Judul di atas bentuknya himbauan banget ya. Kalimat tersebut rasanya sudah sering terlihat dan terdengar di mana-mana, tapi pada pelaksanaannya tidak sesering himbauan tersebut terlihat.
Permasalahan sampah tidak boleh dianggap sepele karena semakin hari jumlah sampah semakin banyak. Nih, kalau mau tau: Tahun 2016 ada sekitar 65 juta ton sampah per harinya yang diproduksi masyarakat Indonesia, padahal tahun 2015 jumlah sampah yang dihasilkan hanya sebesar 64 juta ton per hari [1]. Catat itu perhari lho! sengaja saya berikan garis bawah serta ditebalkan hurufnya supaya yang baca lebih banyak.
Sebuah sumber lagi menyebutkan kalau jumlah sampah yang diproduksi per orang per harinya itu rata-rata sebesar 0.5-0.8 kg [2]. Jumlahnya bisa jadi semakin besar, tapi saya ambil angka terendah saja dengan harapan semoga sampah yang dihasilkan per orang per hari lebih rendah.
Coba kita hitung, misalnya saya menghasilkan sampah sehari 0.5 kg lalu dikalikan 30 hari, kemudian dikalikan selama setahun, hasilnya adalah 180 kg dalam setahun. Itu kalau saya seorang yang menghasilkan sampah, tetapi kalau dikalikan dengan jumlah penduduk satu desa saja yang jumlahnya ribuan, sudah berapa jumlah sampah di satu desa? Sudah masuk ke angka ton-an yang pasti.
Tulisan ini tidak bermaksud menggurui siapapun. Tulisan ini tertuju untuk diri sendiri yang juga masih menghasilkan sampah. Meski sudah berusaha meminimalisir jumlah sampah, saya tetap menghasilkan sampah baik sampah organik maupun anorganik. Sampah organik sudah jelas lebih ramah karena bisa melapuk. Tetapi sampah anorganik sulit sekali terurai. Kalaupun bisa terurai tentu membutuhkan teknologi yang canggih untuk mengurainya.
Kalau belanja, saya memang sudah meminimalisir penggunaan kantong plastik dengan membiasakan membawa kantong kain untuk belanja atau membawa barang. Tetapi ada saatnya saya masih menerima kantong plastik yang ditawarkan. Kantong plastik tersebut kemudian saya simpan untuk kemudian diserahkan pada warung di dekat rumah.
Tetapi sampah plastik lain masih saya produksi seperti misalnya sampah dari refill sabun cair, sabun cuci, pembersih lantai, plastik minyak goreng, dan lainnya. Sebagian sih bisa digunakan sebagai wadah tanam, tetapi kalau ada banyak akhirnya terpaksa masuk ke tong sampah. Belum lagi kalau anak sudah jajan, ada saja sampah plastik yang dihasilkan. Apakah ada saran dari teman-teman terhadap sampah plastik tersebut?.
Saya adalah salah satu orang yang masih menyumbang sampah plastik yang jumlahnya juga sangat banyak. Jumlah sampah plastik meningkat sebanyak 5% dari 11% menjadi 16% dalam kurun waktu tahun 2002 hingga 2016 [3]. Dan saat ini Indonesia adalah salah satu negara yang menghadapi krisis sampah plastik tersebut.
Sedikit cerita, saya pernah berpapasan dengan mobil di perempatan lampu merah. Kebetulan motor saya berada di samping mobil tersebut. Dari dalam mobil tersebut seorang anak hendak membuang kantong plastik dari dalam mobil. Saya berusaha menangkap kantong plastik yang hendak dijatuhkan, tetapi si anak mengurungkan niat lalu malah menutup jendelanya. Lampu kemudian sudah hijau dan kami sama-sama berjalan. Ternyata kantong plastik itu kemudian keluar dari dalam mobil lalu terbang tertiup angin.
Saya sedih, karena yang melakukan itu adalah anak-anak. Kalau orang dewasa sudah sering saya melihat perilaku tersebut. Bekas rokok dilempar dari mobil, bekas botol minuman dilempar dari dalam mobil, bekas apa lagi lah sering terlempar dari dalam kaca mobil. Orang dewasa sudah susah untuk diberikan pengertian karena merasa benar. Tetapi kalau anak-anak masih bisa diarahkan untuk berperilaku baik, mental dan sikapnya masih dapat dibina. Kalau mereka salah ya diberi tau jangan dibiarkan, jika membuang sampah sembarangan itu salah, mohon untuk diberi tau jangan dikatakan namanya juga anak-anak. Padahal ada orang tua di dalam mobil tersebut, entah kenapa didiamkan saja.
