Last Updated on September 23, 2019 by evrinasp
Masih menyambung tentang bertambah dewasanya saya dan suami ketika lebaran. Pada tahun sebelumnya disaat kami belum memiliki Alfi, kami masih berburu yang namanya kue lebaran. Suami suka dengan yang namanya egg roll, sedangkan saya senang dengan kue-kue manis berbau cokelat. Kue-kue kaleng adalah kue yang paling banyak mendominasi kue lebaran kami dan hampir semuanya berbau coklat, mulai dari biscuit, astor, cracker hingga wafer. Lalu bagaimana dengan tahun sekarang?
Nafsu untuk membeli segala macam kue lebaran agak berkurang di tahun ini sama seperti berkurangnya gairah untuk membeli baju lebaran. Saya memang masih membeli beberapa kue yang itupun sudah saya cemal-cemil seminggu sebelum lebaran tiba. Tetapi ada satu kue yang masih tersegel manis, yaitu Kue Nastar.
Kue nastar ini adalah kue pesanan Alfi. Mumpung Alfi suka, maka saya langsung membelikannya dan tidak mencoleknya sedikitpun. Alfi suka kue nastar karena menurutnya kue ini empuk dan rasanya manis. Saya juga sebenarnya suka karena terdapat selai nanas didalamnya. Rasa gurih, manis, dan asam bercampur menjadi satu membuat kue nastar menjadi istimewa. Tetapi seumur hidup saya belum pernah lho membuat kue nastar sendiri karena bukan tidak ingin dan tidak ada waktu. Itu karena memang saya tidak jago membuat kue-kue yang membutuhkan keuletan seperti ini.
Dulu saya pernah berbangga hati karena berhasil membuat kue cracking (begitu menurut guru tata boga saya mengatakan) yang hampir mirip dengan kue bawang. Rasa kue hasil buatan saya saat itu dapat diterima oleh keluarga. Makanya kue cracking buatan saya langsung ludes sebelum lebaran tiba. Kemudian disaat saya diminta untuk membuatnya lagi sekarang sudah tidak bisa lantaran saya lupa resepnya. Maklum itu sudah terjadi sejak beberapa tahun silam.
Kemudian ada juga kue bintang. Biasanya saya membuatnya bersama dengan mama. Bentuknya seperti bintang dan rasanya manis seperti biji ketapang. Sayangnya sudah beberapa tahun ini mama juga memilih jalan instant untuk membeli kue yang sudah jadi lantaran mama sudah kelelahan untuk membuat kue. Bagi saya itu tidak mengapa karena membuat kue tak hanya pada saat lebaran saja kan?
Nah, nanti suami mau mudik lebaran ke Cianjur. Ada satu kue yang saya tunggu, yaitu kue buatan mertua tercinta. Namanya adalah kue Jawadah yang terbuat dari tepung beras, kelapa dan gula aren. Pembuatannya juga unik karena harus dijemur dulu di atas genteng. Rasanya manis gurih sehingga membuat saya ketagihan memakannya. Nah, kue-kue tradisional seperti ini yang ingin saya konsumsi ketimbang kue-kue kaleng yang banyak ditemukan dimana pun. Itu pertanda saya makin dewasa juga bukan ya?
Terlepas dari rasa, harga, dan instant atau tidaknya, kue-kue ini memberikan makna tersendiri pada saat lebaran. Kue-kue ini menjadi salah satu penyambung silaturahim dengan sanak saudara karena hampir semua orang yang bertandang pada saat lebaran membawakan oleh-oleh berupa kue. Dengan begitu tidak hanya tali silaturahim saja yang terjaga, namun senyum merekah turut hadir di wajah para pengrajin kue. Membuat kue yang enak dan indah itu tidak gampang lho, makanya saya mengucapkan terimakasih untuk para pengrajin kue yang sudah membantu saya menyicipi kue hidangan khas lebaran. Jadi, saya tak perlu repot lagi untuk membuatnya.
Selamat Hari Raya Idul Fitri 1436 H.
Juvmom says
Baru denger ada kue itu, kyknya enak yah. Minta dong ๐
evrinasp says
kue jawaddah ya mbak? enak lho manis gurih
arif rahman says
Gak pulang kampung, jadi gak bisa makan kue lebaran buatan orang rumah.
evrinasp says
sama kami juga tidak mudik, cuma orang tua deket banget rumahnya jadi masih bisa icip2 hehe
Lidya says
jewaddah aku belum pernah makan tuh Rin
evrinasp says
iya adanya di cianjur selatan soalnya mbak