Last Updated on May 20, 2019 by evrinasp
Sewaktu pergi ke Palembang tahun 2015 lalu, saya sempat mendengarkan pembicaraan pak supir yang mengantarkan saya dan seorang rekan kerja ke sebuah tujuan. Saat itu kondisi di Palembang sedang pekat dengan asap kebakaran hutan yang membuat suhu di lingkungan cukup panas. Pak sopir mengatakan lahan yang kebakaran tersebut merupakan lahan gambut sehingga kalau lahan tersebut sudah terbakar maka akan lama padamnya. Soalnya lahan gambut memiliki lapisan tebal yang mudah terbakar. Jika api di atas lapisan sudah padam, belum tentu lapisan yang ada di bawah juga padam. Umumnya di lapisan bawah akan terbentuk bara api sehingga jika disiram dengan air dapat menimbulkan asap.
Saya memang belum melihat secara langsung bagaimana lahan gambut tersebut. Tetapi yang saya tau, lahan gambut merupakan lahan yang terbentuk dari bahan organik baik tumbuhan dan hewan yang belum mengalami dekomposisi. Lahan gambut memiliki cadangan air yang cukup besar. Jika cadangan air tersebut tidak tersedia, maka proses dekomposisi akan terjadi. Nah, saat itu terjadi maka bahaya akan mengintai yaitu tanah gambut yang terdiri dari unsur karbon mudah terbakar sehingga dapat melepaskan gas rumah kaca.
Begitu pentingnya lahan gambut membuat pemerintah membentuk sebuah badan penanggulangan yang dinamakan dengan Badan Restorasi Gambut. Soalnya kalau dijumlahkan tanah gambut di Indonesia itu jumlahnya hampir seluas Pulau Jawa lho. Terbayang kan kalau semuanya terganggu, ada berapa gas CO2 yang akan dilepas ke udara? Yang pasti ancaman pemanasan global akan benar-benar terjadi.
Selain pemerintah, juga ada pihak lain yang turut melestarikan keberadaan gambut. Pihak-pihak tersebut kemudian bersatu memberikan informasi perkembangan dan penjagaan lahan gambut melalui media yang dinamakan dengan Pantau Gambut.
Baca ini dulu yuk: Restorasi Lahan Gambut Demi Masyarakat dan Lingkungan
Ayo Pantau Gambut
Di bulan Desember 2017 lalu, saya mengikuti gathering yang diadakan oleh Pantau Gambut di Jakarta. Maksud diadakannya gathering ini adalah sebagai bentuk sosialisasi dan komitmen bersama untuk membantu melestarikan tanah gambut. Di dalam acara tersebut, saya bisa melihat secara langsung bagaimana kondisi tanah gambut melalui VR360 device. Saat melihat melalui alat tersebut, lahan gambut terlihat cukup luas. Sayangnya saya melihat tutupan pepohonan di sekitar sudah jarang sekali, hanya tersisa hamparan tanah gambut yang cukup luas saja.
Hasil dokumentasi melalui VR360 device tersebut dihasilkan oleh Danar Tri Atmojo, seorang VR Photographer dan Photo Journalist. Dia membuat dokumentasi tersebut dengan kamera dslr dan tripod presisi. Foto diambil dari setiap sisi dari awal titik pengambilan hingga akhir. Danar memilih menggunakan dslr karena resolusinya lebih tajam sehingga membuat siapapun yang melihatnya menjadi lebih jelas.
Selain melihat dokumentasi dari tanah gambut, saya juga mendengarkan pengalaman secara langsung dari para relawan. Selain memantau pelestarian gambut, para relawan ini juga mengajak masyarakat untuk turut serta melestarikan lahan sambil meningkatkan kesejahteraannya. Misalnya apabila menggunakan tanah gambut untuk budidaya, maka disesuaikan dengan tanaman yang juga menguntungkan lahan gambut. Kemudian mengajarkan juga bagaimana budidaya yang baik dengan tidak mengganggu keberadaan gambut. Para relawan juga membantu mempromosikan produk yang dihasilkan oleh petani yang ditanam di lahan gambut seperti produk kopi.
Nah, ada yang menarik di sini, bagi kita yang belum bisa terjun secara langsung seperti para relawan juga bisa kok turut melestarikan tanah gambut. Caranya bagaimana? Dengan ikut memantau gambut melalui platform Pantau Gambut.
Melalui platform Pantau Gambut, kita bisa memantau komitmen semua pihak dalam menjaga tanah gambut, kemudian memantau peta restorasi gambut untuk melihat sudah sampai mana perkembangan pelestariannya, serta berbagi cerita dengan turut menuliskan cerita pelestarian tanah gambut, dan mempelajari apapun tentang gambut.
Nah, Pantau Gambut sudah mengeluarkan versi terbaru dari Pantau Gambut yang dibuat lebih menarik lagi melalui halaman ayo.pantaugambut.id. Di sana kita bisa melihat dokumentasi dan berita terbaru mengenai pelestarian gambut. Kita juga bisa berkontribusi dengan menuliskan cerita dan membagikannya kepada teman-teman melalui media sosial. So, tunggu apalagi, ayo kita ambil bagian melestarikan lahan gambut.
