Last Updated on January 8, 2016 by evrinasp
Jamu merupakan ramuan obat tradisional yang diwariskan secara turun-temurun oleh para leluhur. Keberadaan jamu hingga kini masih tetap lestari dan tidak tergerus dengan perubahan zaman. Ramuan tradisional buatan nenek moyang ini melekat erat dalam kehidupan masyarakat meskipun berada ditengah perkembangan industri obat modern. Dari sisi budaya, jamu sangat identik dengan Indonesia sehingga berpotensi untuk dipromosikan menjadi salah satu produk unggulan bangsa. Jika dulu penjualan jamu sangat identik dalam bentuk jamu gendong, kini jamu telah tersedia dalam bentuk kemasan yang modern dan dapat ditemukan pada rumah makan maupun cafe.
Mengembangkan dan melestarikan jamu penting untuk dilakukan karena selain memberikan manfaat yang baik untuk tubuh juga turut serta melestarikan budaya. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Kementerian Perdagangan RI pada tahun 2009 menunjukan bahwa sebagian masyarakat (81%) mengaku puas terhadap jamu yang dikonsumsinya namun belum loyal dan masih menempatkan jamu sebagai alternatif kepada obat farmasi. Hanya 58% konsumen saja yang mengaku selalu minum jamu, dan hanya 49% yang mengaku mengutamakan minum jamu dibandingkan obat farmasi. Menindak lanjuti hasil penelitian tersebut, pemerintah menetapkan visi untuk pengembangan jamu pada tahun 2020 dengan tajuk ”Jamu Indonesia Maju 2020: Modern, Mutu tinggi, Murah dan Memasyarakat”. Makna visi tersebut adalah suatu keadaan dimana paling lambat ditahun 2020, jamu Indonesia akan dipandang oleh masyarakat sebagai produk yang modern, mutu tinggi, murah, dan memasyarakat.
Peluang untuk mewujudkan visi tersebut sangat mungkin untuk dicapai mengingat perkembangan jamu di Indonesia cukup signifikan, hal ini dapat dilihat dari omset penjualan jamu tradisional yang terus mengalami kenaikan. Pada tahun 2011 saja omset penjualan jamu mampu menembus angka Rp. 11,5 triliun.Kenaikan omset industri jamu nasional ini sudah terjadi sejak 2006 dengan puncaknya terjadi pada tahun 2010 lalu dimana nilainya naik dari Rp. 8,5 triliun menjadi Rp. 10 triliun. Data Kementerian Perdagangan Indonesia mencatat bahwa nilai impor obat tradisional serta herbal sepanjang tahun 2011 mencapai US$ 40,5 juta [1] yang menggambarkan bahwa kebutuhan tanaman obat dalam negeri sangat besar sehingga harus melakukan impor. Besarnya kebutuhan tanaman obat sebagai bahan baku jamu senada dengan data pada grafik yang disajikan oleh Kementerian Kesehatan RI yang menunjukan bahwa perkembangan industri obat tradisional (IOT) sebagai penghasil jamu mengalami perkembangan dari tahun 2011 ke tahun 2012 dengan tingkat pertumbuhan tertinggi di Provinsi Jawa Barat [2].
Melihat besarnya permintaan pasar serta berkembangannya IOT sebagai penghasil jamu memberikan peluang untuk pengembangan jamu seluas-luasnya. Untuk memenuhi bahan dasar jamu dan obat-obatan tradisional bagi negara tropis seperti Indonesia sebenarnya tidaklah sulit karena negara ini memiliki potensi yang sangat besar dalam hal keaneka ragaman tanaman obat.
Potensi Tanaman Obat sebagai Sumber Bahan Baku Jamu
Biofarmaka atau obat bahan alami yang bersumber dari tanaman obat dapat dikelompokkan menjadi lima jenis. Hal ini sesuai dengan Pasal 1 Peraturan Kepala Badan POM No. HK.00.05.4.1384 Tahun 2005 tentang Kriteria dan Tata Laksana Pendaftaran Obat Tradisional, Obat Herbal Terstandar dan Fitofarmaka. Dalam pasal tersebut ditetapkan bahwa:
- Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut, yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman
- Jamu adalah Obat Tradisional Indonesia, belum teruji secara klinis
- Obat Herbal terstandar adalah sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik (melalui hewan) dan bahan bakunya telah distandardisasi
- Fitofarmaka adalah sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik dan klinik (diterapkan pada manusia), bahan baku dan produk jadinya telah distandardisasi
- Sediaan galenik adalah hasil ekstraksi simplisia yang berasal dari tumbuh-tumbuhan atau hewan.
