Last Updated on March 26, 2016 by evrinasp
Hayooo jangan sampai salah menafsirkan ya, judul ini ditujukan kepada saya lho. Iya saya nih penyuluh yang lagi galau. Saya ingatkan dulu ya, ini postingan semi curhat, tapi tetap berusaha agar bermanfaat *semoga*.
Teman-teman sudah pernah merasakan hari terburuk sepanjang masa belum? masa hidup kita maksudnya. Saya pernah dan baru saja terjadi kemarin itu sewaktu saya membatu kelompok ibu-ibu wanita tani untuk lomba tingkat provinsi. Sumpah deh itu hari terburuk dalam hidup saya. Bagaimana tidak buruk, wong (bagi saya) saat itu, saya dipermalukan-disudutkan-dihakimi oleh salah satu seorang juri dihadapan kelompok, bapak kades, ibu camat, serta para pimpinan yang hadir saat itu. Iya memang saya salah dalam membuat laporan keuangan, tapi menurut saya caranya tidak seperti itulah. Baru kali ini saya bertemu juri yang menyebutkan namanya pun tidak saat itu.
Ya, maklum saja, saya bukan pegawai yang ahli membuat pembukuan keuangan dengan rapi. Tidak seperti mereka-mereka yang bisa memutar pikiran bagaimana cara anggaran habis dalam satu tahun beserta alat buktinya. Saya hanya mengerjakan apa adanya dengan memang cara yang salah. Tetapi bisa kan ngasih taunya baik-baik saja karena yang shock saat itu bukan hanya saya saja, tetapi para pengurus yang juga belum terlalu paham administrasi pemerintahan. Saya memang baru tau saat itu ternyata kalau menggunakan anggaran harus begini harus begitu, lah maklum saja saya memang kerja sendiri dan waktu itu yang memeriksa oke-oke saja karena memang mungkin dianggap saya sudah bisa.
Belum lagi nih teman-teman, kemarin saya merasa sendiri untuk mempersiapkan lomba yang notabenenya tingkat provinsi. Ada sih yang bantu dan ada juga yang memberikan dukungan moril termasuk dari teman-teman di dunia maya *makasih ya teman-teman* sungguh itu sangat membantu sekali. Tetapi menurut saya, saya tetap merasa gudag-gidig sendirian *ngerti ‘gak maksudnya? hehe*.
Kompetisi bukan hal yang baru buat saya dan saya sangat menyukai kompetisi. Bagian yang saya suka adalah prosesnya, bukan hasilnya. Kemarin saya menikmati sekali ketika bergotong-royong bersama ibu-ibu dan masyarakat untuk mempersiapkan semua. Tetapi hasilnya sangat di luar dugaan, juri tidak memeriksa keseluruhan, dia hanya melihat administrasi saja. Hasil kerja keras kami sia-sia, padahal ada beberapa aspek lain yang seharusnya juga dilakukan penilaian. Yah, namanya juri, suka-suka dia, meskipun di situ tertera jelas apa saja yang harus dinilai, tetapi kalau sudah menemukan kesalahan mungkin dianggap yang lain salah juga.
Itu adalah pengalaman saya membawa kelompok mengikuti lomba yang berbau kedinasan. Sungguh sangat jauh berbeda dengan apabila kita lomba sendiri atau mengikuti lomba blog. Jelek atau bagusnya tentu akan kita terima sendiri, tetapi kalau kita membawa orang lain apalagi kelompok untuk dilombakan tentu mau tidak mau harus bagus karena kalau jelek, dampaknya akan memberikan efek yang buruk juga.
Di situlah saya galau menjadi penyuluh. Ingin rasanya saya berhenti setelah kejadian kemarin. Hasil kerja keras rasanya sia-sia saja dihadapan juri kemarin, yang dia lihat hanya dikemanakan program itu. Padahal kalau dia mau melihat secara jeli, program itu masih berjalan hingga saat ini, bersama dengan ibu-ibu yang ingin tetap mempertahankan apa yang sudah didapat dari pemerintah. Yah itulah dilema penyuluh, kadang kalau kelompoknya bagus dipuji habis-habisan bahkan bisa dilupakan, tapi kalau sudah salah sedikit wew…. salahnya seperti fatal sekali.
Saya sudah firasat sih kemarin sepertinya saat lomba nanti tidak akan beres. Pertama dilaksanakan pada tanggal 13 yang kata orang-orang barat itu merupakan angka sial, kemudian sehari sebelumnya ada yang meninggal di lingkungan kelompok *mesti kalau mau lomba di kelompok ada saja kejadian*, ketiga, sehari sebelumnya laptop saya rusak padahal saya harus mengerjakan presentasi. Jadi, sebelum lomba pun saya sudah galau habis meskipun bisa menahannya. Tetapi sayangnya saya tidak bisa menahan setelah di jugde habis-habisan oleh bapak juri yang terhormat itu. Saat itu juga saya merasa gagal menjadi seorang penyuluh, mental saya down yang turut serta membuat down kelompok. Jika pembinanya sudah down apalagi orang-orang yang mengikutinya.
Itulah sebabnya saya tidak mengikut sertakan diri pada Diklat Dasar Bagi Penyuluh yang sedang berlangsung saat ini. Saya masih merasa belum pantas menjadi penyuluh. Berat sekali rasanya menjadi penyuluh karena harus bisa menjadi motivator, inisiator, fasilitator dan lain sebagainya. Jika saya tidak bisa memotivasi diri sendiri, bagaimana saya bisa menjadi penyuluh?
Terus terang saja, luka itu masih ada. Tetapi akan saya buang nanti di Puncak Merbabu, Semoga setelah turun gunung nanti semangat saya terpompa kembali, biasanya sih begitu. Dan yang lebih menggembirakan lagi, laptop saya sudah kembali sehat saat ini, jadi saya bisa ngeblog lagi. Ngeblog itu salah satu obat penghilang galau buat saya lho.
