Rasanya saya perlu menuliskan pengalaman naik pesawat saat hamil usia 32 minggu di blog ini. Sebagai pengingat dan sekaligus update blog tentunya karena di blog ini juga terdapat kategori tip dan tutorial. Pengalaman naik pesawat saat hamil ini saya letakkan di kategori tersebut dan semoga saja bermanfaat bagi pembaca. Karena sebelum saya naik pesawat dalam kondisi hamil, saya banyak mencari referensi pengalaman ibu-ibu hamil dengan usia kandungan yang serupa. Siapa tau pengalaman saya ini juga menambah referensi untuk memutuskan apakah berangkat atau tidak.
Sebenarnya saat mengetahui kalau saya akhirnya mendapatkan rezeki akan kehamilan kedua yang sudah ditunggu lama, saya sudah rela untuk tidak bepergian dan mengurangi aktivitas. Namun siapa sangka, melalui lomba penyuluh teladan, saya mendapatkan rezeki untuk ikut serta dalam kunjungan kerja implementasi penyuluhan pertanian ke Thailand.
Baca ini yuk: Cara Pemerintah Thailand Memajukan Sektor Pertanian
Setelah melihat waktu pelaksanaannya, ternyata jadwal kunjungan kerja tersebut sangat mentok dengan usia kandungan saya yang sudah memasuki 32 minggu versi pemeriksaan dokter. Saya sudah pasrah saja untuk tidak berangkat karena setelah melihat peraturan dari maskapai yang akan saya gunakan sepertinya sudah tidak diizinkan. Namun setelah menghitung sendiri berdasarkan kalender, ternyata usia kandungan saya baru memasuki 30-31 minggu yang artinya masih bisa melakukan perjalanan dengan pesawat terbang.
Saya langsung semangat untuk mencoba barangkali masih bisa berangkat ke Thailand dengan usia kandungan tersebut. Apalagi pihak penyelenggara juga menyemangati agar mencoba mengurus persyaratan penerbangan untuk ibu hamil terlebih dahulu jika saya yakin sehat dan kuat sehingga bisa mengikuti kunjungan kerja tersebut.
Cerita Sebelum Penerbangan
Pertama, saya langsung menghubungi travel agent yang mengurus keperluan kunjungan kerja saat itu. Kebetulan kami menggunakan maskapai Garuda Indonesia sehingga pihak travel memberikan sebuah link di website Garuda Indonesia yang memberitaukan tentang persyaratan yang harus dipenuhi oleh bumil apabila hendak menggunakan maskapai tersebut.
Di dalam persyaratan tersebut diketahui bahwa kalau sudah memasuki usia kehamilan 32-36 minggu sebenarnya dilarang untuk melakukan penerbangan dengan Garuda Indonesia. Tetapi kalau masih ingin tetap terbang, maka harus mengisi form Medical Information Form (Medif) sesuai kententuan di website Garuda Indonesia.
Form tersebut terdiri dari tiga lembar, di mana lembar pertama diisi oleh penumpang, dan kedua form selanjutnya diisi oleh dokter kandungan yang memeriksa. Surat keterangan dari dokter juga diperlukan untuk melengkapi. Dan karena saya melakukan penerbangan ke luar negeri, maka surat keterangan dokter yang digunakan harus menggunakan bahasa inggris.
Kedua, setelah saya mengetahui persyaratannya, saya langsung mengurus ke dokter kandungan yang memeriksa saya sejak awal. Sebelumnya saya sudah sounding terlebih dahulu ke dokter perihal perjalanan saya tersebut sehingga Beliau tidak lagi mempertanyakan dan langsung memberikan hasil pemeriksaan karena memang kondisi saya segar bugar saat itu.
Ketiga, saya langsung memberikan hasil pemeriksaan yang saya scan untuk dikirim melalui email kepihak travel agent. Pihak travel agen kemudian meneruskannya ke pihak Garuda Indonesia karena memang di websitenya tercantum bahwa Medif harus diperoleh dan disetujui Garuda Sentra Medika (GSM) minimal 7 hari sebelum keberangkatan.
Selanjutnya saya tinggal menunggu hari keberangkatan karena tidak ada kabar penolakkan atau apapun dari pihak travel agent sambal terus menjaga kesehatan.