Di Indonesia untuk mendapatkan sumber bahan baku biofarmaka tersebut tidaklah sulit karena negara ini memiliki keanekaragaman sumberdaya hayati yang sangat melimpah, salah satunya adalah spesies tanaman obat. Diketahui sekitar 9.600 spesies berkhasiat sebagai obat, namun baru sekitar 200 spesies yang telah dimanfaatkan sebagai bahan baku pada industri obat tradisional (IOT) dan dari jumlah tersebut baru sekitar 4% yang dibudidayakan. Potensi tanaman obat asli Indonesia ini dapat dilihat dari kontribusinya pada produksi obat dunia. Sebagai contoh dari 45 macam obat penting yang diproduksi oleh Amerika Serikat berasal dari tumbuhan obat tropika dan 14 spesies diantaranya berasal dari Indonesia [3]. Bahkan menurut Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, Trihono, mengatakan bahwa Indonesia menyimpan potensi tanaman obat terbesar kedua dunia setelah Brazil karena memiliki tak kurang dari 7000 variasi tanaman obat [4].
Meskipun potensi yang dimiliki sangat besar, pengembangan jamu di Indonesia masih menemui berbagai macam kendala. Salah satunya adalah ketersediaan lahan untuk melakukan budidaya tanaman obat. Masalah ini tentu tidak akan terjadi pada daerah yang memang memiliki potensi lokal tanaman obat seperti yang terdapat di Kabupaten Sukoharjo yang dikenal sebagai sentra penjualan jamu tradisional di Indonesia. Namun masalah ketersediaan lahan menjadi kendala bagi wilayah lain yang ingin mengembangkan tanaman obat sebagai bahan baku jamu. Hal ini pernah saya temukan pada Desa Cikarawang di Kecamatan Dramaga maupun Desa Parakan di Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor. Tanaman obat yang proses budidayanya memakan waktu cukup lama ketimbang padi dan palawija membuat petani enggan untuk menanamnya, padahal permintaan pasar yang datang saat itu cukup menjanjikan. Hanya saja proses budidayanya yang memakan waktu lebih lama membuat petani cenderung memilih untuk berbudidaya padi dan palawija karena menghasilkan perputaran uang lebih cepat.
Namun tidak ada masalah tanpa solusi, permasalahan di atas dapat kita atasi dengan memanfaatkan potensi lahan lainnya yang dimiliki hampir oleh seluruh masyarakat tanpa mengganggu lahan potensial yang ada yaitu dengan memanfaatkan lahan pekarangan.
Potensi Pekarangan di Indonesia
Program pemanfaatan pekarangan sudah sejak lama dikembangkan oleh pemerintah mengingat Indonesia memiliki potensi luas pekarangan nasional yang sangat besar yaitu sebesar 10,3 juta ha atau 14% dari total luas lahan pertanian (Limbongan J. dan Djafar B., 2014). Definisi pekarangan menurut Panduan Teknis Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP) Kementerian Pertanian Tahun 2014 adalah lahan yang ada di sekitar rumah dengan batas pemilikan yang jelas (lahan boleh berpagar dan boleh tidak berpagar) serta menjadi tempat tumbuhnya berbagai jenis tanaman dan tempat memelihara berbagai jenis ternak dan ikan. Sedangkan tanaman pekarangan adalah tanaman yang menghasilkan umbi, buah, sayuran, bahan obat nabati, flori kultura, termasuk di dalamnya jamur, lumut, dan tanaman air yang berfungsi sebagai buah, sayuran, bahan obat nabati dan/atau bahan estetika.
Melihat besarnya potensi luas pekarangan yang dimiliki bukanlah hal yang tidak mungkin untuk mengembangkan tanaman obat karena hampir semua masyarakat memiliki pekarangan di sekitar rumahnya. Walaupun pekarangan yang ada sangat sempit hal tersebut tidak menjadi halangan untuk melakukan pengembangan tanaman obat yang dikenal sebagai toga (tanaman obat keluarga) karena saat ini telah tersedia berbagai macam teknologi penanaman untuk lahan sempit. Kita bisa menggunakan wadah penanaman baik dengan pot, polybag, vertikultur, wadah bekas maupun dengan memanfaatkan pagar dan kolam untuk penataan dan pemanfaatannya.
Dari semua jenis tanaman obat yang sudah diteliti, terdapat beberapa tanaman rempah dan obat yang dapat dikembangkan di lahan pekarangan masyarakat diantaranya adalah jahe, kunyit, kencur, lengkuas, temulawak, kumis kucing, asoka, antanan, sambiloto, binahong, sirih dan lain sebagainya. Model budidaya beberapa jenis tanaman baik tanaman sayuran, buah maupun toga tersaji dalam tabel berikut, namun yang dicantumkan dalam tabel di bawah ini hanyalah komoditas toga mengingat bahasan kali ini terpusat pada toga untuk setiap tipe pekarangan:
Berdasarkan tabel di atas kita dapat melihat bahwa komoditi toga yang dapat ditanam secara umum di pekarangan adalah komoditi yang sudah ditetapkan oleh pemerintah melalui Ditjen POM. Penetapan ini dilakukan untuk mendukung pengembangan agroindustri tanaman obat Indonesia dengan pertimbangan bahwa komoditi tersebut memiliki nilai ekonomi tinggi, mempunyai peluang pasar dan potensi produksi yang tinggi serta berpeluang dalam pengembangan teknologi.