Termasuk untuk anak saya di rumah, saya membiasakan untuk meletakkan sesuatu sesuai tempatnya termasuk ketika membuang sampah. Wong mamanya pejuang lingkungan, masa anaknya buang sampah semarangan *LOL. Semoga perilaku untuk tidak membuang sampah sembarangan tertanam sejak dini di dalam dirinya. Di sekolah diajarkan untuk mengelola sampah, di rumah ya harus dipraktikkan juga.
Nah, saya mau cerita lagi. Setiap minggunya saya sering ke lapangan ke tempat petani. Saya pernah bersama ketua Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) menyusuri jalur irigasi desa (jides). Ceritanya kami menelusuri jaringan irigasi yang rusak sambil melihat apa saja hambatan di jalur irigasi.
Saya kaget bukan main, pantesan saja jaringan irigasi usaha tani (jitut) yang mengairi langsung ke sawah-sawah tersendat dan selalu membawa sampah. Ternyata di salah satu RW terdapat jalur pembuangan sampah yang memang difasilitasi oleh lingkungan tersebut. Masalahnya jalur pembuangan tersebut sangat illegal dan berada di atas jides. Coba kalau sampah tersebut jatuh ke jides, mau berapa banyak sampah yang masuk ke jitut?.
Akhirnya saya menyampaikan hal tersebut ke salah satu pengurus kelompok yang kenal dengan orang di lingkungan RW tersebut, tetapi entahlah bagaimana follow up nya. Lingkungan mereka sih memang bersih, tetapi ternyata sampah-sampah tersebut dibuang ke bawah, bagaimana dengan lingkungan di bawahnya hayoooo?.
Apa perlu dibuat tulisan yang mengancam jiwa karena membuang sampah sembarangan?. Saya pernah melihat sebuah spanduk yang bertuliskan begini: “ya Allah cabutlah orang-orang yang buang sampah di sini”. Serem banget kan kalimatnya. Saya selalu memperhatikan setiap saya lewat di jalan tersebut. Sayangnya saya belum sempat memoto karena jalannya agak belok. Awalnya di situ bersih dari sampah karena ada spanduk tersebut. Lalu ketika spanduk tersebut makin usang, eh sampahnya muncul lagi. Ternyata tulisan pun tidak memberikan efek jera.
Lalu solusinya bagaimana? Sudah jelas jika ingin berpartisipasi dalam pengurangan jumlah sampah maka prinsip 3R itu harus kita laksanakan, minimal di rumah sendiri. Reduce dengan mengurangi produksi sampah, misalnya tadi dengan membawa kantong belanjaan sendiri. Reuse dengan menggunakan kembali, misalnya menjadi wadah penanaman. Kemudian recycle dengan mengubahnya menjadi produk yang bernilai seperti para ibu yang telah mengolah sampah menjadi produk kerajinan.
Saya bertemu dengan bapak RT di salah satu kelompok. Dalam sebulan dia mampu mendapatkan penghasilan sebanyak Rp. 500.000,- dengan mengelola sampah. Dia mengumpulkan sampah plastik, sampah kardus, serta sampah lainnya untuk kemudian dibawa ke tempat pengumpul semacam bank sampah. Daripada dibuang sembarangan mending diolah lalu mendulang rupiah. Keren banget kan?.
Mungkin kita belum terbebas dari sampah setiap harinya, tetapi minimal dapat meminimalisirnya. Setiap hari saya berpapasan dengan truk pengangkut sampah, saya tidak terbayang bagaimana kondisi di tempat pembuangan akhir sampah jika setiap hari ada beberapa truk sampah yang hilir mudik ke sana.
Makanya jangan buang sampah sembarangan, buanglah sampah pada tempatnya, dan akan lebih baik lagi jika kita bijak dalam menghasilkan dan mengelola sampah. Mohon ajarkan kepada anak-anak untuk mencintai lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan dan dapat meminimaisir produksi sampah. Karena bumi ini akan ditempati oleh mereka hingga usia senja nanti.
Sumber Informasi:
[1] Republika. 2017. Setiap Hari Indonesia Produksi Sampah 65 Juta Ton. https://www.republika.co.id/berita/nasional/daerah/17/03/15/omv2sg319-setiap-hari-indonesia-produksi-sampah-65-juta-ton. [diakses tanggal 11 Agustus 2018].
