Last Updated on December 15, 2020 by evrinasp
Pandemic Corona hampir melumpuhkan semua aktivitas dunia. Banyak sektor yang harus terpaksa tutup sementara sampai gulung tikar. Kata orang efeknya sangat domino karena penyebaran virus yang cukup masif memaksa manusia membatasi ruang geraknya. Apalagi sejak pemberlakuan PSBB, tak jarang perusahaan yang merumahkan karyawannya untuk #WorkFromHome. Ada juga yang mengambil sistem giliran masuk atau piket, tetapi gaji harus dipotong lantaran tidak bekerja full.
Sektor yang paling banyak terkena imbasnya di antaranya pariwisata, penyelenggara event, yang juga berimbas ke sektor lainnya seperti transportasi. Namun ada juga sektor yang justru tetap eksis di tengah pandemic corona terutama sektor kesehatan, pangan, e-commerce, telekomunikasi, dan tentunya pertanian.
Pertanian menjadi salah satu sektor yang tetap eksis di tengah pandemic corona, bahkan mungkin di tengah krisis apapun. Mengapa begitu? Saya jabarkan sedikit alasannya berikut ini.
Baca ini yuk: Makhluk Bernama Corona atau COVID-19 yang Hampir Melumpuhkan Dunia
Pertanian, Tetap Eksis di Tengah Krisis
Selama pandemic Corona, saya harus melaksanakan #WorkFromHome sesuai aturan pemerintah. Tetapi kadang saya juga masuk kantor ketika jadwal piket tiba. Untuk tetap bisa melaksanakan penyuluhan, saya memanfaatkan messenger untuk bisa terhubung dengan petani dan pengurus kelompok. Saya senang ketika mendapat kabar bahwa usaha budidaya pertanian tetap eksis meski didera krisis Corona.
View this post on Instagram
Alhamdulillah pertanian jalan terus di tengah pandemic Corona. Sejak beberapa minggu lalu saya lebih banyak komunikasi dengan ketua dan pengurus kelompok serta PPS untuk memantau budidaya yg dilakukan para petani. In syaa Allah pas jadwal piket bisa terjun memantau langsung. Maklum di tempat saya masuk red zone sehingga pergerakan harus dibatasi. Poktan Mekar sebagian sudah selesai menanam, sebagian lagi menyusul, kemungkinan akhir april sudah selesai tanam semua. Seperti kata Pak Enin, ketua Poktan Mekar, manusia hanya mampu berusaha, selanjutnya berserah diri kepada Allah swt. Semoga musim tanam kali ini mendapatkan keberkahan dengan hasil terbaik. Aamiin. #PoktanMekar #Cikarawang #Dramaga #Bogor #petanipadi #PertanianCegahCovid #PenyuluhPertanian
Ada yang mengirimkan informasi tanam padi, tanam bawang merah, tanam bengkoang, panen singkong, dan lain-lain. Ini adalah salah satu bukti kalau pertanian menjadi salah satu sektor yang tetap eksis.
Apa benar-benar tidak ada kendala selama pandemic Corona? Ya ada sih, meski tidak sefrontal sektor lain. Kendalanya adalah saat pengiriman saja, menurut salah satu ketua, distribusi agak terganggu, yang biasanya awal bulan sudah bisa kirim 10 ton misalnya, jadi hanya bisa mengirim 4 ton. Untuk harga di tingkat petani menurut pengurus juga tidak terlalu berbeda, ada yang naik untuk komoditas buah-buahan, ada yang sama saja untuk palawija, dan ada yang malah rendah untuk sayuran daun (ini untuk kondisi di bulan April 2020, semoga setelah bulan tersebut jadi lebih baik ya).
Oke back to the topic, mengapa sektor pertanian tetap bisa eksis. Kuncinya adalah karena potensi sumber daya alam (SDA) sudah disediakan oleh Allah swt. Manusia cukup mengolahnya saja dengan bijak.
Pertama, matahari yang selalu bersinar sepanjang tahun. Apalagi Indonesia termasuk negara tropis yang membuat sinar matahari cukup panjang untuk membantu proses fotosintesis tanaman.
Kedua, tanah yang subur di beberapa tempat, terkadang tanpa ditambah pupuk, tanaman sudah mampu tumbuh dengan sendirinya. Memang sih ada tanah yang kurang subur, namun berkat temuan teknologi sudah mampu mengembalikan kesuburan tanah.
Ketiga, tersedianya air dan sebagian masyarakat sudah semakin sadar untuk menjaga kelestariannya. Di tempat yang susah air pun sudah bisa antisipasi tetap menanam dengan memerhatikan potensi curah hujan sehingga bisa diatur kapan menanam kapan harus berhenti dulu. Membuat embung juga sebagian sudah dilakukan sebagai antisipasi sumber air saat musim kemarau tiba.
Keempat, oksigen beserta karbondioksida yang juga tersedia bebas untuk membantu mencukupi kebutuhan tanaman. Dan yang terpenting, kelima, selama makhluk hidup masih ada, pasti membutuhkan pangan, sehingga usaha pertanian harus tetap jalan. Kalau tidak jalan nanti makhluk hidup mau mengkonsumsi apa?.
Tidak hanya SDA, sumber daya manusia (SDM) di sektor pertanian juga cukup menjanjikan. Apalagi pemerintah juga mendorong terbentuknya generasi penerus bidang pertanian melalui program petani milenial. Dan berdasarkan informasi dari kominfo.go.id (2019) [1], sektor pertanian mendominasi struktur penduduk bekerja dengan angka 27,33 %, disusul dengan sektor perdagangan 18,81 %, dan industri pengolahan 14,96 %.
