Last Updated on September 22, 2019 by evrinasp
Jelajah Gizi Minahasa hari kedua dimulai dari Pasar Tomohon hingga nanti ke Bahowo di sore harinya. Saya merasakan kesejukan ketika membuka jendela kamar di Jhoanie Hotel. Kami menginap di sini semalam setelah pulang dari Danau Tondano untuk mengeksplor pangan lokal Minahasa. Sewaktu sampai di hotel ini suasana sudah gelap karena malam jadi tidak bisa melihat pemandangan di sekitar. Tetapi ketika melihat keluar di pagi hari, Kota Bunga Tomohon ini ternyata selain sejuk juga indah.
Jalan raya yang ada di depan hotel terlihat sepi dari lalu lalang yang membuat suasana hotel semakin syahdu. Nah, di belakang hotel ternyata terpampang jelas sosok gunung yang mempesona yaitu Gunung Lokon. Gunung ini sepintas seperti Gunung Guntur yang ada di Kabupaten Garut, Jawa Barat karena puncaknya yang bulat dengan ketinggian yang mungkin berada di angka 2000an mdpl. Rasanya saya ingin sekali ke atas gunung tersebut, maklum sudah lama sekali saya belum mendaki lagi.
Lamunan sayapun terhenti ketika panitia sudah memanggil seluruh peserta untuk melanjutkan perjalanan ke destinasi pertama yaitu Pasar Beriman Tomohon.
Baca ini ya: #JelajahGiziMinahasa: Petualangan Gizi Syarat Ilmu dan Kearifan Lokal
Baca yang ini juga boleh: Jelajah Gizi Minahasa Day 1: Eksplorasi Pangan Lokal Minahasa
Challenge di Pasar Beriman Tomohon
Sebelum sampai di Pasar Tomohon, saya sudah mendengar apa saja yang ada di pasar ini termasuk sumber makanan ekstrim yang membuat orang awam cukup bergidik. Saya jadi penasaran seperti apa bentuknya dan apakah saya tahan apabila melihat langsung? Hmmm we’ll see tetapi tidak akan saya tampilkan secara ekstrim ya, karena bisa muntah nantinya.
Okay setelah sampai di Pasar Beriman Tomohon, seluruh peserta diajak untuk berkumpul dengan kelompoknya masing-masing untuk menyelesaikan misi membeli beberapa sayuran serta pangan lainnya dengan dibekali uang sebesar Rp. 30.000,-. Tau tidak teman-teman? Sebenarnya saya jarang sekali yang namanya pergi ke pasar tradisional untuk belanja-belanji. Hal ini karena saya tidak bisa tawar menawar, jadi kalau sudah dipatok dengan harga tertentu anaknya langsung oke aja padahal bisa jadi kalau ternyata “dimahalin” oleh pedangan. Makanya saya pasrah deh ketika mendapatkan tugas belanja, apalagi Mbak Shinta yang satu kelompok dengan saya juga nasibnya sama jarang pergi ke pasar tradisional hehe.
Perburuan dimulai, sepertinya hanya kelompok kami saja yang agak santai kaya di pantai ketika mencari benda yang dimaksud. Kami lebih banyak memotret aktifitas di pasar kala itu. Dari empat macam tugas yang diberikan, hanya satu yang susah yaitu mencari Ikan Tude atau Ikan Kembung dengan clue ikan yang masuk angin *lol* dan perburuan kami semakin lama karena terpukau pada deretan sumber makanan ekstrim yang tersaji di sebuah sudut pasar tempat ikan-ikanan berada.
Yak, di sana ada anjing yang sudah dibakar *hiks*, piggy yang tinggal kepalanya saja, daging ular yang sudah terpotong-potong hingga tikus yang juga gosong. Ya ampun, saya memang melihatnya tapi tidak bisa terlalu lama karena lama-kelamaan jadi pusing sendiri dan akhirnya kami mengakhiri perburuan saat itu.
Ternyata kelompok 5 menjadi kelompok ke-empat yang berhasil menyelesaikan misi mencari item berupa kacang merah, bahan sambal dabu-dabu, ikan kembung dan juga Lalampa. Setelah dicek oleh dewan juri ternyata semuanya benar dan menyisakan uang belanja sebesar Rp. 7.000,-. Horaaayy ternyata kita orang bisa belanja di pasar juga haha.
Setelah tantangan pertama selesai, kami masih diberikan tantangan ke-dua yaitu membuat vlog tentang apa saja yang ada di Pasar Tomohon. Nah, kelompok kami kembali uji nyali dengan melakukan pengambilan gambar di area sumber makanan ekstrim. Kali ini Mas Iman dan Mbak Shinta aja yang melakukan proses shooting, saya tukang mengabadikan diri belakang aja hehe.