Melihat potensi tanaman toga yang cukup beraneka ragam dan mampu beradaptasi pada lahan pekarangan maka ada baiknya melakukan pengembangan toga sebagai bahan baku jamu melalui optimalisasi pekarangan. Memanfaatkan pekarangan tidak hanya memberikan ruang terbuka hijau bagi rumah, juga termasuk salah satu sumber pendapatan yang bergizi dan aman bagi keluarga. Untuk mengoptimalisasikannya dibutuhkan perawatan dan pemeliharaan yang cermat yang tak lepas dari peran ibu rumah tangga sebagai pilar keluarga.
Pengembangan Jamu Melalui Peran Wanita dalam Optimalisasi Pekarangan
Wanita sangat berperan penuh dalam keluarga. Didalam dirinya terdapat jiwa seorang ibu yang dapat membimbing dan membentuk karakter anak-anaknya, menjadi seorang istri yang mendampingi suaminya serta sebagai anggota masyarakat yang turut serta berperan dalam kemajuan masyarakat. Wanita dalam hal ini baik ibu rumah tangga maupun pekerja sudah terbiasa untuk mengurus segala keperluan rumah. Hal tersebut menjadi alasan mengapa program-program seputar lingkungan maupun keluarga tak lepas dari hadirnya peran seorang wanita.
Khusus untuk pemanfaatan pekarangan, ibu rumah tangga berperan penuh sebagai pelaku utama. Melalui pemanfaatan pekarangan diharapkan dapat mengurangi belanja kebutuhan pangan sehari-hari sekaligus membantu pemenuhan gizi keluarga yang beragam, bergizi, seimbang dan aman. Dalam optimalisasi pekarangan diusahakan berbagai macam komoditi, mulai dari tanaman sayuran, buah, toga maupun ternak sebagai sumber protein. Diketahui bahwa Pada strata 1 (tanpa pekarangan) kontribusi lahan pekarangan terhadap pendapatan menyumbang sekitar 3,16 %, pada strata 2 (pekarangan sempit <120 m2) kurang lebih 6.81 % dan pada stata 3 (pekarangan sedang-luas 120-400 m2) kurang lebih 10,03 % (Saptana, 2014).
Tanaman obat dapat diusahakan menjadi komoditas potensial sebagai bahan baku jamu pada lahan pekarangan melalui gerakan pemberdayaan wanita. Untuk melakukan budidaya toga tidaklah sulit seperti tanaman hortikultura yang membutuhkan perawatan lebih sehingga ibu pekerja sekalipun dapat melakukan penanaman. Awalnya dilakukan identifikasi terlebih dahulu untuk menentukan kawasan yang berpotensi bagi pengembangan toga di pekarangan dengan mengidentifikasi tipe pekarangan sekaligus sumber daya manusianya. Usahakan dalam satu kawasan terdapat sekelompok ibu-ibu yang gemar menanam sehingga mereka dapat menjadi pioner di lingkungannya untuk melakukan pemanfaatan pekarangan.
Langkah selanjutnya adalah melakukan pemberdayaan dengan membentuk kelompok wanita yang bergerak dalam usaha budidaya toga. Para ibu rumah tangga ini diarahkan untuk memanfaatkan pekarangan dengan menanam toga yang potensial untuk dikembangkan. Usaha agribisnis pekarangan ini terintegrasi mulai dari hulu (budidaya) hingga hilir (menjadi produk). Kelompok ini tidak hanya mampu menjual dalam bentuk bahan baku, tetapi juga mampu mengolahnya menjadi produk yang sudah diolah lebih lanjut. Peran wanita dalam pengembangan jamu tidak hanya selesai disitu saja, sebagai pendidik dalam keluarga para wanita ini diharapkan mengedukasi anggota keluarganya sekaligus masyarakat di sekitar rumah untuk melestarikan jamu.
Contoh pemberdayaan yang sedang dilakukan terdapat di Kelompok Wanita Tani (KWT) Anggrek di Desa Babakan Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Selain mengusahakan tanaman sayuran dan buah, kelompok ini juga mulai merintis untuk mengoptimalkan toga di pekarangannya. Toga yang banyak diusahakan adalah komoditas jahe merah, kelompok ini sudah mampu mengolah bahan baku jahe merah menjadi jamu berbentuk cair meskipun belum memiliki produk jamu dalam kemasan. Pengembangan toga pada kelompok ini tidak terlalu sulit, meskipun lahan pekarangan termasuk sempit, mereka sudah terbiasa menanam toga di pekarangan. Beberapa toga yang terdapat di kawasan KWT Anggrek diantaranya kumis kucing yang digunakan untuk memperlancar pengeluaran air kemih (diuretik); jeruk nipis untuk mengobati amandel, batuk, malaria dan pilek; bunga asoka untuk mengobati luka serta mengobati haid tidak teratur; kunyit untuk mengobati penyakit diabetes melitus, keputihan, dan perut sakit saat haid serta jahe merah dan daun sirih yang kebanyakan diolah dalam bentuk jamu cair.
