Last Updated on July 26, 2021 by evrinasp
Setelah berjuang lebih dari satu tahun agar tidak terinfeksi virus corona penyebab penyakit COVID-19, akhirnya pada tanggal 12 Juli 2021 saya harus melakukan isolasi mandiri atau isoman gara-gara terinfeksi virus corona. Saya sendiri malah tidak menyangka akan menulis cerita isoman ini karena saya pikir si virus tidak akan datang ke keluarga kami. Tetapi siapa sangka ternyata virus corona varian delta yang daya penyebarannya lebih cepat akhirnya ‘bertamu’ juga ke keluarga kami sejak bulan Juni 2021. Begini ceritanya.
Gara-Gara Pada Mudik Sih
Selama setahun lebih sejak kemunculan virus corona, keluarga inti (saya, suami, anak-anak) sudah sangat ketat menjalankan protocol kesehatan (prokes). Mulai dari yang paranoid banget terhadap si virus (sampai rumah langsung mandi bersih-bersih ganti baju sebelum ketemu anak-anak), mulai agak nerima (yang penting sudah cuci tangan sebelum ketemu anak-anak), hingga balik lagi ke paranoid (prokes ketat sering banget cuci tangan). Yah Namanya juga bermasyarakat, di keluarga inti prokesnya ketat, belum tentu ketika harus berhadapan dengan orang lain yang mungkin prokesnya ketat atau mungkin malah santuy kayak di pantuy *pantai keles.
Keluarga besar saya juga ada yang prokesnya ketat, tetapi ada juga yang santuy (adik-adik cowok nih terutama). Giliran sudah ada yang positif COVID-19 baru deh mulai ngegasss maskerannya. Ini nih yang bikin saya dan keluarga inti berpikir ya sudahlah biarkan orang lain santuy, yang penting kita jangan, karena kalau sakit ya kita juga yang enggak enak.
Kami sudah menjaga ketat supaya si coronces tidak datang ke keluarga terutama keluarga inti. Namun kenyataan berkata lain, justru akhirnya saya terkena coronces karena tertular dari keluarga yang pulang mudik pada pertengahan bulan Juni 2021 lalu. Sewaktu mamah, bulik, dan adik yang kedua pergi mudik, saya sudah memiliki perasaan enggak enak. Ternyata benar saja, sepulang dari mudik satu per satu mulai bertumbangan terkena COVID-19.
Dimulai dari mamah, sepupu, bulik, adik yang ketiga beserta istrinya (karena serumah dengan mamah), kemudian adik yang kedua, baru yang terakhir menginfeksi saya dan juga bapak.
Gejala Infeksi Virus Corona yang Dirasakan
Dua hari setelah pulang mudik, mamah langsung meriang. Saya pikir mamah meriang karena kelelahan pasca mudik yang memang hanya sebentar saja yaitu tiga hari ke Salatiga, Jawa Tengah. Selain meriang, mamah juga merasa mual, terkadang demam pada malam hari terkadang tidak. Saya sudah menyarankan kepada mamah untuk tes swab, tetapi dia tidak mau (entah kenapa orang tua kok ya pada takut diswab) dan adik juga mengatakan mungkin mamah bukan sakit covid tetapi terkena typus karena kelelahan. Akhirnya mamah hanya diantar bolak-balik ke dokter sampai tiga kali ganti klinik masih belum sembuh juga. Saya sudah menyarankan sekali lagi untuk di swab tetapi tetap tidak mau, mama hanya mengkonsumsi vitamin dan obat dari dokter saja.
Selang berapa hari kemudian sepupu dan bulik yang ikut mudik bareng mamah mulai mengalami gejala yang sama dan setelah di tes swab ternyata mereka positif. Baru kemudian gelombang kedua serangan virus corona menyerang adik saya dengan gejala demam, pusing, pilek, dan mual.
Saya sudah pasrah tetapi juga tetap menjaga diri supaya jangan sampai terkena virus corona karena saya bergantian dengan adik merawat mamah sambil berusaha menjauhkan bocil (anak-anak) agar tidak tertular. Kenyataan berkata lain, akhirnya saya menjadi orang yang terakhir terkena COVID-19 di keluarga besar kami.
Gejala yang saya rasakan pada awalnya adalah hidung sakit sekali seperti hendak terkena flu. Kemudian kepada terasa sangat pusing, dan sedikit demam. Saat mengalami gejala tersebut, saya langsung berobat ke dokter dengan ikhtiar agar tubuh tidak sakit sehingga tidak terinfeksi COVID-19. Dokter sudah mewanti-wanti agar saya hati-hati khawatir tertular virus tersebut.
