Last Updated on November 6, 2017 by evrinasp
Artikel ini saya tulis dengan merangkum dari berbagai informasi. Mungkin bahan kajiannya belum terlalu dalam, tetapi saya ingin tetap menuliskan sebagai bahan evaluasi diri sendiri sebagai penyuluh sekaligus mengajak kita semua untuk merenung mengenai pertanian Indonesia karena tidak dapat dipungkiri bahwa pertanian juga memberikan sumbangsih terhadap pembangunan. Sebelum menjawab judul di atas, mari kita melihat keadaan pertanian di sekitar.
Baca ini juga yuk: Berhasilkah Indonesia Menjadi Raja Pangan di Dunia?
Lihat Keadaan Pertanian Indonesia
Saat ini pemerintah sedang menggenjot upaya swasembada pangan, salah satunya adalah swasembada beras. Meskipun beberapa sumber mengatakan bahwa Indonesia merupakan negara yang subur, namun tidak serta merta menjadikan pertanian Indonesia mandiri dalam menyediakan kebutuhan beras. Impor masih tetap saja terjadi karena kebutuhan beras di dalam negeri belum tercukupi.
Bapak Zulkifli Zaini, Prof Riset Puslitbang Tanaman Pangan, dalam presentasi berjudul Perpadian di Asia Tenggara menyebutkan beberapa faktor yang menyebabkan Indonesia masih menjadi salah satu negara yang mengimpor beras.
Dari beberapa negara yang ada di Asia Tenggara, 5 negara di antaranya merupakan negara pengekspor beras yaitu Mianmar, Vietnam, Thailand, Laos, dan Kamboja. Sedangkan 3 negara lainnya yaitu Indonesia, Filipina, dan Malaysia termasuk ke dalam negara pengimpor beras. Selain karena faktor jumlah penduduk yang lebih banyak dan diiringi dengan tingkat konsumsi beras yang cukup tinggi, ada hal lain yang membuat 3 negara tersebut menjadi pengimpor beras. Faktor tersebut ternyata merupakan faktor alami berupa keadaan geografis yang berbentuk kepulauan serta semenanjung.
Bapak Zulkifli Zaini mengemukakan bahwa lokasi negara pengekspor beras semuanya berada di daratan Asia Tenggara. Negara-negara di daratan memiliki dominan delta sungai yang menyediakan cukup air dan tanah yang datar. Faktor tersebut membuat lebih mudah untuk mengontrol air dan cocok untuk budidaya padi. Sedangkan negara-negara importir beras merupakan negara kepulauan dan semenanjung. Dalam mencapai swasembada beras, negara kepulauan memiliki kelemahan alami. Padahal di lahan terbaik dan menggunakan teknologi terbaik, tingkat produktivitas padi petani di berbagai negara adalah sama. Namun, negara-negara importir beras hanya memiliki lebih sedikit lahan daripada negara-negara eksportir beras
Lalu Apakah Kondisi Geografis Menjadi Alasan Pertanian Indonesia Menjadi Tidak Maju?
Seharusnya tidak karena bisa saja faktor alami justru menjadi pembangkit semangat kita untuk memajukan diri. Sebagai bahan refleksi, sesekali janganlah lihat ke atas, tetapi lihatlah ke bawah. Ada salah satu negara yang dulu termasuk ke dalam negara miskin bahkan kondisi geografisnya tidak memungkinkan untuk bercocok tanam, tetapi sekarang menjadi negara berkembang. Negara tersebut adalah Ethiopia yang sudah bangkit untuk maju.
Ethiopia menjadi salah satu negara termiskin di dunia dengan PDB per kapita: US$ 1.656 (Rp 21,78 juta) [1]. Menurut informasi yang saya baca, salah satu ciri negara miskin adalah menjadikan sektor pertanian menjadi mata pencaharian terbesar. Meskipun Ethiopia telah mengalami kemajuan di berbagai aspek, namun ketergantungannya pada industri pertanian yang kurang didanai membuatnya tetap menjadi negara yang miskin.

Salah satu kondisi di Ethiopia, Source: http://www.worldbank.org
UNICEF bahkan mencatat bahwa lebih dari 10 juta orang di Ethiopia kelaparan dan jumlah ini cenderung meningkat hingga 15 juta di tahun 2016. Kemudian 350.000 anak-anak membutuhkan pengobatan untuk kekurangan gizi akut pada tahun berikutnya [2]. Sebuah pekerjaan panjang yang harus dilakukan oleh Ethiopia.
Namun semua fakta tersebut tidak menjadikan Ethiopia terus terpuruk. Perlahan negara ini bangkit untuk maju. Berkat itu semua, kini Ethiopia berhadil menduduki peringkat 12 untuk pertanian dan ketahanan pangan dari seluruh negara didunia versi FSI (Food Sustainability Index). Indonesia yang katanya dianugerahi kekayaan alam melimpah justru berada di peringkat ke-25.