Ucapan terimakasih untuk teman-teman semua nih yang kemarin sudah mendukung saya, itu sangat berarti lho. Mungkin saya harus melalui cobaan ini untuk kemudian mendapatkan hasil yang baik suatu hari nanti. Aamiin, semoga.
Btw, saya bisa jadi penyuluh tidak ya? saya masih belum bisa menjawabnya.
Mechta says
Semangat, Ev..! Jangan jadi jatuh karena kejadian itu yaa… Sy bisa merasakan beban yg sdg kau rasakan saat ini…tp jangan pernah menyerah! Mgkn kali ini kau mmg salah…tp insya Allah ibu2 KWT & masy yg selama ini kau dampingi tetap akan bs memilah dg baik… Kerjasama kalian selama ini akan tetap punya arti! Jadi…silakan take a rest…tp jgn putus asa ta Say…buktikan kamu bisa!!! 🙂
evrinasp says
mbak kuuuuu, makasih mbak, support dari temen-temen sangat berarti buat saya mbak. dari kemarin sebenarnya itu yg saya butuhkan. saya memang salah, tapi ya mereka gak nanya dulu kenapa saya bisa begitu, maklumlah menyangkut bantuan sih mbak, jadi agak panas, duhhh saya gak mau lagi ketiban bantuan-bantuan deh, yang merasakan masyarakat tapi yang menderita penyuluhnya hehe
Alaika says
Dirimu pantas banget jadi penyuluh, Mak. Ayo semangat, jadikan itu sbg gelombamg besar yang menghantam. If you can survive, that means you are ready to face the world. Ayo, semangat!
evrinasp says
thank you so much my dear Mak Al, terharu banget dapet support dari teman2 blogger, itu pelajaran berharga buat saya Mak, tapi kayanya saya kapok buat ikutan lomba kedinasan lagi, mending lomba blog aja deh
Juvmom says
Wah jahat banget ya jurinya.
Sabar ya mba 🙂
evrinasp says
iyah mbak, udah ngelus-ngelus dada nih mbak 😀
Winny Widyawati says
Bisa jadi penyuluh apa nggak ? Bisaaa bangeeettt mak Ev. Gapapa mgkn setelah kejadian kemarin skrg dirimu butuh istirahat sejenak, mmg gak bijaksana bngt juri itu menegur orang di depan khalayak, tp mungkin itu cara Tuhan buat dirimu nnti lebih kuat.
evrinasp says
makasih ya Mbak Winny atas supportnya, iya kemarin saya cape sekali, rasanya badan dihajar habis-habisan, begitu pula dengan pikiran, bayangkan aja semua kerja keras rasanya rusak dalam satu hari, tapi insyaa Allah sudah tenang lagi sekarang
arif rahman says
Tetap semangat dan anggap aja kejadian itu sebagai bagian dari proses untuk menjadi lebih baik lagi.
evrinasp says
iya insyaa Allah, tapi masih belum puas kalo belum ngasih apa yg diminta bapak juri, semoga nanti habis turun gunung bisa beres
Irwin Andriyanto says
kegagalan bukan akhir segalanya….. jadi kan pelajaran untuk motivasi ke depan.. dan masih banyak lagi kegagalan yang perlu kita coba hehehehehe
evrinasp says
makasih ya, insyaa Allah sudah lebih semangat nih
Rizka says
Terkadang kita merasa keder dg potensi yg dimiliki krn kalah (misal). Tapi justru itulah yg membuat kita terpacu untuk bisa mewujudkan impian. Ayo semangat menjadi penyuluh mba. Pasti bisa.
evrinasp says
makasih ya mbak Rizka, saya keder dengan diri sendiri, maklum masih ababil
ani says
gudag gidig sendiri pasti capek mba udah gita hasilnya jauh dari yg diharapkan tapi tetap semangat mba
evrinasp says
makasih ya, itu hari terburuk buat saya, tapi sudah lewat
Lusi says
Laaah, jangan galau ya. Dirimu itu salah satu makhluk keren yg pernah aku kenal. Penyuluh pertanian, jawara lomba blog, pendaki gunung yg tangguh walaupun sdh ibu2. Ish, siapa sih jurinya, bilangin mau aku omelin.
evrinasp says
Mbak Lusi cinta, makasih banyak huaaaaa terharu saya, kemarin lagi galau aja mbak, sekarang sudah enggak kok hehe
apri ani says
Pengalaman terburuk dan menyakitkan, bisa menjadi vitamin yang menguatkan kita…
Setiap kejadian pasti ada hikmahnya Ev…
Tidak ada yang sia-sia… yang baik, yang buruk, yang berhasil, yang gagal, yang jelek yang bagus… itu semua bahan pembelajaran dan perenungan, modal untuk menghadapai masalah-masalah yng lebih berat…
Chaiyooooo !!!
evrinasp says
ciyeee ciyeee yang lagi semangat nih, pulang diklat siap ditempa permasalahan penyuluhan lagi ya hehe
Rangga says
Bekerja di masyarakat itu pastilah penuh tantangan, menghadapi masalah seperti ini ibarat ujian untuk naik kelas. Kapan kita kalah, ya selesailah. Tapi biarlah semua berlalu, tatap hari esok dengan lebih baik. Yang peling penting dari kegiatan pemberdayaan masyarakat yaitu bagaimana mereka – kwt – bisa memiliki kemandirian, tanpa merasa tergantung dari siapa pun. Salam sarjana pertanian, he..he….
evrinasp says
wahhh sarjana pertanian juga ya haha, salam kenal ya, iya tetap semangat