Akhirnya Naik Pesawat Saat Hamil 32 Minggu
Akhirnya hari H pun tiba. Sejujurnya saya agak-agak khawatir takut tidak diizinkan saat melakukan check-in di bandara. Saya sudah membawa lengkap persyaratan Medif yang diperlukan untuk diurus saat check-in.
Waktu check-in pun tiba, pihak travel agent yang mengurus kemudian berkoordinasi dengan petugas Garuda Indonesia di sekitar counter check-in. Lalu ada petugas yang dating menghampiri saya untuk melakukan pemeriksaan terkait dokumen Medif. Petugas tersebut menanyakan berapa usia kandungan saya, memeriksa kelengkapan dokumen Medif dan surat keterangan dokter.
Lalu saya diminta untuk mengisi Form of Indemnity (FOI) atau surat pernyataan yang memang sesuai dengan apa yang tercantum di website Garuda Indonesia. Sambal mengisi FOI, petugas tersebut meminta KTP dan Passpor untuk difotokopi lalu ditempelkan dengan FOI yang sudah saya isi. Saya diminta untuk menyerahkan dokumen tersebut saat boarding ke petugas yang berjaga di sana.
Alhamdulillah, ternyata kekhawatiran saya tidak terbukti. Asalkan mengikuti prosedur yang ada, ternyata meski sudah hamil 32 minggu saya masih bisa terbang. Saat berada di dalam pesawatpun, saya tidak merasakan hal yang aneh. Saya malah tidur lelap serta bisa makan sangat lahap terhadap menu yang diberikan oleh pihak maskapai.
Harap-Harap Cemas Saat Kembali ke Tanah Air
Kekhawatiran saat terbang dari Indonesia ke Thailand memang sudah sirna karena akhirnya saya bisa melangkahkan kaki di Bangkok. Namun rasa cemas kembali dating saat travel agent mengatakan bahwa saya harus mengurus surat keterangan dokter lagi H-1 sebelum kembali ke tanah air dari dokter kandungan di Thailand.
Sayapun menyanggupi hal tersebut. Dengan dibantu oleh pihak travel agent, saya diantar ke rumah sakit untuk mengurus surat keterangan dokter setempat. Sayangnya saat itu jam praktik dokter kandungan sudah habis. Kalaupun ada, harus menunggu keesokan hari dengan jam yang sangat siang. Sementara, pagi hari kami harus sudah bertolak ke bandara untuk kembali ke Indonesia.
Akhirnya kami memutuskan untuk menggunakan surat keterangan dokter Indonesia saja dilampirkan dengan bukti foto bahwa kami sudah berusaha ke rumah sakit namun dokter kandungan yang dituju tidak ada. Kami menggunakan maskapai Garuda Indonesia lagi untuk kembali ke tanah air, semoga pihak maskapai dapat memahami situasi tersebut.
Hari H di bandara Suvarnabumi. Saya banyak-banyak berdoa agar bisa kembali ke tanah air dengan lancar. Saat check-in, saya didahulukan karena hendak dilakukan pemeriksaan terhadap dokumen.
Meski maskapainya milik Indonesia, petugas yang berjaga di counter tetap orang Thailand. Dia awalnya agak kaget ketika melihat perut saya yang sedang hamil. Lalu dia memanggil rekannya dan meminta rekannya tersebut menanyakan kepada saya perihal surat keterangan dokter.
Sayapun menyerahkan surat keterangan dokter yang saya bawa dari Indonesia kepada rekan petugas tersebut. Lalu dia dengan petugas di counter berbincang apa karena menggunakan bahasa Thailand sambal menunjukkan surat keterangan dokter yang saya bawa. Setelah itu petugas di counter langsung meminta saya untuk mengisi FOI tanpa meminta Medif dan memberikan boarding pass milik saya.
Dari situ saya tau bahwa saya diizinkan untuk ikut penerbangan ke Indonesia menggunakan maskapai Garuda Indonesia. Alhamdulillah ternyata sekali lagi kecemasan tersebut sirna. Petugas di bandara cukup bijak menanggapi kondisi yang saya alami.