Melestarikan Lahan Gambut Melalui Tanaman Sagu
Saya ingat tentang cerita salah seorang teman kuliah yang dulu pernah bekerja di perkebunan sagu. Perkebunan tersebut terletak di Riau yang juga merupakan rumah bagi lahan gambut. Nah, ternyata pohon sagu itu memberikan dampak positif terhadap lahan gambut lho.
Budidaya lahan sagu lebih ramah terhadap lahan gambut dibandingkan tanaman lainnya. Apalagi tanaman gambut diketahui lebih banyak mengurangi emisi CO2 dibandingkan tanaman lainnya. Hal tersebut sesuai dengan kearifan lokal yang berbasis pada kebaikan alam dan ada satu wilayah yang sangat menjaga keberadaan pohon sagu tersebut. Wilayah itu merupakan Papua yang menjadikan pohon sagu sebagai bagian dari dirinya.
Hal tersebut saya ketahui melalui penjelasan Mbak Melia Yena Febryanty, owner Papoea Kemang. Melalui Papoea Kemang, Mbak Melia bersama rekan-rekan turut mengedukasi akan pentingnya sagu bagi masyarakat Papua yang juga berdampak pada kelestarian lahan gambut di Papua.
Ternyata menebang pohon sagu sengaja atau tidak sengaja itu melanggar hak asasi masyarakat Papua lho. Karena pohon sagu benar-benar digunakan dalam kehidupan mereka, mulai dari pangan, sandang, dan juga papan. Sehingga jika merusak pohon sagu berarti juga mengganggu kepentingan masyarakat Papua yang juga berimbas pada lestarinya lahan gambut.
Nah, kan ada banyak cara yang dapat kita lakukan dalam upaya melestarikan lahan gambut. Meskipun tidak terlibat secara langsung, kita juga bisa turut melestarikannya. Caranya seperti yang sudah dikatakan sebelumnya yaitu ikut serta dalam pantau gambut. Tidak hanya manusia saja lho yang akan terdampak jika lahan gambut rusak, tetapi seluruh makhluk hidup yang ada di bumi. Jadi, mari kita turut serta melestarikan lahan gambut, baik secara langsung maupun tidak langsung.
rita asmaraningsih says
Sampai sekarang di daerah seputaran Palembang masih banyak ditemukan lahan gambut Mba..
evrinasp says
Iya di Sumatera memang banyak, salah satunya Palembang. Di sana banyak kelapa sawit juga kan yg memanfaatkan lahan gambut
wisnutri says
Dulu saya mikirnya, lahan gambut itu seperti rawa-rawa. Jadi malah kurang cocok buat dijadikan ladang / untuk bertanam. E ternyata malah sebaliknya…
evrinasp says
Cocok, tapi hanya untuk tanaman tertentu dan proses pengolahan tanah lebih lanjut. Namun sebaiknya dibiarkan alami saja kalaupun mau digunakan harus menaati kaidah2
Admin Link Pojokan says
Saya sangat antusias dgn kegiatan ini, mungkin suatu saat saya akan ikut ambil bagian dgn kegiatan lain nya.
evrinasp says
Semoga bisa bergabung ya
Jalan-Jalan KeNai says
Saya awam banget tentang gambut ini. Pokoknya kalau inget gambut, ingetnya kebakaran hutan. Padahal sebetulnya banyak manfaatnya, ya. Kayaknya saya harus mulai banyak membaca info tentang gambut
evrinasp says
Iya lahan gambut subur mbak, kaya bahan organik, tapi kalau dibuka lahannya bahaya carbon jadi gas rumah kaca
ayahblogger says
web ayo.pantaugambut.id menarik sekali. Informasinya memberi pengetahuan bagi yang baru mengetahuinya.
evrinasp says
Iya, ayo ikut pelajari ya
Hastira says
makasih sharingnya mbak, oh ya aku inget saat ke banjarmasin, makan telur itik yang dipelihara di lahan gambut , kuning telurnya punay warna oranye
evrinasp says
Wah mungkin berbeda kali ya, saya belum pernah ke banjarmasin mbak
Agung Rangga says
Wah, saya dapat ilmu lagi dari Mbak Evrina. ๐
Semoga lahan gambut di Indonesia tetap terjaga ya mbak. ๐
evrinasp says
Aamiin agung, gantiab doang agung yang sharing
Rustam says
Terimakasih Informasinya mbak, menambah pengetahuan buat saya yang awam tentang lahan gambut ini
evrinasp says
Iya semoga bermanfaat ya
Beautyasti1 says
Berarti lahan gambut cocok untuk di tanam kopi dan sagu gitu ya mba? Aku sendiri kurang paham dengan lahan gambut. Apa bisa ditanam padi atau tanaman lain di atas nya ya mba
evrinasp says
Kurang cocok kalau padi, lebih untuk tanaman perkebunan, tapi tetap disesuaikan dengan kaidah konservasi
Ahmad Farhan says
Wahh ini pembahasannya bagus sekali. Saya juga baru tahu lahan gambut itu seperti apa. Izin share yah teh?
evrinasp says
Silahkan dishare semoga bermanfaat