Ethiopia sejajar dengan beberapa negara maju
Apa yang Membuat Pertanian Ethiopia Menjadi Maju?
Ada beberapa hal yang membuat pertanian di Ethiopia menjadi maju. Salah satunya adalah dengan memanfaatkan teknologi canggih yang dibantu oleh negara lain. Indonesia juga sering menerima bantuan teknologi dari negara lain, bahkan pertanian di Indonesia juga sebagain didukung oleh program dari pemerintah. Hanya saja semua itu belum menjadikan kita untuk bangkit memanfaatkannya secara optimal.
Berikut adalah beberapa faktor yang menjadikan pertanian di Ethiopia cukup maju, yaitu:
- Penggunaan Benih Unggul
Ethiopia menggunakan benih unggul berdasarkan kondisi tanah dan iklim Ethiopia sehingga hasil panen sesuai dengan yang diharapkan baik dari segi hasil dan waktu panen. Tidak dapat dipungkiri bahwa benih unggul merupakan salah satu kunci utama dalam pertanian. Jika benih yang digunakan sudah unggul, kita cukup menjaga lingkungan di sekitar pertanaman agar sesuai dengan budidaya yang dilakukan. Benih unggul yang digunakan Ethiopia merupakan bantuan dari Fair Planet, Israel.
- Penggunaan Teknologi
Ethiopia menggunakan teknologi pengelolaan irigasi dan sumber air bersih yang sanggat maju. Mereka benar-benar memanfaatkan teknologi yang diberikan untuk budidaya dan kehidupan sehari-hari. Teknologi ini masih dibantu dari Israel.

Aora, teknologi yang berperan dalam irigasi pertanian Ethiopia, source: https://www.vebma.com/
Dua kunci tersebut menjadikan Ethiopia sebuah negara yang memiliki tingkat ketahanan pangan cukup tinggi dibandingkan negara lain yang memiliki agroekosistem mendukung. Sekarang mari kita tinggalkan Ethiophia dan kembali ke Indonesia.
Apakah Pertanian Indonesia Bisa Maju?
Jawaban saya adalah bisa! Pertanian Indonesia bisa maju karena negara ini dianugerahi potensi sumber daya alam yang melimpah dan didukung dengan tingkat sumber daya manusia berpendidikan yang lebih baik daripada negara miskin. Buktinya dulu bersama Filipina, Indonesia pernah menjadi negara swasembada beras di tahun 1980-an dan bahkan mampu mengekspor beras dalam jumlah kecil.
Agar pertanian Indonesia menjadi maju, kita perlu menjadikan sektor pertanian sebagai titik awal pembangunan di desa karena sektor pertanian memiliki peran penting terhadap upaya pengurangan kemiskinan di wilayah perdesaan. Nah di sinilah dibutuhkan peran para pelaku di bidang pertanian untuk bersinergi satu sama lain baik dari petani itu sendiri beserta dengan aparat pemerintah maupun pihak lainnya.

Petani dan petugas bersinergi dengan tujuan yang sama: memajukan pertanian Indonesia sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani
Peran seorang penyuluh juga sangat dibutuhkan untuk memotivasi para petani dalam usaha agribisnisnya. Seorang penyuluh harus termotivasi terlebih dahulu sebelum menyuluh petani bahwa pertanian di Indonesia dapat bangkit dan maju. Walaupun dalam perjalanannya membutuhkan proses untuk mengubah pengetahuan, sikap, dan perilaku petani, namun hal tersebut sebaiknya tidak menjadikan kita untuk mudah menyerah.
Saya yakin suatu saat pertanian Indonesia bisa maju meskipun membutuhkan waktu cukup lama. Asalkan tetap optimis, insyaaAllah cita-cita tersebut dapat tercapai.
Sumber Informasi:
Zulkifli Zaini, Perpadian di Asia Tenggara, Puslitbangtan. Disampaikan pada Seminar Bulanan Puslitbangtan.
[1] Liputan 6. 2016. Ini Daftar 25 Negara Termiskin di Dunia. http://bisnis.liputan6.com/read/2475817/ini-daftar-25-negara-termiskin-di-dunia [diakses tanggal 6 November 2017].
[2] National Geographic Indonesia. 2015. 2016. Kelaparan dan Malnutrisi Masih akan Terjadi di Afrika. http://nationalgeographic.co.id/berita/2015/12/2016-kelaparan-dan-malnutrisi-masih-terjadi-di-afrika [diakses tanggal 6 November 2017].
Vebma.com. 2017. Hari Ini, Pertanian Negara Termiskin di Dunia Ini Ternyata Lebih Baik dari Indonesia https://www.vebma.com/wow/hari-ini-pertanian-negara-termiskin-di-dunia-ini-ternyata-lebih-baik-dari-indonesia/26917 [diakses tanggal 6 November 2017].