Sehari setelah berobat, tubuh saya kembali segar, namun saya mulai pilek dan rasa pusing serta demam sudah tidak ada. Keesokkannya lagi, saya sempat berolah raga dan merasakan tubuh cukup fit, namun pada sore harinya tiba-tiba saya tidak dapat mencium bau apapun alias mengalami anosmia. Dari situ saya mulai curiga, jangan-jangan saya positif COVID-19 sehingga saya segera melakukan tes swab antigen keesokan harinya. Dari hasil tes swab antigen, saya dinyatakan positif terjangkit virus corona sehingga harus isolasi mandiri.
Menjelang Isolasi Mandiri Setelah Dinyatakan Sakit COVID-19
Setelah dinyatakan positif COVID-19, saya langsung bergegas membeli beberapa keperluan untuk isolasi mandiri seperti:
- Multivitamin, karena stok multivitamin yang ada di rumah tinggal sedikit lagi.
- Sumber vitamin C dan Vitamin D, kebetulan di apotik habis, sehigga saya membeli merk CDR yang saat itu bentuknya tinggal sachetan saja, alhamdulillah ini masih dapet.
- Propolis, yang menurut teman-teman bagus untuk daya tahan tubuh
- Keperluan anak-anak (makanan, susu, cemilan, dll)
- Buah-buahan
- Makanan yang diperlukan selama isoman.
Saya sudah memiliki stok madu dan juga jahe merah serta temulawak untuk membantu pemulihan selama isoman sehingga saya tidak membelinya lagi. Setelah itu saya langsung pulang, mengabarkan kantor untuk izin sakit dengan status isoman, dan mengabarkan keluarga.
Selama isolasi mandiri, saya melakukan beberapa hal berikut ini sebagai rutinitas:
- Pagi hari setelah beres-beres rumah dan bersih-bersih diri, saya langsung konsumsi buah dan sarapan
- Kemudian saya minum jahe merah atau temu lawak dan terapi uap minyak kayu putih
- Dilanjutkan dengan minum air putih yang dicampur lima tetes propolis (ini saya minum dua kali sehari)
- Kemudian sekitar pukul 08.00-09.00 saya berjemur matahari. Menurut informasi berjemur mataharinya cukup 15 menit, tetapi saya tetap berjemur sampai merasa sudah tidak kuat karena kepanasan.
- Setelah itu saya langsung menyegarkan diri dengan minum CDR dan mengkonsumsi multivitamin
- Menuju siang hari saya isi dengan istirahat tidur siang dan selepas makan siang saya membuat minuman dari perasan lemon ditambah madu
- Menjelang sore, saya minum air putih yang dicampur propolis dan mengulangi terapi uap minyak kayu putih
Treatment masing-masing orang yang melakukan isoman mungkin berbeda-beda tergantung bagaimana tingkat keparahan gejala dan kebutuhan untuk kesembuhan dirinya, yang pasti makan bergizi, konsumsi multivitamin, berjemur matahari, olahraga ringan, istirahat, dan banyak berdoa adalah beberapa treatment yang perlu dilakukan.
Perkembangan Kesehatan Selama Isoman
Gejala yang dirasakan oleh mamah, adik, sepupu, dan bulik rata-rata hampir sama yaitu awalnya meriang, demam, mual, batuk, pilek, anosmia, hingga kehilangan indera pengecapan. Sepupu saya bahkan mengatakan kalau sewaktu di minggu pertama terkena, dia mencuci dua piring saja rasanya lelah sekali. Sedangkan adik dan mamah saya pada minggu pertama terinfeksi virus corona benar-benar lemas hingga susah bangun akibat demam dan rasa mual.
Alhamdulillah gejala yang saya rasakan cukup berbeda dengan yang dirasakan oleh mereka. Mungkin ini karena saya sudah divaksin lengkap pada bulan Maret 2021 lalu. Secara umum tubuh saya cukup segar sejak awal dinyatakan positif, hanya saja memang terasa lebih lelah kalau mengerjakan pekerjaan rumah seperti mengepel atau menyetrika baju. Setelah berjemur matahari, saya juga langsung tertidur karena rasanya lelah. Gejala tersebut semakin berkurang mulai hari ke sembilan isoman dan berangsur-angsur membaik.
Saya sudah mencatat beberapa gejala yang saya rasakan dari awal dinyatakan positif dengan gejala sebagai berikut:
H-3 hari jumat (9/7): hidung terasa sakit seperti mau pilek, kepala pusing. Saya langsung ke dokter dan saya diminta untuk hati-hati khawati mengarah ke positif COVID 19. Saya langsung minum obat dan isolasi mandiri.