Maka tak ayal, pertanian in syaa Allah akan tetap eksis meski di tengah krisis.
Cegah Krisis, Mulailah Bertani dari Rumah Sendiri
Baru-baru ini saya membaca di salah satu media online yang mengabarkan bahwa ada potensi krisis pangan karena Corona. Wah apa benar begitu? Entahlah, saya kurang tau juga karena hingga tulisan ini tayang, stok masih aman, belum ada keluhan yang significant banget kecuali untuk komoditas gula putih. Menurut info yang saya peroleh mengapa gula putih agak susah dicari itu karena memang banyak pabrik gula yang belum melakukan proses giling sehingga stok yang ada di pasaran jumlahnya sedikit.
Tetapi perlu antisipasi juga, jangan sampai deh krisis pangan. Kalau urusan perut, orang kadang jadi suka lupa daratan. Makanya jangan sampai menunggu krisis baru sadar pentingnya bertani.
“Masalahnya saya ‘gak punya lahan untuk bertani”.
Sama kok, lahan pekarangan saya saja cuma sekian meter. Namun saya tetap mengusahakan agar tetap ada tanaman, minimal ada tanaman sayuran yang dapat langsung dikonsumsi sendiri.
“Tangan saya ‘gak dingin, mati terus kalau menanam”.
Menurut pendapat saya, sebenarnya hampir setiap orang memiliki bakat bertani. Saya memandang seperti itu berdasarkan sejarah nenek moyang dahulu yang melakukan aktivitas berburu hingga akhirnya sadar untuk bercocok tanam. Hanya saja karena populasi makin banyak, maka terjadi regresi, tetapi bakat untuk menanam pasti tetap ada.
Eh ada kok yang bukan lulusan pertanian tetapi malah sukses bertani. Kalau di blog ini ada tulisan tentang Smart Farmer dari Thailand yang lulusan marketing malah ahli bertanam melon.
“Bagaimana memulainya?”.
Mulailah dari saat ini juga, menanam dengan cara yang paling mudah, manfaatkan tanah yang ada di pekarangan, lalu tanami benih yang tidak terlalu sulit penanganannya seperti benih sayuran kangkung, bayam, pakcoy, dll. Pekarangan juga perlu ditanam komoditas lain yang diperlukan saat ini yaitu aneka toga dan tanaman buah.
Tidak punya tanah karena pekarangannya disemen semua? Jangan khawatir juga, bisa kok menanam dengan menggunakan wadah atau menggunakan media air seperti hidroponik.
Kalau mau tau tentang cara bertanam, bisa mampir ke tulisan saya berjudul: Budidaya di Pekarangan yang dibagi menjadi beberapa postingan. Atau kalau mau tau tentang Hidroponik Terapung ada juga kok di blog ini *eh kok malah promosi.
Yang jelas, pandemic corona sudah menyadarkan saya untuk lebih aware terhadap diri sendiri maupun lingkungan, termasuk upaya berdikari dari rumah sendiri. Aktivitas menghidupkan fungsi pekarangan kembali dihidupkan karena saya tidak mau menunggu krisis dulu kemudian baru sadar kalau bertani itu penting.
Sumber Informasi:
[1] Kominfo. 2019. Dominasi Sektor Pertanian, Jumlah Orang Bekerja Naik 2,50 Juta. https://kominfo.go.id/content/detail/22584/dominasi-sektor-pertanian-jumlah-orang-bekerja-naik-250-juta/0/berita [diakses tanggal 21 April 2020]
fitri3boys says
Sektor [ertanian membantu sekali ya, krisis pangan dan kelaparan yang dikuatirkan mba
evrinasp says
Iya, apalagi Di masa pandemic yg entah kapan berakhirnya, jadi harus Mandiri pangan
Anjar Sundari says
Minggu lalu sempat dikejutkan dengan harga ayam potong yang turun drastis, karena pasokan untuk katering dan rumah makan sepi. Terus ada berita di TV, seorang peternak ayam melepaskan semua ayam yang masih kecil dengan alasan harga pakan dan perawatan mahal tapi hatga jual anjok. Duh, kasihan sekali.
Tapi saya optimis bahwa harga sayur dan buah tidak akan mengalami hal yang sama, karena justru saat ini sedang digaungkan makanan sehat, perbanyak sayur dan buah. Semoga harga komoditi pertanian tetap stabil ya Mbak.
Iya nih mulai tertarik menanam apa saja dari rumah. Sudah mulai menanam cabe warit setan, lumayanlah bisa irit beli cabe 🙂
evrinasp says
Iya mbak, mulai manfaatkan pekarangannya ya, sudah mulai dicanangkan kembali oleh pemerintah
Apri ani says
Mantap, keren tulisana.
Pertanian emang pnting, mu sekaya apapun negara, klo ga ada pangan, mati… Mu impor jg klo pangan dunia terbatas mah jd rebutan, hancur dah ygvga kebagian pangan
evrinasp says
Iya makanya nih bangun gedung2 Aja terosss, Pertanian jadi berkurang hhhhh
Rudi Chandra says
Bener banget tuh Mbak, dengan bertani untuk kebutuhan sendiri bisa juga mengurangi sedikit pengeluaran baik di tengah pandemi maupun di hari-hari biasa.
Apalagi kalo hasil tanaman sendiri, lebih percaya akan kebersihannya dan ada kepuasan tersendiri juga.
evrinasp says
Iya, pemerintah kembali mencanangkan pemanfaatan pekarangan, jadi Ayo mulai tanam