Nah, bagi para ibu hamil terutama kehamilan di usia 32 minggu namun tetap ingin naik pesawat, saya ada sedikit tip yang harus dipersiapkan untuk menghadapi kondisi tersebut.
- Pastikan pada diri sendiri bahwa yakin bisa naik pesawat dan dalam kondisi yang sangat sehat.
- Lakukan sounding dan pemeriksaan ke dokter kandungan yang memeriksa jauh-jauh hari agar mendapatkan kepastian dan saran guna mempersiapkan diri sebelum naik pesawat.
- Cari tau terhadap kebijakan persyaratan yang diberlakukan oleh maskapai penerbangan jauh-jauh hari karena setiap maskapai menerapkan kebijakan yang berbeda terhadap ibu hamil yang ingin naik pesawat.
- Jika sudah memutuskan untuk tetap naik pesawat maka pasti sudah tau akan resiko yang dihadapi sehingga tidak menyalahkan berbagai pihak apabila ada kemungkinan buruk yang dihadapi.
- Jangan lupa persiapkan dokumen lengkap sesuai persyaratan maskapai termasuk surat keterangan dokter.
Demikian cerita pengalaman saya ketika naik pesawat saat hamil usia 32 minggu. Semoga bermanfaat ya. Salam sehat selalu.
Aizeindra Yoga says
dulu pas istri hamil besar juga agak was was dapat tawaran berangkat ke luar kota, tapi aku iseng becandain istri, kalo lahir di pesawat itu kan anak kita bisa gratis naik pesawat itu seumur hidup, bener gak sih heheheh
evrinasp says
Weh ngeri juga sih kalau lahiran Di pesawat, jangan deh, amit2 hehe
Sabda Awal says
yang seperti perlu banget diatensi jauh2 hari sebelum keberangkatan ya mbak, semuanya harus ready terutama badan harus bugar dan perlengkapan lainnya seperti surat keterangan dari dokter. Alhadmdulillah bisa pulang dengan selamat.
evrinasp says
Iya alhamdulillah lancar Jaya meski awalnya deg2an
Fanny Fristhika Nila says
aku pernah sekali hampir ga diksh naik pas mau balik indonesia dr malaysia. Cuma aku ga trima, krn usia kandungan msh 6 bulan. yang mana sebnrnya msh oke banget utk terbang. maskapai lion sebelum akhirnya aku blacklist :p. Apalagi aku udh baca aturannya, yg sudah harus hati2 dan butuh surat dokter yg udh masuk 8 bulanan, lah 6 bulan mah msh blm dilarang. mereka enak aja lgs bilang ga bisa naik. trus mksdnya aku disuruh stay di sana sampe lahiran gitu. ga masuk akal…
btw, udh lahiran ya mbaaa.. selamat loh..:). semoga sehat si dedek bayi dan cepat balik k rumah
evrinasp says
Harusnya sih Masih 6 Bulan Masih bisa terbang, hawong saya menuju 8 bulan aja bisa hehe, alhamdulillah sudah lahiran nih mbak
masirwin says
kemarin istri pas udah hamil besar, dilarang orangtua kemana mana hahahhaa
evrinasp says
Hehe iya Kalo ortu sudah ngelarang sebaiknya dengarkan
evrinasp says
Sabar ya hehe, kalau saya Masih pecicilan
raisasulastri says
dulu waktu saya hamil 30 minggu naik pesawat aja rasanya udh ngak kuat, ya mungkin beda orang beda fisiknya ya. tapi menurut saya, kalau sedang hamil tua lebih menghindari public transportation, lebih baik being prepare aja antisipasi untuk hal-hal yang tidak diinginkan
evrinasp says
iya sih, awalnya keberangkatan di usia 28 minggu, sayang jadwal dari provinsi mundur, jadi terpaksa ikut disaat usia kandungan sudah tua
anna says
salam kenal mba Evrina, izin bertanya mba..waktu itu pas pergi usia kehamilannya pas 32minggu atau lebih ya mba?
trus pas pulang ke indonesia, tepatnya brpa week yaa..? makasih mba
evrinasp says
Menurut perhitungan dokter waktu itu sudah 32 week, dan saya hanya sekitar 5 hari di Thailand, jadi tetap 32 week