makanya kami sangat digenjod abis nih