FOOD SUSTAINABILITY INDEX http://foodsustainability.eiu.com/country-ranking/ [diakses tanggal 6 November 2017].
Sebagai bahan refleksi, sesekali janganlah lihat ke atas, tetapi lihatlah ke bawah
.
.
.
Cerminan banget mbak…
Bisa diangankan, Indonesia yang begitu luas, dan terkenal dengan Negara Agribisnis malah impor beras, sayang banget. Ditambah ada penyuluh pertanian ini yang seharusnya di tiap itik wilayah penghasil padi, bisa membantu para petani untuk bisa menghasilkan hasil pertanian yang baik, dan bagus. di desaku blum ada penyuluh petaninya mbak, meski banyak sih padinya hhee
iya tenaga penyuluh pun kurang, satu orang bisa pegang 3-4 desa, belum lagi dengan tambahan tugas dari kantor *malah curhat
mental petani ya mbak, perlu diperhatikan ya, sdh banyak dana kucuran mulai dr bantuan saat mau tanam, bibit, pupuk tapi banyak bantuan itu sering tak membuat hsl baik . Mungkin krn petani merasa , kalau gagalpun nanti musim tanam berikutnya dia bakal dpt bantuan lagi
kita perlu memotivasi terus mbak, ya petugasnya juga termasuk, biar sama-sama bersinergi, buat petani yang sudah berpikir malah gak mau bantuan lagi, soalnya ribet bantuan itu hihi
Pertanian di Indonesia diyakinkan bisa maju tergantung bagaimana Pemerintah dan SDM yang ada bijak menyikapinya. Masalah besar adalah berkurangnya para pemuda yang mau terjun langsung membesarkan pertanian Indonesia. Generasi kita senang seklai jika kerja di kantoran. Salam hangat
Iya memang, tenaga penyuluhan pun kurang banget, mau gimana lagi jadinya kami kerja babak belur di lapangan, mungkin karena pertanian belum menjanjikan
Kalau lagi blusukan ke desa-desa, aku lihat masih banyak lahan kosong. Mungkin yang seperti ini bisa dimaksimalkan. Tapi semakin mendekati kota banyak juga lahan yang subur dijual. Sayang sih sebenarnya. Apalagi kalau masalah irigasi mudah. Tapi ya… semua itu kembali kepada pemiliknya.
Iya itulah, kita gak bisa mencegah pemilik tanah untuk tidak menjual tanahnya mbak, tapi sayangnya sawah2 potential yg jadi korban
Nah, itulah ironi. Indonesia lahannya lebih luas dibanding Vietnam dan lain-lain. Seharusnya kita yang mengekspor beras. Permasalahannya perekonomian Indonesia dipaksakan untuk modern, padahal kita punya basic ekonomi sendiri yang berbeda dengan negara lain. Pendidikan fokus hanya untuk mencetak pekerja kantoran, sementara jumlah kantor itu kan cuma sedikit, tidak sebanding dengan lulusan di bidang perkantoran. Banyak sumber daya alam yang ada di Indonesia, kalau memang kita belum bisa mengolah ya ayo belajar, jangan membiarkan alam Indonesia yang indah ini tidak produktif.
Makasih sharingnya pak dody, mungkin susah untuk mengatur dan memanfaatkan sda karena penduduk Indonesia yg banyak juga ya dan rata2 sulit diatur hehe, memang sayang sih lihat negeri yang subur dibanding negara lain tapi kita cuma begini aja
Wajib fokus pada pendanaan pertanian di Indonesia, nah tinggal bagaimana petani sendiri, sudah mampukah menyerap sistem yang diberikan pemerintah. Artinya, perlu juga pemerataan pendidikan, sehingga segala sektor dapat dipenuhi khusunya kekuatan SDMnya agar apapun bentuk bantuannya dapat terealisasikan. Begitu mungkin ya kak?
iya itu dia kadang bantuan datang tapi petani belum siap karena memang tingkat pendidikannya yang belum smpai ke tahap sana, perlu pembenahan di tingkat SDM juga
Kenapa zaman Era Bapak Soeharto kita bisa swasembada pangan? swasembada beras? itu karena keberpihakan pemerintah pada sektor pertanian. Menurut saya skrg ini Sektor Pertanian belum menjadi fokus pembangunan bagi pemerintah pusat kita. Dulu itu pemerintah punya program transmigrasi, dan bahkan setiap minggu di televisi itu ada acara “klompencapir” dimana Presiden Soeharto dan Ibu Tien, berbincang-bincang langsung dgn para petani transmigrasi itu dan disiarkan live ke seluruh Indonesia.
salam kenal mbak Evrina.
Salam kenal mbak, mungkin nanti kalau sudah krisis Pangan baru aware mbak