Contoh pemberdayaan lainnya yang telah sukses terdapat di Desa Benteng Kecamatan Ciampea dibawah binaan Institut Pertanian Bogor (IPB). Di desa ini terdapat kampung konservasi toga yang masyarakatnya banyak melakukan penanaman dan usaha tanaman obat serta pengolahan minuman kesehatan berbasis rempah-rempah dan tanaman obat. Pemberdayaan pada desa ini telah menghasilkan produk jamu yang dapat bersaing dipasaran.
Potensi Toga + Potensi Pekarangan + Peran Wanita = Pengembangan Jamu
Melakukan pengembangan jamu dengan melibatkan peran wanita dalam optimalisasi toga di pekarangan menemukan berbagai macam kendala diantaranya:
- Praktek budidaya toga yang dilakukan oleh para ibu rumah tangga ini belum mencerminkan praktek budidaya yang baik (GAP=Good Agriculture Practices) sehingga hasil panen bahan baku jamu yang didapatkan tidak maksimal. Hal ini terjadi karena umumnya para ibu rumah tangga ini bukan petani asli yang memang terbiasa melakukan praktek budidaya tanaman.
- Permasalahan permodalan. Permasalahan ini sebenarnya adalah masalah klasik yang hampir ditemui dalam setiap kegiatan, permasalahan terutama dalam hal modal untuk penyediaan bibit yang baik serta alat pengolahan jamu.
- Belum memiliki pasar yang tetap. Dibutuhkan kerja keras dan keuletan untuk mendapatkan pasar yang tetap dalam penyerapan produk yang dihasilkan kelompok. Kebanyakan produk dipasarkan berdasarkan permintaan sehingga kontinuitas masih harus dipertahankan.
- Penanganan pengelolaan produk belum berjalan baik sehingga produk yang dihasilkan kalah bersaing dengan produk luaran. Kebanyakan produk jamu yang dihasilkan belum memiliki kemasan yang menarik, belum terdapat label maupun izin dinas terkait untuk peredaran produk.
- Pengetahuan sumber daya wanita masih terbatas untuk mengelola bahan baku jamu menjadi produk diferensiasi lainnya sehingga jamu yang disajikan hanya dalam bentuk cair, bubuk atau simplisianya saja. Hal ini dianggap biasa saja oleh konsumen karena cenderung sama dengan jamu pada umumnya.
- Belum berani sepenuhnya menjual dengan harga tinggi karena mutu produk masih kurang berkualitas sehingga keuntungan yang didapatkan sangat minim untuk pengembangan usaha selanjutnya
Untuk mengatasi permasalahan di atas diperlukan solusi yang terintegrasi antara satu dengan lainnya agar jamu dapat berkembang dengan memanfaatkan pekarangan melalui pemberdayaan wanita. Solusi yang mungkin dapat mengatasi permasalahan di atas diantaranya:
- Pembinaan secara berkelanjutan mulai dari budidaya, penanganan pasca panen hingga menjadi produk yang bermutu. Pembinaan ini melibatkan berbagai pihak mulai dari aparat pemerintah, akademisi maupun peneliti yang terkait
- Bekerja sama dengan lintas sektoral dan aparat pemerintah untuk mempromosikan potensi produk dan wilayahnya
- Memfasilitasi upaya peningkatan mutu produk misalnya pembuatan label, pengurusan perizinan (P-IRT dan sebagainya), pengajuan label halal serta pengujian laboratorium terhadap keamanan produk
- Melakukan pemupukan modal baik dari kelompok maupun bantuan pemerintah, pemupukan modal ini digunakan secara bergulir sehingga semua anggota dapat memanfaatkan dan kelompok mampu memberdayakan potensinya untuk pengembangan produk jamu
- Mengoptimalkan komoditas yang berpotensi untuk dikembangkan disesuaikan dengan kondisi wilayah dan permintaan pasar yang ada
Pengembangan jamu melalui peran wanita dalam optimalisasi pekarangan diharapkan menjadi salah satu solusi untuk mengurangi kebutuhan bahan baku jamu. Kegiatan pemberdayaan yang terintegrasi dengan pekarangan tidak hanya membantu melestarikan keberadaan toga sebagai bahan baku jamu tetapi juga dapat mengangkat perekonomian wilayah. Apabila kegiatan ini berhasil, jamu tidak hanya lestari tetapi dapat menjadi icon pada wilayah tersebut yang membuatnya menjadi terkenal sebagai wilayah penghasil jamu.