H-2 hari Sabtu (10/7): badan sehat tetapi mulai pilek, hidung mampet
H-1 hari minggu (11/7): sore hari mulai anosmia
Hari 1 Isoman Hari senin (12/7): saya coba swab antigen dan hasilnya positif terinfeksi virus corona, saya langsung mengabarkan kantor dan melakukan isolasi mandiri
Hari 2 Isoman Selasa (13/7): pilek, anosmia, indera pengecap sedikit terganggu
Hari 3 Isoman Rabu (14/7): badan cukup segar, hidung bindeng, anosmia
Hari 4 Isoman Kamis (15/7): badan cukup segar, hidung bindeng, anosmia,
Hari 5 Isoman Jumat (16/7): badan cukup segar, anosmia, hidung bindeng, gangguan pengecap mulai ada, mulai kurang merasakan rasa manis
Hari 6 Isoman Sabtu (17/7): selain anosmia, indera pengecap terganggu. Rasa manis, asem, asin, mulai berkurang. Sementara rasa pahit dan pedas masih bisa dirasakan
Hari 7 Isoman Minggu (18/7): indera pengecap masih terganggu, kurang bisa merasakan pedas, anosmia, badan cukup segar
Hari 8 Isoman Senin (19/7): badan sehat, masih anosmia, indera pengecap mulai sedikit membaik mulai bisa merasakan rasa masakan
Hari 9 Isoman Selasa (20/7): saya sudah mulai merasakan aroma jeruk lemon dan minyak kayu putih
Hari 10 Isoman Rabu (21/7): saya sudah mulai merasakan rasa gurih, sebelumnya lempeng saja seperti merasakan rasa hambar
Hari 11 Isoman Kamis (22/7): alhamdulillah mulai bisa menghirup aroma sampah di dapur, sudah bisa merasakan asin dan gurih.
Pada hari ke-13 saya inisiatif untuk melakukan tes swab antigen kembali untuk melihat sudah negatif atau belum sehingga saya dapat melaporkan ke kantor tempat saya bekerja.
Alhamdulillah dari hasil tes swab antigen yang saya lakukan pada 24 Juli 2021 memberikan hasil yang negatif. Setelah selama 13 hari isoman, alhamdulillah akhirnya selesai berperang melawan virus corona. Semoga setelah ini tidak terinfeksi kembali. Aamiin.
Support dari Keluarga dan Teman-Teman
Alhamdulillah selama menjalani masa isolasi mandiri ini saya mendapatkan banyak support baik dari keluarga maupun teman-teman di dunia nyata maupun dunia maya. Support ini sangat dibutuhkan sekali karena menurut saya penyakit COVID-19 itu tidak hanya menyerang fisik, tetapi juga mental. Banyangkan berita orang-orang yang meninggal akibat COVID-19 berseliweran di lini massa. Kemudian keluarga sendiri satu per satu juga bertumbangan gara-gara terinfeksi corona. Kalau tidak kuat mental, bisa saja down.
Itu sebabnya saya ingin mengucapkan banyak terima kasih terutama kepada Allah swt yang sudah memberikan kesempatan kepada saya untuk sembuh, juga kepada teman-teman yang saya mohon izin agar menuliskan di sini supaya kelak saya juga bisa mengikuti inspirasinya:
1. Sunpride yang sudah mengirimkan buah-buahan bergizi multivitamin
2. Kiriman sumber pangan dari Ibu Dewi Fartiana, ibu kepala UPT Pertanian Wilayah V Dramaga yang mengantarkan langsung ke rumah oleh dirinya sendiri.
3. Kiriman dari Mbak Inna dan Mbak Maya, rekan blogger Bogor, berupa kue lezat dan sumber pangan, alhamdulillah anak-anak suka.
4. Kiriman kue untuk anak-anak dari Mbak Septi, ibu dari teman sekolah anak saya.
5. Mangga gedong gincu dari Bu Dini, Koordinator Penyuluh Kabupaten Bogor.
6. Paket buah-buahan segar dari rekan-rekan BPP Dramaga, alhamdulillah.
7. Paket dari IIKK PG Subang dan bantuan dari PG Subang.
8. Support dan doa dari keluarga serta teman-teman semua.
Alhamdulillah masa suram telah terlewati. Semoga dapat berganti menjadi hari-hari yang ceria penuh berkah meskipun si covid-19 corona belum punah.
Tambahan: Cerita Isoman versi podcast ada pada link berikut ini: https://anchor.fm/evrinasp/episodes/Random-Eps-9–Cerita-Isoman-Isolasi-Mandiri-Gara-Gara-COVID-19-Virus-Corona-e14uju6
Saya perhatikan beberapa bloger terpapar Covid-19 di kisaran bulan Juni dan Juli lalu. Benar-benar merata ya mba gelombang kemarin. Saya sendiri termasuk yang terpapar sekeluarga, ada korban jiwa pula yaitu ayah saya.
Innalillahi wa innailaihi rojiun turut berduka cita ya, semoga almarhum ayahanda husnul khotimah. Aamiin. Iya Bulan Juni kemarin parah banget saya sekeluarga besar kena semua