Semua tantangan sudah selesai dilakukan, siapakah yang menang? Sabar ya karena pemenangnya akan diumumkan pada acara dinner nanti malam. Perjalanan kemudian dilanjutkan menuju dataran rendah di Pantai Bahowo untuk melakukan aksi cinta lingkungan.
Penanaman Bibit Mangrove di Pantai Bahowo
Perjalanan menuju Pantai Bahowo dari Tomohon memakan waktu sekitar 2 jam. Untuk menghemat energi, tak ada salahnya jika saya tidur lagi saja. Tidak lama juga sih tidurnya karena setelah melewati jalan layang yang sedang dibangun akan tersaji pemandangan hijau di kiri kanan jalan. Melihat jalan raya yang dikelilingi oleh pepohonan membuat mata saya segar, rasa ngantukpun hilang seketika.
Tak berapa lama dari arah datangnya bus terlihat air laut yang membiru pertanda Pantai Bahowo di Tongkaina segera terlihat. Dan benar saja, hanya berkisar kurang dari 1 km, kami sudah sampai di tempat Komunitas Manengkel Solidaritas yang peduli akan lingkungan.
Masyarakat yang tergabung dalam Komunitas Manengkel Solidaritas ini melakukan aksi pelestarian hutan Mangrove di pesisir Pantai Bahowo. Mereka memiliki misi mulia dengan didampingi oleh LSM, AJI (Aliansi Jurnalistik Indonesia), dan Danone. Misinya adalah mengembangkan hutan mangrove untuk mencegah pengikisan pantai dan melestarikan hutan pantai sebagai tempat hidup flora dan fauna yang menjadi sumber pangan mereka. Jadi, timbal balik sebagai simbiosis mutualismenya ada ya. Mereka melakukan pembibitan sendiri lho dan secara berkala melakukan penanaman serta pemeliharaan di beberapa titik di Pantai Bahowo.
Tidak hanya itu saja, komunitas ini juga meregenerasi calon penerus bangsa untuk care terhadap lingkungan dengan memberikan pendidikan sejak dini pada sekolah bernama Sei Pantai. Sayangnya ketika kami tiba di sana, jam mengajarnya sudah selesai, jadi kami tidak bisa bergabung dengan tim relawan untuk sedikit mencurahkan ilmu kepada adik-adik. Nah adik-adik yang manis ini diberikan pengetahuan tentang pelestarian alam dan dibentuk sejak dini sebagai agent of change paling tidak untuk keluarganya terlebih dulu. Jadi dimulai dari titik central yang dimulai oleh anak-anak ini, kemudian menyebar dan diharapkan dapat menginspirasi masyarakat *memangnya hanya wereng saja yang bisa menyebar hehe*.
Puas terpukau oleh penjelasan dari perwakilan komunitas, tiba saatnya untuk kami terpukau dengan masakan khas penduduk Pantai Bahowo. Saya kurang tau namanya apa saja, yang jelas terdiri dari ikan laut, sayuran, serta makanan berupa daging kerang dengan cita rasa yang bikin nagih banget. Mas Unggul saja sampai nambah hingga beberapa piring lho hehe.
Setelah energi kembali terisi, saatnya para penjelajah gizi untuk turun aksi menghijaukan bumi. Wah ini ‘gue’ banget walaupun sudah beberapa bulan belum melakukan aksi. Sudah pasti saya sangat semangat untuk turut serta melakukan penanaman bibit mangrove meskipun saat itu cuaca sangat panas *maklum di pantai bu*.
Kami melewati jalan berupa semak dengan pepohonan layaknya sedang menjelajah seperti anak-anak laskar pelangi *uhuyyyy*. Setelah sampai di lokasi pembibitan, kami mendapatkan pengarahan sebentar lalu masing-masing orang secara sukarela dan tangan terbuka mengambil bibit pohon mangrove untuk di tanam pada lokasi yang sudah ditentukan.
Senang sekali saat itu karena saya bisa menjadi salah satu bagian yang ikut menanam pohon di Pantai Bahowo. Semoga pohon yang saya tanam dapat tumbuh subur menghijaukan bumi.
Setelah menanam, kami langsung kembali ke basecamp komunitas untuk melanjutkan acara yaitu menikmati pantai atau snorkeling. Nah, jalan pulang menuju basecamp berbeda ketika berangkat tadi. Kali ini lebih berlumpur sehingga harus hati-hati ketika berjalan. Bagi saya suasana saat itu seperti berada di pedalaman Kalimantan, seru bangeeeet. Jangan lupa yah untuk mengabadikan diri di sini *teuteup*.
