Last Updated on November 26, 2016 by evrinasp
“Teman-teman jangan terlalu banyak sarapnnya, habis ini kita mau menikmati Tinutuan” pesan panitia di grup whatssapp. Pagi hari sekali kami sudah harus check out meninggalkan Lion Plaza Hotel untuk melanjutkan eksplorasi di hari terakhir di Manado *hiksss*. Sebelum checkout, semua peserta menikmati sarapan terlebih dahulu di restaurant hotel. Karena ada himbauan untuk tidak terlalu banyak sarapan, maka saya hanya mengambil seperlunya saja untuk mengisi perut. Setelah itu, kami semua langsung meluncur masuk dalam bis guna melanjutkan perjalanan.
Baca ini ya: #JelajahGiziMinahasa: Petualangan Gizi Syarat Ilmu dan Kearifan Lokal
Baca yang ini juga boleh: Jelajah Gizi Minahasa Day 1: Eksplorasi Pangan Lokal Minahasa
Atau yang ini saja: Jelajah Gizi Minahasa Day 2: Dari Tomohon Hingga Aksi Cinta Lingkungan
Menikmati Tinutuan
Dengan jarak yang tidak teralu jauh dari lokasi hotel, kami sudah sampai di Kawasan Kuliner Tinutuan Wakeke. Saat itu cuaca sedang hujan berangin jadi cocok deh kalau menikmati Tinutuan untuk menghangatkan perut.
Tinutuan atau yang dikenal dengan Bubur Manado ini berbahan utama beras yang dicampur dengan berbagai macam sayuran dan tidak mengandung daging. Karena kandungannya tersebut maka cocok untuk menjadi makanan pergaulan antar kelompok masyarakat di Manado. Melihat komposisinya saja sudah terlihat kalau Tinutuan ini bergizi dan dapat dinikmati oleh berbagai tingkatan umur. Kalau ada anak yang sulit makan sayur bisa lho diajak menikmati Tinutuan.
Mau tau bahan pembuatannya? Tinutuan terbuat dari campuran berbagai macam sayuran yaitu labu kuning yang juga disebut sambiki, beras, singkong, bayam, kangkung, daun gedi, jagung, dan kemangi. Kandungan gizi pada Tinutuan diantaranya adalah Air 80.9 g, Energi 156 Kal , Protein 2.3 g, Lemak 0.2, KH 15.6 g, sear 8.2 g, Abu 1 g, Ca 41, P 20, Fe 0,4, Na 486, K 164, Cu 0.3, Zn 0.4, B-Karoten 1437, B1 0.1, Riboflavin 0.04, dan vit C 15 (sumber: Materi Jelajah Gizi Minahasa 2016, Prof Ahmad Sulaeman).
Kalau dari rasa bagaimana? Buburnya agak encer memang, tapi bumbunya pedas dan gurih. Waktu saya mencoba Tinutuan, saya jadi ingat dengan bumbu sate padang hanya saja masih lebih pedas bumbu sate padang. Nah, Tinutuan makin nikmat apabila diberi tambahan sambal Roa seperti kemarin ketika saya mencobanya.
Oleh-oleh dan Nasi Kuning Manado
Oke, setelah kenyang mencoba Tinutuan, perjalanan kami lanjutkan ke pusat oleh-oleh Manado di Grand Merciful Building. Kalau mau beli kaos, gantungan kunci, pernak pernik sampai makanan bisa membeli di sini. Saya tidak membeli oleh-oleh terlalu banyak, cukup aneka sambal saja yang memang sudah membuat saya jatuh cinta. Saya membeli sambal Roa dan Sambal Cakalang yang memiliki rasa gurih, pedas, cetarrr pokoknya.
Setelah memborong oleh-oleh, seluruh peserta kemudian diajak untuk makan lagi. Kali ini kami menikmati hidangan nasi kuning khas Manado yang dibungkus Daun Woka. Daun Woka seperti daun palem-paleman hanya saja warnanya kuning seperti daun kelapa untuk ketupat.
Di dalam Nasi Kuning Manado ada taburan bumbu seperti sambal kentang dan sambal cakalang serta telur ayam. Bagaimana rasanya? Enak pake banget, saya sampai habis 1 porsi sementara teman-teman lainnya hanya sanggup menghabiskan setengahnya. Nasi kuning yang saya makan kemarin itu semakin bertambah kenikmatannya berkat Sambal Roa yang ada di rumah makan tersebut. Asli itu ibunya pandai sekali membuat sambal. Tanpa basa-basi, saya langsung membeli sambal Roa yang dijual di tempat tersebut.
Sayonara, Terimakasih Minahasa Manado
Waktu sudah semakin siang, waktunya kami untuk meluncur ke bandara. Namun sebelum itu, panitia mengajak kami untuk mengabadikan diri di salah satu landmark Kota Manado yaitu Jembatan Soekarno. Syukur Alhamdulillah diberi kesempatan untuk stay sebentar di jembatan tersebut karena kemarin masih belum mendapatkan gambar lengkap jembatan ini.
Pemandangan di jembatan ini amazing banget. Di sebelah kiri dari arah bis terdapat laut dan gunung yang memukau. Sementara di sebelah kanannya ada deretan rumah warna warni bertuliskan welcome to Manado. Siapa coba yang tidak mau narsis di tempat ini apalagi saya. Yak, sesi fotonya sudah selesai, kami langsung berangkat ke bandara untuk melanjutkan perjalanan ke daerah masing-masing.
Syukur Alhamdulillah penjelajahan selama tiga hari dua malam di Minahasa-Manado berlangsung lancar tanpa hambatan. Kesan yang saya dapatkan dari Jelajah Gizi Minahasa adalah jelajah gizi tak hanya sekedar mencoba dan mempelajari makanan lokal tetapi juga mempelajari kearifan lokal yang terkandung di dalamnya. Apalagi peserta juga diajak untuk bersatu dengan masyarakat lokal serta alam yang ada di Minahasa. Itu sebabnya saya pribadi mengucapkan banyak terimakasih kepada Sarihusada dan Detikcom atas kesempatan yang telah diberikan. Ini menjadi pengalaman berharga bagi saya.
Oke teman-teman sekian rangkaian Jelajah Gizi Minahasa tahun ini, sampai jumpa pada jelajah gizi tahun berikutnya ya.
Walidin says
wah pengin ke sana saya berburu kuliner dan keindahan alam, tp anak masih kecil
evrinasp says
berarti tunggu agak besaran lagi, bersabar dulu
Keke Naima says
1 bungkus nasi kuning gitu isinya banyak, Mbak?
evrinasp says
menurut ku pas, gak kurang gak banyak, aku habis lho kemarin itu hehe
Safprada says
ikan dan nasi kuningnya mantap…
evrinasp says
nasi kuningnya lezattt, nagih deh
Ahmad says
asyiknya bisa jalan jalan terus ni mbak … ajak lah sekali kali
evrinasp says
alhamdulillah
Ide Kado says
Rasa nasi kuning di Manado sangat khas maka tak heran banyak orang yang pengen makan nasinya.. Huhu, aku juga pengen..
evrinasp says
enak banget pokoknya, nagis pas makan kemarin
Johanes Anggoro says
oooh jadi ini trip dari lomba blog kemarin itu yah
*telat baca XD
evrinasp says
haha iya, ikutan juga kah lombanya?
Peluang Usaha Indonesia says
Salam admin, Setelah membaca artikel Anda Saya suka dengan topik Anda. Sangat membantu sekali dan bisa dijadikan sumber referensi
evrinasp says
semoga bermanfaat