“Pertanian adalah ibu dari segala budaya. Jika pertanian berjalan dengan baik, maka budaya-budaya lainnya akan tumbuh dengan baik pula, tetapi manakala sektor ini diterlantarkan, maka semua budaya lainnya akan rusak”
Xenophon, filsuf dan sejarawan Yunani (425-355 SM)
Daftar Pustaka:
[1] Kementerian Perdagangan RI. http://ditjenpdn.kemendag.go.id/WEB/index.php/public/information/articles-detail/berita/90
[2] Kementerian Kesehatan RI. http://binfar.kemkes.go.id/2013/02/grafik-rekapitulasi-iot/
[3] BBPP Lembang Kementerian Pertanian. http://www.bbpp-lembang.info/index.php/arsip/artikel/artikel-pertanian/585-potensi-tanaman-obat-indonesia
[4] Tribun News. 2013. Potensi Tanaman Obat Indonesia Nomor Dua Dunia. Edisi Rabu 3 Juli 2013. http://medan.tribunnews.com/2013/07/03/potensi-tanaman-obat-indonesia-nomor-dua-dunia
http://www.lingkarkampus.com/?page_id=227
http://biofarmaka.ipb.ac.id/brc-upt/brc-ukbb/bccs-collection/604-herbal-plants-collection-kumis-kucing
http://biofarmaka.ipb.ac.id/brc-upt/brc-ukbb/bccs-collection/599-herbal-plants-collection-jeruk-nipis
http://biofarmaka.ipb.ac.id/brc-upt/brc-ukbb/bccs-collection/564-herbal-plants-collection-kunyit
http://biofarmaka.ipb.ac.id/brc-upt/brc-ukbb/bccs-collection/535-herbal-plants-collection-asoka
http://biofarmaka.ipb.ac.id/brc-upt/brc-ukbb/bccs-collection?start=16
Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. 2009. Kajian Potensi Pengembangan Pasar Jamu. 265hal.
Kementerian Pertanian RI. 2014. Panduan Teknis Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Tahun 2014. Jakarta:60hal.
Kementerian Pertanian RI. 2013. Mengenal Rumah Pangan Lestari dan Kawasan Rumah Pangan Lestari. Jakarta: 15 hal.
Limbongan, J dan Djafar B. 2014. Pengelolaan Kebun Bibit, Penyediaan Media Tanam, dan Budidaya Tanaman Pada Kegiatan KRPL. Balai Pengkajian Teknologi PertanianSulawesi Selatan. Kementerian Pertanian RI.
Saptana. 2014. Potensi Ekonomi untuk Keberlanjutan KRPL. Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian.
Armita Fibriyanti says
bagus kak ev, lengkap pisan.. referensi nya juga banyak.. ^^
evrinasp says
makasih armita, ikutan gak? masih ada waktu lho
momtraveler says
Nah kalo yg ini aih mak evrina banget..keren bgt tulisannya mak. Komplit plit…
Siap2 menang deh mak
evrinasp says
aamiin mak muna, mohon doanya, ngejar sertifikat nih mak, hehe, ayo mak muna yg lomba blog travelling di garap, kalo yg ituh saya gak sanggup bikin hehe
isnuansa says
Diantara jejamuan, saya suka sama jahe, Mbak. Bisa buat minuman makin endang. 😀
evrinasp says
saya juga mak, paling banter wedang jahe buat anget2an hehe
lilis az says
Mantaplah jenk evrin ini, jd tambah pengetahuannya ttg obat jamu tradisional beserta manfaatnya,,,cayyyooo S̤̥̈̊є̲̣̥м̣̣̥̇̊ά̲̣̣̣̥п̥̥̲̣̣̣̥G̲̣̣̣̥ά̲̣̣̣̥τ̣̣̥ terus…
evrinasp says
makasih makasih, mari kita lestarikan jamu yaaa, minimla dari diri sendiri
arifah wulansari says
Tulisannya lengkap banget mak. Keren…semoga sukses ya:)
evrinasp says
tulisan mak Ari juga lengkap, sukses untuk kita semua yaaa
irmasenja says
HIkksss,…saya pernaah “disiksa” untuk mengkonsumsi segala macam jamu yg rasanya pahiitt2 mak *_*
evrinasp says
wah jamu apa ya mak? sudah sembuhkah dirimu mak? saya lho ga minum jamu abis lahiran gegara takut ini itu padahal kalo alami mah aman2 aja ya
lathifah says
bagus sekali tulisannya mak..komplit, sdari kecil sy juga terbiasa minum jamu 🙂
evrinasp says
alhamdulillah, terimakasih sudah berkunjung ya, saya juga biasa minum jamu tapi yang manis2 :p
rita asmaraningsih says
