Conservacation hari ketiga, ceritanya bakalan lebih panjang nih soalnya hari ketiga merupakan hari terakhir saya dan Sobat Air ADES berada di Bea Muring. Di hari ketiga ini kami melakukan kegiatan inti konservasi yaitu penanaman pohon di daerah aliran sungai (DAS) dan membuat bak penampungan air. Tetapi sebelum itu, simak cerita saya berikut ini ya.
Pagi itu saya terbangun di rumah Bapak Lauren. Saya terbangung lebih awal dibanding anggota keluarga lainnya. Oh iya perlu dicatat, saya hanya mandi satu kali sehari yaitu saat sore hari selama berada di rumah Bapak Lauren. Lho mengapa begitu? Karena di rumah Bapak Lauren tidak ada air. Dia dan keluarganya harus berjalan terlebih dahulu ke arah mata air untuk mendapatkan air. Kalau saya mau mandi bebas dengan air yang cukup banyak ya harus ke sana.
Setelah merapihkan diri, saya melihat anak-anak sekolah yang berjalan kaki menuju sekolahnya. Perhatian saya terfokus ketika melihat alas kaki yang mereka kenakan. Ada yang menggunakan sepatu lengkap, ada juga yang hanya menggunakan sandal ke sekolah.
Ada yang menarik dari anak-anak sekolah tersebut, yaitu membawa ember atau dirigen air. Saya pun bertanya kepada mereka, mengapa membawa dirigen air ke sekolah? Rupanya saat itu mereka sedang kebagian piket untuk membawa air untuk digunakan di sekolah. Nanti sepulangnya dari sekolah, mereka akan mampir ke sumber mata air untuk gantian membawa air ke rumahnya.
Kak Eci yang menjadi pendamping saya selama di rumah Bapak Lauren ternyata sudah bangun dan mengajak saya untuk melihat sumber mata air. Berbeda dari sumber mata air yang berada di dekat lokasi sayuran organik, sumber mata air kali ini dekat sekali lokasinya dengan rumah Bapak Lauren. Jalannya juga cenderung datar hanya sedikit menanjak saja.
Air yang keluar dari sumber tersebut jernih dan debitnya cukup besar. Saya sempat mencoba meminumnya dan ternyata rasanya sangat segar. Sayangnya tidak ada bak penampungan di sana sehingga air yang keluar menjadi terbuang mengalir ke tempat yang lebih rendah.
Kami hanya sebentar di lokasi mata air dan segera kembali ke rumah karena ternyata Bapak Lauren sudah menunggu. Bapak Lauren yang merupakan petani kopi dan cengkeh meminta saya untuk melihat kebun kopinya. Dia senang bukan main ketika saya memotretnya dan mendengarkan cerita tentang kopi yang dibudidayakannya.
Dari cerita yang saya dengar Bapak Lauren, dia dan petani kopi lainnya sudah dibina oleh dinas setempat mengenai budidaya kopi melalui sekolah lapang. Saya sangat bersyukur karena ternyata meski lokasinya sangat jauh dari keramaian, petani di sini masih tersentuh oleh pihak terkait untuk dilakukan pembinaan.
Hari semakin siang, akhirnya saya menyudahi perbincangan dengan Bapak Lauren karena harus segera menuju pastoran untuk mengikuti agenda konservasi selanjutnya.
Menanam Pohon di DAS Waerina
Kegiatan pagi itu sangat unik karena saya bersama rombongan hendak menuju DAS Waerina dengan menggunakan bus truk. Bus truk merupakan sebutan bagi truk yang membawa penumpang dengan bangku yang sudah tertata rapih di dalamnya.
Untuk menuju sungai di sekitar Waerina memang harus menggunakan kendaraan berat dan sporty lantaran jalan di sana berupa batu besar dan belum diaspal. Menurut pengamatan saya, jalan menuju DAS tersebut baru saja dibuka karena terlihat sekali bekas pembukaan jalannya.
Sesampainya di lokasi, masing-masing orang membawa pohon dan pupuk yang akan digunakan untuk penanaman pohon. Namun sebelum itu, kesepuluh Sobat Air ADES diajak untuk melihat lokasi Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) yang ada di Waerina.
Untuk menuju PLTMH, kami harus mengikuti jalan setapak yang menurun. Saya tidak terbayang deh bagaimana susahnya petugas penjaga PLTMH yang setiap hari harus menjaga debit air termasuk PLTMH itu sendiri.
Sesuai dengan namanya yang menggunakan kata mikro, lokasi turbin tempat pembangkit listrik berada terdapat di dalam sebuah bangunan kecil di pinggir sungai. Sayangnya saat itu bangunan tersebut sedang dikunci sehingga kami tidak bisa melihat ada apa saja di dalamnya. Di dekat turbin terdapat rumah penjaga yang menjadi tempat tinggal penjaga PLTMH.
Setelah melihat PLTMH, kami semua kemudian kembali ke atas untuk melakukan penanaman pohon di beberapa titik yang sudah ditentukan. Semua Sobat Air ADES memiliki pohonnya sendiri-sendiri dan sambil menanam kami berdoa semoga pepohonan yang kami tanam dapat tumbuh subur sehingga dapat menghijaukan DAS.
Oh iya, ada tim My Trip My Adventure (MTMA) juga lho yang ikut melakukan penanaman di DAS tersebut. Lumayan deh saya ikut berfoto bareng artis MTMA dan menurut informasi episode untuk Conservacation NTT ditayangkan pad atanggal 21 dan 28 Oktober 2018.
