Last Updated on May 9, 2020 by evrinasp
Berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah bersama dengan pihak terkait lainnya untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional. Caranya adalah dengan mendukung peningkatan usaha dari berbagai sektor seperti pertanian dan peternakan dari hulu hingga hilir. Salah satu upaya yang dilakukan adalah melalui Jakarta Food Security Summit atau JFSS yang membantu mempromosikan produk-produk serta inovasi hasil pertanian, peternakan, serta industry makanan minuman terkait.
JFSS adalah kegiatan rutin dua-tahunan yang diinisiasi oleh Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia, Bidang Agribisnis, Pangan dan Kehutanan. Dipimpin oleh Bpk. Franky O. Widjaja, JFSS pertama kali diselenggarakan pada tahun 2010. JFSS merupakan upaya berkesinambungan untuk mendukung ketahanan pangan nasional dan turut memenuhi sebagian kebutuhan pangan dunia.
JFSS merupakan wadah lintas sektor di mana swasta, pemerintah, organisiasi masyarakat sipil, badan internasional, kalangan akademik dan para petani menyusun langkah terbaik untuk meningkatkan produktivitas pangan Indonesia dan meningkatkan kesejahteraan petani melalui praktik pertanian yang baik dan ramah lingkungan.
Sekilas tentang JFSS sejak pertama diluncurkan:
- JFSS 1 tanggal 28-31 Januari 2010 di Jakarta Convention Center (JCC)
Gelaran pertama merupakan Feed Indonesia, Feed the World, yang mencoba merumuskan strategi kebijakan pengembangan pangan yang tepat, bentuk kemitraan lintas pihak dalam pembangunan infrastruktur pendukung, penelitian dan pengembangan guna meningkatkan produktivitas pangan, praktik pertanian yang baik dan berkelanjutan, pelibatan koperasi serta usaha mikro, kecil dan menengah. Selain mampu memenuhi kebutuhan pangan nasional dan meningkatkan kesejahteraan para petani, upaya ini juga diharapkan dapat memenuhi sebagian kebutuhan pangan dunia.
- JFSS 2 tanggal 7-8 Februari 2012 di JCC
Tema utama yang diangkat pada JFSS 2 adalah jaminan ketersediaan lahan bagi sektor pangan baik pertanian, perkebunan, peternakan, juga perikanan yang didukung oleh ketersediaan serta keterhubungan infrastruktur pendukung, penguatan bidang pengembangan dan penelitian berbagai komoditas pangan unggulan, skema perpajakan yang kompetitif dan ketersediaan skema pembiayaan inovatif bagi para petani. Diversifikasi pangan sesuai demografi dan kearifan lokal turut diperkuat, terutama komoditas pangan lokal yang memiliki nilai protein tinggi.
- JFSS 3 tanggal 12-14 Februari 2015 di JCC
Dengan mengangkat tema “Pemberdayaan Petani, Peternak, Petambak dan Nelayan melalui Wadah Koperasi untuk Mencapai Ketahanan Pangan” berupaya merevitalisasi sosok dan peran koperasi sebagai perekat para pihak yang berkepentingan dalam membangun ketahanan pangan Indonesia. Upaya ini diawali dengan memperkuat kompetensi sumber daya manusia, pelatihan praktik pertanian yang baik dan berkelanjutan, manajemen pemasaran dan pengelolaan pembiayaan melalui koperasi. Selanjutnya, memperkuat kemitraan dan koordinasi dengan segenap pemangku kepentingan, serta memanfaatkan dukungan teknologi tepat guna.
- JFSS 4 tanggal 8-9 Maret 2018 di JCC
JFFS ke-4 mengusung tema Pemerataan Ekonomi Sektor Pertanian, Peternakan dan Perikanan Melalui Kebijakan dan Kemitraan. Program utama JFSS 4 terdiri dari dua bagian yaitu seminar nasional dan pameran pangan nasional. Seminar akan melibatkan pemerintah dan berbagai nara sumber yang ahli di bidangnya sebagai forum dialog dan transfer pengetahuan. Pameran pangan digelar sebagai media untuk memperkenalkan industri pangan mulai dari hulu hingga hilir kepada masyarakat luas.
Wakil Ketua Umum KADIN Bidang Agribisnis, Pangan dan Kehutanan Franky O. Widjaja mengatakan bahwa kontinuitas penyelenggaraan program merupakan bagian dari upaya untuk mendorong iklim usaha di Indonesia terkait dengan upaya ketahanan pangan agar semakin kondusif. Produktivitas di sektor pangan harus ditingkatkan dari tahun ke tahun dan sektor pertanian yang banyak menyerap tenaga kerja harus selalu diupayakan kemajuan dan pengembangannya.
Senada dengan hal tersebut, Wakil Ketua Umum KADIN bidang Pengolahan Makanan dan Industri Peternakan, Juan P. Adoe menambahkan bahwa industri makanan dan minuman hingga industri peternakan memiliki peran yang sangat strategis dalam pengolahan komoditas pangan nasional. Tidak hanya dalam ketersediaan produk pangan, industri juga berperan dalam perluasan lapangan pekerjaan sehingga KADIN mendukung sepenuhnya terhadap upaya kesejahteraan petani sebagai pelaku di sektor hulu.
Selain melibatkan kalangan dunia usaha, JFSS juga akan melibatkan kalangan pemerintah, para pakar, akademisi hingga petani. Peserta yang hadir merumuskan rekomendasi bagi penyediaan akses terhadap lahan pertanian, dimana petani diharapkan memiliki akses yang legal terhadap lahan, sesuai dengan skala ekonomi mereka. Pengembangan komoditas pangan juga direncanakan berlangsung berdasarkan klusterisasi dan zonasi.
Selain itu, dukungan pendanaan berkesinambungan dijembatani melalui penerapan skema inovasi pembiayaan yang membuka akses bagi para petani, peternak dan nelayan untuk mendapatkan pemodalan baik dari perbankan maupun lembaga keuangan nonbank. Kegiatan pendampingan dalam pengelolaan produksi dan distribusi hasil pangan, penyaluran pembiayaan oleh Koperasi yang kompeten dan transparan seluruhnya mendapatkan dukungan teknologi tepat guna berbasis teknologi informatika.
Semoga semua sektor pendukung ketahanan pangan nasional dapat berkembang dan maju termasuk insan yang mengusahakannya seperti petani, peternak, nelayan dan pihak-pihak terkait.
Sumber foto: Twitter @foodsecurityid
Leave a Reply