Wah…komplit banget nih tulisannya..informatif dan didukung dengan data2… Bila aku yang jadi jurinya aku beri point lebih nih kandidat sbg pemenangnya, hehe.. Memang potensial sekali lahan pekarangan di negeri ini bila dikelola secara maksimal… Apalagi sebagian penduduk negeri ini masih memiliki pekarangan di rumah masing2… Dulu kita mengenal program TOGA, Kampung Ramah Lingkungan, Kampung Sehat…semuanya itu utk mengembangkan potensi pekarangan agar mempunyai nilai manfaat secara ekonomis… Semuanya itu juga digerakkan oleh ibu2 PKK RT/RW dan Kader Penggiat Lingkungan..Bila lahan pekarangan kita kelola secara maksimal ditanami dengan tumbuhan yang berguna dan bisa menghasilkan rupiah…bisa dihitung kan berapa rupiah hasil yang didapat? Bila di setiap kelurahan/desa saja kita mampu mengelola dan memaksimalkan kegiatan ini bisa dihitung juga kan hasilnya? Btw, tulisan Mak Evri sangat menginspirasi…setidaknya bisa menggugah lagi pihak2 yang berkompeten utk menghidupkan dan menggiatkan kembali program pemanfaatan lahan pekarangan… Dengan sentuhan tangan seorang wanita insyaAllah deh program spt itu bisa berjalan… Akhirnya selamat ngikutin kontes semoga menang ya Mak…
evrinasp says
terimakasih mak Rita atas kunjungannya, sejujurya ini tugas saya buat menggalakan pemanfaatan pekarangan ke ibu2, ya itu mak susah2 gampang, yang baru bener2 bisa itu yang memang suka menanam, padahal pekarangan mereka cukup luas untuk ditanam , tapi entah kenapa tidak dimanfaatkan
ina fajarwati says
mantapppp evv..!!!data lengkap n aplikatif bangett…Sukses ya
evrinasp says
aamiin, makasih inaf, sembari curhat kerjaan sehari-hari
sofia zhanzabila says
Mbakku…. gimana bisa nulis tentang jamu sampai sekomplit ini??? Aku juga suka jamu lho Mbak, tapi malu kalau disuruh panggil Mbak-Mbak jamu gendong. Biasanya minum jamu kalau pas pulang aja, Ibuk yang bikinin. Good Luck ya Mbak…. 😉
evrinasp says
yah gitu aja, sofi juga biasa komplit plit plit, jamu bikinan ibu pasti berkah ya, makasih sofi
desinamora says
aaahhh… mak evri selalu oke dan lengkap artikelnya. sukses ngontesnya mak 🙂
evrinasp says
aamiin terima kasih mak desi, ikutan gak? ini sambil garap kerjaan hoho
desinamora says
ikutan mak, ditunggu visitnya ya.. begini ajah, sambil garap kerjaan, gmn serius dobelnya ya 🙂
evrinasp says
sudahhh melipir kesana ya mak desi, ini ngerjainnya begadang jangan begadanggg hehe
eka lesniawati says
Info yang sangat bagus sekali dan mendidik semoga menjadi inspirasi bagi pihak2 yang ingin mengembangkan jamu.
evrinasp says
terimakasih bu eka, ayooo kita juga manfaatkan pekarangan, malu sama ibu2 yang kira ajari hehe
murtiyarini says
Thats the point !!! Gunakan pekarangan. Gak ada pekarangan bisa pake pot.
evrinasp says
bu arin, makasih. ini sembari curhat kerjaan sehari2 yang berat amat nyadari ibu2 untuk memanfaatkan pekarangan mereka
Rizki Prihatini says
Informatif ev…tapi dipikiranku jamu identik dengan minuman yg pait..jadi g terlalu suka..
evrinasp says
ehhhh mbak kiki, jamu ada yg manis juga kok. pahit tapi kan sehat mbak hehe
oRiN says
masya alloh… gak sia-sia diundur dl nya… tulisannya lengkap benerrrr… keren! Kali ini menang beneran deh…
Saya juga suka jamu, kalau dulu waktu di Bandung kebagian ngurus toga punya RW kompleks… enak, kalau perlu binahong tinggal lari ke kebon 😀
evrinasp says
aamiin mak Orin mudah2an aja, rejeki gak kemana. gimana mak orin ikutan gak? saya juga lagi menggalakkan ibu2 untuk merawat toga dipekarangan
Adi Pradana says
Sukses selalu. Artikel yang berbobot… semoga menang !
evrinasp says
aamiin terimakasih mas adi, ikutan juga gak?
Nia Haryanto says
Wow… ibu-ibu yang keren. Jadi pengen manfaatin pekarangan juga nih. Sukses kontesnya, Mak. Tulisannya keren, kompleeeeeet. 🙂
evrinasp says
aamiin. mak nia ikutan gak? saya sungguh mati masih penasaran hehe
Nunung Nurlaela says
wow…kereen…komplit…sukses ya mak…salam kenal…kunjungan perdana nih…:-)
evrinasp says
aamiin, hai mak salam kenal juga. ikutan gak mak? nanti sy berkunjung balik
Ila Rizky says
Tulisannya lengkap banget, Mak. Semoga sukses ya
evrinasp says
aamiin terimakasih mak, mohon doanya hehe
Belalang Cerewet says
Sewaktu kecil, SD mungkin, saya sempat menanam TOGA di pekarangan rumah. Sangat menyenangkan melihat tumbuhan rempah tumbuh segar dan hijau, juga bermanfaat.