Membuat Bak Penampungan Air
Dari lokasi penanaman pohon, kami kembali menaiki bus truk untuk menuju lokasi tempat pembuatan bak penampung air. Sesampainya di sana, kami dipersilahkan terlebih dahulu untuk menikmati nasi merah yang dibakar di dalam bambu dengan menu lain khas Manggarai Timur. Lezat sekali deh makan siang saat itu apalagi makannya bareng-bareng seperti itu, makin terasa nikmat.
Setelah kenyang makan siang, kami melanjutkan aktivitas untuk meninjau sumber mata air yang akan menjadi sumber penampungan air. Saat berada di sana, saya melihat kalau debit dari mata airnya cukup kecil meski di sekitar masih banyak pepohonan. Air yang keluar terbuang begitu saja dan tidak tertampung dengan baik padahal bisa saja dimanfaatkan warga untuk aktivitasnya sehari-hari. Itu sebabnya bak penampungan perlu dibuat di bawahnya dan kami sangat senang menjadi bagian dari pembuatan bak penampungan air saat itu.
Sepertinya saat itu kami seperti menjadi artis karena hampir semua warga yang berada di sekitar melihat aktivitas yang kami lakukan. Melihat mereka berkumpul, saya langsung mengajak mereka untuk berfoto. Mereka sangat senang sekali padahal hanya diajak berfoto saja ya.
Hari semakin sore, proses pembuatan bak penampungan memang belum selesai sepenuhnya karena menunggu kering dan akan dilanjutkan oleh masyarakat. Kami berharap apa yang kami lakukan saat itu dapat menginspirasi warga agar mereka bisa memanfaatkan sumber daya air dengan bijak. Selepasnya dari lokasi pembuatan bak penampungan air, kami dipersilahkan kembali ke rumah masing-masing untuk beristirahat dan bersih-bersih. Malam harinya, sambil makan malam, diadakan sesi sharing bersama Romo Marcel yang berisi pemberian saran, masukan, serta pesan dan kesan demi kemajuan Desa Deno.
Ada beberapa masukan dari Sobat Air ADES di antaranya adalah:
- Desa Deno berpotensi untuk dijadikan wisata khusus religi karena terlihat melekat sekali kegiatan keagamaannya didukung dengan fasilitas ibadah yang ada.
- Kopi dan keripik pisang bisa dikembangkan untuk menjadi produk unggulan desa.
- Pengolahan sampah perlu dilakukan dengan tidak membuang sampah sembarangan dan melakukan pemilahan sampah.
- Untuk melakukan penyaringan air secara sederhana dapat menggunakan filter dari arang dan spon sehingga air yang didapat lebih jernih.
- Untuk melakukan penanaman di musim kemarau dapat dilakukan dengan menggunakan mulsa alami dari jerami agar mengurangi proses penguapan, lalu menggunakan wadah penanaman yang dapat digunakan menampung air siraman.
Setelah sesi sharing selesai, kami secara bersama menuju aula gereja. Di sana ternyata sudah ramai warga yang menyambut untuk secara bersama menyaksikan malam cultural festival. Duh lagi-lagi saya terharu karena sambutannya sangat luar biasa.
Masyarakat dari anak-anak hingga yang tua masing-masing menunjukkan kebolehannya. Ada yang bernyanyi, menari, membaca puisi, dan ada juga yang acting dalam drama. Luar biasa pokoknya, di tengah keterbatasan fasilitas ternyata mereka masih mampu berkreativitas. Pertunjukan malam budaya berlangsung hingga pukul 12 malam. Meskipun sudah lelah dan mengantuk, saya cukup menikmati pertunjukkan malam itu.
Sayangnya saya dan rombongan ADES lainnya tidak bisa berlama-lama di sana. Pagi harinya kami harus berangkat bertolak ke Labuan Bajo untuk melanjutkan agenda selanjutnya. Terima kasih atas keramahan dan sambutan warga di Desa Deno, khususnya kak Eci dan Bapak Lauren. Saya senang sekali bisa mengenal anda semua.
Wah seru banget ya kegiatannya.
Selain bisa kumpul dengan orang2 baru dan saling berbagi, kita juga dapet banyak pengalaman dan pengetahuan baru.
Btw, jadi kangen jaman kuliah dulu karena sering banget ikutan kegiatan konservasi ๐
ayo ikutan lagi dong sekarang, bumi masih membutuhkan banyak orang untuk konservasi
Wah seru bgt, ternyata masih ada malaikat untuk menjaga lingkungan demi anak cucu nanti ya ๐
thanks bak evrinaaaa
saya juga kalau tidak ikut acara Conservacation ini belum tentu bisa berkontribusi
Kayaknya seru banget deh acaranya itu. Semoga acara begini, selalu ada dan bisa menyeluruh di seluruh Indonesia tiap tahun. ๐
aamiin, mudah2an ada untuk angkatan selanjutnya
Asyik ya mbak… Saya ketinggalan nih, udah hari ke3 aja, hihihi…
hehe stay tuned makanya hehe *apaseh
paling tidak ada fotoku dong di web kecenya mak hahahaa
Bahahaha baiklah
dengan berjalan di daerah yang seperti itu (untuk mandi harus cari air dahulu). Membuat kita bisa lebih bersyukur ketika diberi Allah nikmat mandi dengan bebas dan mudah. Perjalanan yang menyenangnkan, menanaman pohon, ke warga, dan investasi akhirat (nanam pohon)
Aamiin, iya Sandi berkesan banget buat aku, alhamdulillah bisa berbagi ilmu di sana