Last Updated on December 15, 2020 by evrinasp
Pandemic Corona telah memaksa banyak orang untuk melakukan social distancing hingga work from home (WFH). Bahkan beberapa daerah telah melakukan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) seperti halnya Jabodetabek yang membuat pergerakan semakin sempit untuk memutus rantai penyebaran virus Corona. Hanya sektor-sektor tertentu yang masih boleh aktif bekerja, seperti halnya sektor pertanian penyumbang pangan.
Meski sedang pandemic Corona, petani tetap bekerja sebagai garda terdepan untuk memastikan pangan aman. Tentunya didampingi oleh Penyuluh Pertanian serta POPT (Pengendali Organisme Pengganggu Tanaman) untuk memastikan proses budidaya berjalan dengan lancar dan panen yang dihasilkan petani mendapatkan hasil terbaik.
Baca ini yuk: Makhluk Bernama Corona atau COVID-19 yang Hampir Melumpuhkan Dunia
Bogor, termasuk daerah yang menerapkan PSBB sehingga untuk di kantor tempat saya bekerja baik untuk berkegiatan di kantor maupun di lapangan dilakukan sistem piket. Hal ini untuk menjaga agar social distancing dan upaya memutus penyebaran virus dapat berjalan maksimal.
Oleh sebab itu diperlukan kolaborasi antara penyuluh pertanian dan POPT dalam menjaga proses budidaya berjalan baik di masa PSBB.
Kolaborasi Penyuluh Pertanian dan POPT
View this post on Instagram
Kalian #dirumahaja beribadah dengan tenang, biarkan kami #PenyuluhPertanian #POPT #petani #penyuluhswadaya yang bergiliran memantau dan menjaga ketahanan pangan. #PoktanMekar #cikarawang #Dramaga #Bogor #PadiSawah #pertanian
Saya tidak sendiri ketika mendampingi petani di lapangan, ada penyuluh pertanian swadaya (PPS) dan POPT yang turut membantu jalannya pendampingan. Kolaborasi yang kami lakukan di masa sulit adalah dengan tetap berkomunikasi, berkoordinasi, dan mendukung satu sama lain.
Apabila sedang tidak ada jadwal ke lapangan, saya berusaha tetap berkomunikasi dengan pengurus kelompok untuk mengetahui kondisi di sana termasuk kondisi agroekosistem. Apabila ada permasalahan yang bisa ditindak lanjuti dengan cara berkoordinasi, maka segera dilakukan saat itu juga. Kemudian apabila ada urusan urgent menyangkut hama penyakit, saya langsung mengontak POPT untuk secara bersama melakukan tindak lanjut.
Seperti halnya sewaktu kami berdua pada awalnya mendapat laporan ada indikasi hama WBC, POPT segera melakukan pengamatan dan memberikan laporan. Kemudian apabila serangan sudah masuk ambang batas ekonomi, kami segera melakukan tindakan gerdal (gerakan pengendalian) yang saat itu diwakili oleh pengurus dan petani yang terdampak saja tanpa mengumpulkan massa untuk melakukan pengendalian.
Lalu ada PPS yang memang berasal dari desa setempat sehingga lebih dekat dengan wilayah binaan. PPS membantu ketika menggantikan saya apabila sedang tidak ke lapangan. Contohnya saat ada penanaman di salah satu kelompok, PPS mewakili untuk memberikan pendampingan.
Intinya kami saling berkolaborasi satu sama lain karena untuk mencapai tujuan pendampingan petani yang maksimal diperlukan kerja sama dari berbagai pihak. Komunikasi adalah kunci utama di masa sulit ini agar tetap mendampingi petani baik secara langsung maupun tidak langsung. Termasuk dengan para pengurus kelompok yang merupakan pihak terdekat dengan anggota tani, komunikasi harus berjalan baik.
Itulah sedikit cerita tentang kami, petani, penyuluh pertanian, POPT, PPS, dan pihak lainnya yang tetap bekerja menjaga ketersediaan pangan di lapangan meski sedang pandemic Corona. Di daerah lain yang pandemic Corona tidak terlalu zona merah seperti di Jabodetabek, kegiatan pendampingan kepada petani tetap dilakukan secara langsung namun tetap menyesuaikan protocol yang ada.
Semoga pandemic segera berakhir dan kita semua dapat beraktivitas secara normal seperti sedia kala. Aamiin.
Leave a Reply