Jamu ini memang menyimpan potensi ekonomi yang luar biasa, asal dikelola dengan baik. Sayangnya kita masih terkooptasi dengan obat-obatan kimia yang mahal. Padahal khasiat jamu lebih mujarab, juga murah.
Beberapa hari lalu saya mendapat permen rasa kayu putih yang diproduksi Serambi Botani. Rasanya unik, ada mint dan segar harum cajuput.
Sukses dengan kontesnya. Moga jamu makin berkibar!
evrinasp says
mas Rudy ke serambi botani juga ya? itu bentuk penjualan jamu modern, yah itulah coba semua ibu2 pada sadar bahwa pekarangan yang mereka punya bisa mendulang rupiah, apaagi kalo ditanami toga, jadi kalo sakit gak perlu buru2 mengkonsumsi obat2an kimia
rodamemn says
Huwaaa tulisannya bikin iri, jamu memang bisa menciptakan lapangan pekerjaan ya mak 🙂
evrinasp says
huaaaa *eh teriak juga, ayooo dong ikutan, biar rame dan mengadu sampai gaduh #halah
rinasusanti says
ish..lengkap bener bahasannya…btw, yuk lestarikan jamu …
evrinasp says
issshhh sekalian curhat soalnya hehe, ayooo mak daptar
Dhani Saputra says
Wihh bagus banget mbak… sampe ketemu di bogor ya… hehe #ngarep menang juga
evrinasp says
aamiin semoga kita semua menang dan ketemuan di bogor, soalnya ada 10 juara hiburan juga tho, jadi peluangnya banyak
Wahyu Kaharjanti says
siiippp,, bagus mbak Ev, semoga lolos. di rumah jg ada beberapa tanaman kunyit, temulawak, jahe, kencur,, 🙂
evrinasp says
aamiin terimakasih adek ku sayang, iya om jajangnya disuruh nanam ya di pekarangan, nanam jagung juga boleh hehe
lieshadie says
Kumplit sarimplit…juara nih Mak….
Referensinya banyak banget yaa…huhuhuhuhu #tutup muka pake jilbab wes ! Aku ndak punya buku opo2
evrinasp says
aamiin, mak lies kok githu harus PD donk, ini bisa begini karena kerjaan sehari2, itu juga sembari curhat gitchu :p
Nurul Rahmawati says
Mak Evrina ALL OUT sangat nih! Wahai mahasiswa yg lagi skripsi, kalian bisa berburu literatur ke mak cantik nan shalihaat ini 🙂
evrinasp says
eaaaaa, skripsi ga boleh ambil dari blog mak Nurul, saya kebetulan punya banyak literatur jadi bisa ngembangin
Mechta says
Sip markusip…kumplit byanget… Juara deh !
evrinasp says
wah mbak mectha terimakasih aamiin mudah2an hehe
Bahan Alami Pencerah Wajah says
wahh ini nih yang sedang digalakkan di desa saya oleh ibu-ibu PKK, tanaman jamu dan rempah. tulisan yang menarik dan menginspirasi mbak 😀
Salam
evrinasp says
salam kenal juga, ibu2 memang harus digerakkan, itu tugas saya sehari-hari nih
sarah says
Sy suka tulisanny, keren d ev, gudluck ya say ^_*
evrinasp says
makasih sarah sudah mampir, jadi malu haha
Grace Melia says
Salah satu yg mencolok dari tulisan-tulisan Mak Ev yg dilombakan, menurutku adalah kreativitasnya, especially di ilustrasi2 gambarnya. Ini juga. Keren, Mak. Semoga berjaya ya. AMiinn ^_^
evrinasp says
aamiin, mami Ubiii terimakasih banyak, saya juga suka dengan tulisan Mami Ubiii yang mengalir gitu, ringan tapi mak jleb hehe, makasih ya, sukses untuk kita semua
A. Apriani says
baguuuuuuuuuuuussss…
menang lg nih Ev
evrinasp says
aamiin doakan ya teh hehe
Ety Abdoel says
Minder akut kalau Mak Evri ikutan..komplit pembahasannya, dan datanya nendang banget..semoga sukses Mak..