[2] Beritasatu. Produksi Sampah Capai 0,8 Kg Per Orang Per Hari. http://www.beritasatu.com/kesra/233419-produksi-sampah-capai-08-kg-perorang-per-hari.html. [diakses tanggal 11 Agustus 2018].
[3] Tashandra. N. 2018. Jumlah Sampah Plastik Terus Meningkat. https://lifestyle.kompas.com/read/2018/06/06/091700620/jumlah-sampah-plastik-terus-meningkat. [diakses tanggal 11 Agustus 2018].
Irfan says
Sampah berserakan memang biikin resah ya. selain tidak enak dipandang, juga tidak sedap baunya.
Yang paling memprihatinkan bagi saya adalah mereka yang buang sampah seenaknya dari mobil di jalan. Isi dompet sama otak jauh banget -_-
evrinasp says
Itu sering banget aku liat, Dan sebel juga kalo ketemu sama pemobil yg seperti itu
Suryani Palamui says
Ya Allah mba, miris banget dengan tulisan dilarang buang sampah tapi ternyata malah banyak sampah di area itu. Ckck, emang susah yah masyarakat ini. Saya aja biasa kalo ke beberapa tempat wisata, masih biasa tuh nemu sampah yang ngga dibuang di tempatnya. Kapan ya masyarakat ini bisa sadar? Hehe.
evrinasp says
Yah paling tidak dari diri Kita sendiri dimulai untuk sadar sampah, iya di tempat wisata masih banyak
Anggara W. Prasetya says
Yang paling nyebelin kalau lihat mobil di jalan trs langsung buang plastik sampah ke luar dari jendela..
Bahkan pernah nyaris berantem karena sampahnya saia ambil trs saia lempar balik di jendela depannya (malah nyampah yo berarti.. haha)…
Menunjukkan kalau orang bermobil belum tentu berotak.. hehe
evrinasp says
weh berani ya ngelempar balik, kalau saya paling cuma bantu ngambilin deh, sayangnya anak yang ngebuang malah ragu untuk dikasih ke saya 😀
nia nastiti says
Wah aku penyumbang sampah plastik juga, udah dikurang-kurangin bawa tas kain kalau belanja tapi tetep dibungkus plastik ya tiap jenis belanjaan atau makanan. Hehe. Bagus Mba tulisannya.
evrinasp says
sama kok aku juga masih jadi penyumbang plastik, plastik jajanan dan lain-lain, sebisa mungkin meminimalisir
Desy Yusnita says
Wah aku jadi merasa diingatkan nih…..iya harus mulai reduce sampah plastik ya? Tapi aku belum bisa ngurangi sampah diapers 🙁
evrinasp says
iya diapers juga kadang aku masih pake, ya paling enggak kita ada niat mau mengurangi, aku sampah plastik pun masih menghasilkan
Liana says
sedih banget ya mbak Ev, di 2018 ini masih banyak yg suka buang sampah sembarangan.
aku sendiri liat contoh mamaku, kalau ada sampah kecil kaya permen, tisu, pasti gak dibuang sembarangan tapi diletak di tas dulu, pas ktmu tempat sampah baru deh dibuang.
duh, coba semua orang bisa kaya gitu ya, pasti bumi kita bersih dan jauh dari sarang penyakit 🙁
evrinasp says
mamanya keren, ngajarin anaknya yang bener, iya jangan lah buang sampah sembarangan, kalau gak ada tempat sampah minimal bisa kita bawa dulu
febridwicahya says
Perasaan pesan-pesan jangan buang sampah sembarang sudah ada sejak saya kecil dan bahkan sebelum saya lahir. Tapi, kayaknya banyak orang yang menyepelekannya ya, Mbak :’)
evrinasp says
Iya dari dulu juga sudah Ada, tapi ya sudahlah ?, kita mulai dari diri sendiri saja
Imersa says
yah emang sih di zaman sekarang ini banyak sekali orang yang tidak mementingkan lingkungan yang berada disekitarnya yah kadang percuma walaupun sudah diingatkan berulang kali.. ya kita hanya perlu kesadarannya saja dari diri sendiri terlebih dahulu.
evrinasp says
Betul, paling tidak dari diri sendiri ya
Joe Candra P says
setuju kak, buang sampah pada tempatnya demi kelangsungan hidup yg akan datang
evrinasp says
iya jangan sembarangan ya