Oke, saya memilih untuk tidak melakukan snorkeling, ya kali mau seperti di Pulau Seribu, judulnya snorkeling tapi malah nempel di perahu tanpa berani nengok ke bawah hehe. Jadilah saya menikmati Pantai Bahowo yang eksotis itu. Cerita lebih lengkapnya saya tuangkan di blog evventure saja ya.
Gala Dinner Jelajah Gizi Minahasa
Dari Pantai Bahowo, kami langsung menuju tempat beristirahat di Lion Plaza Hotel yang terletak di Kota Manado. Dengan tenaga yang hanya tinggal beberapa watt saja, saya bersyukur bisa sampai di kamar hotel untuk merebahkan tubuh sejenak sebelum melanjutkan acara di gala dinner. Lumayan deh bisa istirahat karena pukul 19.30 waktu setempat kami harus sudah naik bis lagi menuju lokasi gala dinner.
Gala dinner berlangsung di Pondok Daun Kalasey. Setibanya kami di sana langsung disambut oleh deretan kakak-kakak cantik dan ganteng yang membuat malam menjadi segar. Di dalam ruangan acara sudah berderet makanan yang dapat dinikmati. Tetapi jujur saja, kalau jumlahnya banyak seperti itu malah jadi kenyang duluan. Akhirnya saya hanya makan sedikit saja dan langsung bernafsu ketika bertemu dengan buah *fruitaholic beraksi*.
Sambil bersantap makan malam, seluruh peserta dihibur oleh penampilan kakak-kakak cantik dan ganteng tadi. Mereka bernyanyi group dengan suara merdu hingga mengajak kami untuk berdansa. Wow kalau ini siapa yang nolak modus.
Tiba saatnya pengumuman yang ditunggu-tunggu. Saya lupa siapa saja yang mendapatkan hadiah, tapi yang paling diingat itu kelompok 6 karena banyak sekali mendapatkan kemenangan. Kelompok 6 itu kelompoknya Mas Unggul dan Kak Didik yang memang heboh dari awal hehe. Selamat ya untuk seluruh pemenang.
Acara Jelajah Gizi Minahasa ditutup dengan sempurna. Penjelajahan dihari kedua sungguh berkesan, dimulai dari Pasar Tomohon hingga aksi peduli lingkungan di Pantai Bahowo. Masih ada satu hari lagi untuk penjelajahan yang akan saya tuangkan pada postingan selanjutnya.
Kaos Dakwah says
Jijik banget liat tikus gosongnya mbak, ada aja yg ya suka makan tikus begitu -_-
evrinasp says
ada yang mengkonsumsinya, akupun gak berani menatap lama2
Inayah says
ngeriik pasarnya ada ituan hiiii. aku pernah liat di tv. duuh klo liat nyata bisa pingsan
evrinasp says
iya ada lho, dijembreng tanpa sensor
Yoga Purnama Putra Perdana says
Acaranya assiiik banget kayaknya apalagi yang becek2an nanem bibit mangrove.. 😀
evrinasp says
iya itu aku suka banget, walaupun panas tapi ceria
Lidha Maul says
emang sih kalau di pasar sana ada makhluk2 itu. Asal nggak campur baur saja, tak gelilah saya.
Seru yang nanam mangrovenya.. dan nggak nyangka mbaknya malu2 ya mau nambah. Emang pasti ketahuan ya?
evrinasp says
hahaha iya soalnya tempat prasmanannya agak jauh dari tempat duduk :p
Keke Naima says
Itu bagian ekstrim dari pasar Tomohon wajib didatangi saat itu, ya? Kalau saya kayaknya bakal pingsan. Apalagi kalau lihat ular walaupun udah mati 😀
evrinasp says
gak wajib sih mbak, aku penasaran soalnya :p
Ranny says
Pasar Beriman ini favoritku hahahah karena jajanan pasarnya enaak sih terus buah-buahnya murcee..
Duh tumis bunga pepaya itu, ngangenin hiks
evrinasp says
tumis bunga pepaya memang enak, akupun sukaaa banget
andyhardiyanti says
Duhh..gak kuat sama foto tikusnya, mbak Ev -___-”
Walaupun sudah dikasih jadi hitam putih. Heuheuheu~
evrinasp says
iya atuh gimana biar keliatan lagi di pasar ekstrim 😀
Haryadi Yansyah | Omnduut.com says
Sejak baca 2 tulisan om cumi tentang pasar Tomohon, itulah tempat yang paling bikin penasaran saat lomba digelar. Pingin lihat langsung santapan warga tomohon *lalu ngebayangin dan mendadak mual ;D
evrinasp says
duhhh aku mah gak mau nyoba om, cukuplah sudah melihat saja