evrinasp says
aamiin mak, terimakasih, jangan mider, yang lain juga bagus2, saya sekalian belajar nulis ilmiah populer hehe
Aida Al Fath says
wuiiiih jadi minder duluan saya mak 😀 CONGRATS DEEH, ini pasti juaranya.. tulisannya lengkap bingiiitsss 😀
evrinasp says
aamiin mak, siapa aja deh yg juara, saya mah mau sertifikatnya hehe
Susanti Dewi says
lengkap banget tulisannya. menang kayaknya nih… 🙂 good luck ya…
evrinasp says
aamiin mak, yg lain bagus2 kok, rejeki gak kemana mak hehe
nova juita says
nice info teh ^^,
jadi kudu cumangath lagi nih ber-KRPL ria nya biar tambah sehat p(^_^)q
evrinasp says
haha siyap siyappp bu nova, sering2 tengok juga KWT nya yak, lagi kemarau nih
Gigi ergina says
Bu evrina saya suka dgn tulisan ibu memberikan informasi yg sangat bermanfaat..hehee…
evrinasp says
makasih gi, orangnya juga suka gak? hehe makasih udah mampir
Hatifahnur says
Artikel yang menggigit, Komplit. Memberikan wawasan yang baru tentang pengembangan Jamu melalui konsep pemberdayaan Masyarakat. T O P BGT ^^
evrinasp says
horeeee ati punya blog, mulai nulis yaaaaa, makasih atas kunjungannya
mohyiyi abas says
Peran wanita bisa lebih diberdayakan melalui optimalisasi pekarangan. sebagai salah satu produsen bahan baku jamu, apalagi lingkar kampus IPB yang mempunyai akses lebih mudah terhadap bahan/sumber genetik tanaman obat/jamu yang mempunyai potensi ekonomi.
Sukses untuk lombanya…
tebar manfaat, berdayakan masyarakat
evrinasp says
sippppp, itu yang sedang dilaksanakan sekarang, semoga benar2 bejalan lancar, dukungan IPB sangat kentara dalam pemberdayaan ini
Ratri says
Tulisannya beratttt. Dua jempol pokoknya.
Pelestari jamu paling te-o-pe be-ge-te emang perempuan ya.
Main ke rumah saya yuk! Rumpi-rumpi soal jamu. Nggak cuma Mbak Evrina saja yang diundang, semua yang ada di forum ini saya persilakan mampir ke rumah saya. Ditunggu ya! 🙂
http://aksaratri.blogspot.com/2014/09/jamuku-lestari-jamu-kita-membumi_12.html
evrinasp says
hoooo iya mbak, saya meluncur nih, baru bisa OL malem pas anak udah tidur hehe, makasih say cuma curhat sebenernya di blog hehe
iqbal wahidmuharam says
makasih infonya, emang bener tuh jamu berguna banget
moga aja jamu di masa nanti masih ada 🙂
evrinasp says
wah harus ada dong jangan sampai hilang, paling bentuknya jadi lebih modern mengikuti perkembangan zaman
Pancal Mania says
jamu emang mujarab banget dah..
daripada minum obat yang efek sampingnya bisa membahayakan tubuh..
mending minum jamu..tp gk semua jamu itu rasanya enak..ada juga yg rasanya pahit..hehe
tapi itu semua demi kesehatan kita.. 😀
evrinasp says
iya tidak semua jamu itu manis, kalo gak mau pahit coba tambahin madu deh jadi lebih enak
detik.com says
terima kasih infonya………
salam kenal dan slam sukses..
evrinasp says
salam kenal juga dan terimakasih sudah berkunjung
kulsum says
wew… tulisannya mantep banget.. aku aja bacanya sampek melongo.. keren2.. ;D
evrinasp says
jangan melongo nanti ada lalat masuk hehe
yoekaa says
Jamuuuuuuuuuu………. biasanya rasanya gak enakkkkkk….
evrinasp says
jamu sekarang lebih bersahabat d lidah kok
Woobwl says
wahh keren.. semakin praktis dan kemasannya juga menarik
jadi bikin patah anggapan kalau jamu itu gak modern
thanks infonya kakak 😀
evrinasp says
semoga bermanfaat yak
usaha says
saya punya pekarangan yang lumayan besar, enaknya di tanam tumbuhan jamu apa ya?
evrinasp says
tanaman obat keluarga yang mudah saja seperti jahe kunyit temulawak binahong, biar bisa disambi nanam sayuran dan buah juga
service komputer says
Kami menerima jasa panggilan komputer untuk daerah jabodetabek
vaniuke says
jamu emang salah satu obat herbal yg tidak ada efek sampingnya…makanya aku lebih suka minum jamu daripada minum obat 🙂
evrinasp says
wahhh, saya masih minum obat, jamu untuk menjaga ksehatan saja, keren sudha bagus gaya hidupnya
cara membuat empek empek says
jamu memang tidak berbahan kimia, sehingga tidak akan ada over dosisnya : )
evrinasp says
kalau ada yang nakal bisa saja ditambahkan bahan kimia 😀
Asmaul Husna says
Jamu ya, sempet sih dulu agak parno, tapi setelah saya coba sendiri, emang pada awalnya agak gimana gitu rasanya, tapi setelah diminum efeknya bikin wow gitu, badan seger dan tambah semangat deh : )
evrinasp says
baiknya bikin jamu sendiri aja lebih aman