Last Updated on October 25, 2020 by evrinasp
Dari kota hujan, sebuah kampung mengajarkan bahwa untuk mencapai tujuan, tidak selalu harus melalui jalan yang lurus. Meski berkelok, asalkan ada kemauan, minimnya kondisi justru mendatangkan potensi. Itulah Kampung Labirin, sebuah kampung pemukiman padat di Kota Bogor yang lika-likunya unik layaknya labirin.
Berkembangnya kampung ini tak lepas dari peran para pengurus, salah satunya adalah Pak Endin selaku Ketua Pengelola Kampung Labirin. Pada saat ditemui di kediamannya, pemilik nama lengkap Ahmad Awaluddin ini menjelaskan bahwa pemberian nama labirin ini terinsiprasi dari bentuk kampung itu sendiri.
Pada awalnya kampung yang terletak di wilayah RW 10 Kelurahan Babakan Pasar Kecamatan Bogor Tengah ini bernama Kampung Kebon Jukut. Bentuk jalan lingkungan yang berliku dengan lebar hanya satu meter saja membuat siapapun dapat tersesat jika masuk ke dalamnya.
“Di sini jalannya sempit, terus banyak belokan, ada jalan buntu juga, jadi kalau malas nanya siap-siap terserat, seperti labirin kan?” kata Pak Endin.
Pak Endin memiliki cita-cita untuk memajukan kampungnya. Beliau berpikir, jika kampung lain bisa maju dengan keterbatasannya, maka kampung tercintanya juga pasti bisa. Untuk mencapai tujuan tersebut, Pak Endin tidak dapat berdiri sendiri. Beruntung ada sebuah lembaga non kepemerintahan bernama Yayasan Terminal Hujan (YTH) yang sejak tahun 2010 sudah melakukan beberapa aktivitas pemberdayaan masyarakat di kampungnya.
Bersama dengan tokoh setempat termasuk perangkat RT-RW dan para pemuda, Pak Endin mulai mengembangkan cita-cita untuk memajukan Kampung Labirin. Seolah gayung bersambut, Pak Endin akhirnya dipertemukan dengan Yayasan Astra Honda Motor (YAHM) melalui YTH. Berkat kolaborasi ini, terbentuklah kampung berseri Astra (KBA) yang turut andil dalam memajukan Kampung Labirin.
Khusus melalui pendampingan dari Astra, Kampung Labirin berbenah diri dengan mengembangkan empat pilar program yaitu kesehatan, pendidikan, lingkungan, dan kewirausahaan. Keempat pilar tersebut kemudian diramu sedemikian rupa hingga terbentuklah kampung tematik budaya sekaligus KBA yang telah diresmikan oleh Walikota Bogor bersama YAHM pada tanggal 1 Desember 2018 lalu. Kini diusianya yang menginjak tahun kedua di tahun 2020, Kampung Labirin terus berbenah diri.
Membangun Mindset Masyarakat adalah Kunci Utama
Untuk mewujudkan Kampung Labirin tidaklah mudah. Pak Endin selalu mengingat filosofi dari labirin itu sendiri: penuh liku namun pasti ada jalan keluar. Itu sebabnya Pak Endin bersama tim pengurus berusaha memetakan hal yang penting terlebih dahulu sebelum mencapai tujuan besar.
Menurut Pak Endin, hal yang paling penting dalam tahap awal mengembangkan Kampung Labirin adalah membangun mindset masyarakat. Apabila sudah tertanam rasa memiliki kampung kelahirannya, maka akan lebih mudah dalam mencapai tujuan bersama. Seperti menanamkan mindset pentingnya menjaga kebersihan dan keindahan lingkungan.
Bersama dengan para pengurus lainnya, Pak Endin memberikan pemahaman agar masyarakat dapat menjaga kebersihan lingkungan sekaligus mempercantik kawasannya. Layaknya labirin yang identik dengan warna hijau, meskipun setiap rumah hampir tidak memiliki pekarangan, kampung ini tetap menata diri dengan memanfaatkan pola urban farming.
Saat menelusuri kampung ini, terlihat di beberapa rumah masyarakat telah memanfaatkan barang bekas untuk penanaman. Ada juga yang mencoba membuat hidroponik, bahkan kampung ini juga sudah mengimplementasikan aquaponik.
“Kampung ini terdiri dari 300 kepala keluarga, kalau semuanya sadar kebersihan dan keindahan, Kampung Labirin pasti hijau seperti labirin” Kata Pak Endin.
Pak Endin melanjutkan bahwa tahap selanjutnya dalam menanamkan mindset kepada masyarakat yang juga penting adalah dengan memberikan pemahaman agar masyarakat tidak membuang sampah ke sungai. Kampung Labirin yang terletak dekat sekali dengan Sungai Ciliwung hendaknya menjadikan sumber daya alam ini menjadi sebuah potensi berharga bagi kemajuan kampung.
Kini setelah masyarakat sudah tidak lagi membuang sampah ke sungai, pengurus bersama masyarakat memanfaatkan potensi Sungai Ciliwung menjadi tempat pengembangbiakkan ikan dan juga wisata air. Wisatawan yang datang ke Kampung Labirin dapat menikmati susur sungai menggunakan perahu karet dilanjutkan dengan menikmati santap siang dengan ikan hasil budidaya warga di Sungai Ciliwung.
Upaya pengembangan wisata air ini mendapatkan dukungan dari pihak YAHM yang memberikan bantuan berupa empat unit perahu karet serta biaya pelatihan untuk mengemudikan perahu karet. Kehadiran wisata air membuat warga secara kontinyu menjaga kebersihan lingkungan sekitar sungai sekaligus memberikan dampak positif bagi perekonomian warga.
Upaya Mengembangkan Potensi Lokal
Selain memiliki potensi sumber daya alam, Kampung Labirin juga dianugerahi potensi lokal yang unik yaitu potensi pangan lokal serta seni budaya. Keduanya berintegrasi dengan potensi yang sudah ada sehingga membuat Kampung Labirin menjadi semakin menarik.
Potensi pangan lokal dari Kampung Labirin bernama Emping Jengkol. Keunikan dari Emping Jengkol ini terdapat pada proses pembuatannya. Untuk membuat Emping Jengkol ini harus menggunakan batu besar berbentuk oval dengan permukaan licin sebagai tempat pencetak emping. Saking uniknya batu tersebut, di salah satu rumah pengrajin Emping Jengkol ada sebuah batu tempat mencetak emping yang sudah berumur 50 tahun dan ini sudah dilestarikan secara turun-temurun.
Untuk meningkatkan nilai tambah, Pak Endin bersama para pengurus berusaha mengemas Emping Jengkol ini ke dalam kemasan yang menarik. Harapannya ketika ada wisatawan yang berkunjung ke Kampung Labirin dapat membawa Emping Jengkol ini sebagai oleh-oleh khas kampung tersebut. Hingga saat ini, pengembangan produk pangan lokal tersebut masih dikembangkan bekerja sama dengan pengrajin yang ada.
Selain potensi pangan lokal, Kampung Labirin juga memiliki potensi sumber daya manusia yang dapat mengangkat kesenian lokal. Guna menjembatani hal tersebut, para pengurus menggerakkan para pemuda untuk melatih anak-anak bermain angklung.
Para pemuda ini dikoordinatori oleh seorang pemudi cantik asli Kampung Labirin bernama Ade Irma. Saat ditemui di sela-sela latihan angklung, Beliau mengatakan bahwa komunitas anak-anak pemain angklung ini bernama Stomp Musik Angklung Keju Nada. Keju sendiri diambil dari singkatan nama Kebun Jukut, menggunakan nama kampung yang dulu. Selain angklung, ada juga kesenian marawis yang juga turut dikembangkan di kampung ini.
Mbak Ade menambahkan bahwa uniknya dari pengembangan kesenian di Kampung Labirin adalah semua pembinaan untuk anak-anak tersebut datang dari para pemuda kampung Labirin. Ilmu dari luar yang didapat oleh para pemuda diterapkan langsung untuk memajukan kampungnya.
Tidak hanya kesenian musik, Mbak Ade beserta pemudi di sana juga turut mengembangkan seni tari. Hampir setiap minggu, Mbak Ade dan para pemuda memberikan latihan rutin kepada anak-anak bekerja sama dengan TK-PAUD di Kampung Labirin. Latihan rutin ini dirasa sangat penting untuk menumbuhkan kecintaan terhadap kesenian lokal sekaligus sebagai bentuk regenerasi.
Semua kesenian lokal yang ada di Kampung Labirin ini ditampilkan pada festival yang selalu dijadwalkan setiap tahunnya oleh Kampung Labirin. Hampir semua warga kampung yang berada di tiga RT ikut terlibat saat festival berlangsung dengan total tim inti sebanyak 150 orang. Di festival tersebut, wisatawan dapat menikmati keunikan pangan lokal dan wisata budaya khas Kampung Labirin. Pak Endin berpesan saat sedang mengikuti festival, jangan sampai melewatkan keramahan warga kampung ketika menyusuri setiap kelokan jalan di Kampung Labirin.
Dalam kaitannya sebagai KBA, kampung ini telah melaksanakan program di sektor pendidikan, lingkungan, dan kewirausahaan termasuk juga sektor kesehatan. Guna mewujudkan masyarakat Kampung Labirin yang sehat jiwa dan raga, Pak Endin bersama para pengurus bekerja sama dengan kader kesehatan setempat termasuk berjalannya pelayanan Posyandu.
“Terlebih saat pandemi seperti ini, kita juga turut memberikan ajakan kepada warga untuk sama-sama mencegah” kata Pak Endin.
Masih banyak pekerjaan rumah lainnya yang menurut Pak Endin bersama pengurus wajib terus dikembangkan. Terlebih usia kampung masih tergolong usia muda untuk sebuah pencapaian sehingga masih banyak yang harus dibenahi oleh Kampung Labirin.
Belajar dari Kampung Labirin, Gotong Royong Berbenah di Tengah Pandemi
Kondisi pandemi hampir memengaruhi semua sektor termasuk juga Kampung Labirin. Sebenarnya sudah ada enam agenda besar yang sudah disusun sepanjang tahun 2020 ini dan terpaksa ditiadakan lantaran adanya pandemi. Meskipun begitu bukan berarti Kampung Labirin ini sepi dari kegiatan. Justru moment istirahat ini digunakan oleh warga untuk membenahi lingkungan.
Saat berada di sana, terlihat beberapa warga tengah merenovasi rumahnya agar tampak lebih rapih. Di beberapa tempat juga terlihat ada penataan untuk memudahkan orang berlalu-lalang.
Sementara itu untuk menjaga performa, latihan rutin kesenian baik seni musik angklung maupun seni tari tetap diadakan dipandu oleh para pengurus Kampung Labirin. Langkah tersebut juga sebagai salah satu upaya membuat anak-anak tetap dapat beraktivitas di tengah keharusan bersekolah di rumah.
Memasuki ulang tahun yang kedua pada 1 Desember 2020, Pak Endin bersama pengurus Kampung Labirin sudah merencanakan untuk mengadakan kerja bakti membersihkan lingkungan termasuk kebersihan Sungai Ciliwung. Kerja bakti ini juga sekaligus pengingat kepada masyarakat bahwa masih banyak hal yang harus dilakukan bersama agar Kampung Labirin terus berkembang.
“Yang menjadi kekuatan di kampung sini adalah guyub (bersatu), semua sudah merasa memiliki kampung ini. Tinggal bagaimana kami membawanya untuk lebih maju lagi” kata pengurus menutup perjumpaan di kala itu.
Dari Kampung Labirin dapat dipetik sebuah kisah inspiratif yang mengajarkan bahwa sebuah keterbatasan tidak menjadi halangan untuk maju. Rumitnya permasalahan dapat diatasi asalkan ada persatuan bersama warga untuk maju bersama.
“Labirin mengajarkan kita bahwa jalan hidup tak mesti lurus sempurna untuk bisa diselesaikan dengan paripurna” #KataRaya -Kampung Labirin-
Sungguh kisah yang keren dan sangat menginspirasi.
Dari sebuah kampung padat penduduk menjadi kampung wisata yang berkonsep menarik dan unik.
Navigasiku jelek, kalau masuk kampung pasti jalan saat datang dan pulang berbeda. Kebayang kalau masuk kampung labirin ini wkwkw…