Last Updated on December 29, 2020 by evrinasp
Banyak cara yang dapat dilakukan untuk membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya bagi para petani yang umumnya jauh dari perkotaan sehingga membutuhkan fasilitasi tertentu. Dengan memanfaatkan teknologi, usaha untuk meningkatkan kesejahteraan petani dari hulu hingga hilir dapat dilakukan tanpa terbatas oleh jarak, ruang, dan waktu. Hal inilah yang dilakukan oleh Inacom.id dalam upayanya membantu menuntaskan berbagai macam masalah petani khususnya petani di sektor perkebunan.
Peraih penghargaan SATU Indonesia Awards tahun 2020 ini telah mampu meningkatkan kualitas petani beserta komoditasnya. Bersama Inacom.id menembus batas, dari petani lokal jadi eksportir. Berikut adalah kisahnya.
Berawal Dari Keresahan Para Founder Akan Kondisi Petani Kelapa
Saya merasa beruntung sekali ketika mendapatkan kesempatan untuk menggali kisah inspiratif Inacom.id dari sumbernya secara langsung. Bapak Muhammad Aria Yusuf, selaku Business Development Inacom.id, berkenan berbagi kisah perjuangan Inacom.id dalam upayanya membantu meningkatkan kesejahteraan petani.
Proses penggalian kisah inspiratif ini dilakukan melalui teleconference mengingat kondisi pandemic COVID-19 masih berlangsung. Dari hasil penggalian, saya menemukan fakta menarik tentang latar belakang pendirian startup Inacom.id, termasuk tujuan mulia untuk mengangkat kesejahteraan petani di sektor perkebunan khususnya petani kelapa.
“Pada tahun 2017, para founder yang berjumlah lima orang melihat adanya ketidakadilan yang diterima oleh para petani kelapa terkait kondisi harga komoditas tersebut di lapangan. Setelah berkeliling Sumatera, mereka mengetahui bahwa harga di tingkat petani sangat rendah, sementara para founder mengetahui bahwa harga kelapa sangat tinggi di tingkat pasar baik untuk pabrik hingga end user” kata Pak Aria ketika menjelaskan latar belakang lahirnya Inacom.id.
Lebih lanjut Beliau menjelaskan bahwa para founder kemudian melakukan penggalian secara mendalam terkait permasalahan tersebut dan diperoleh bahwa harga rendah di tingkat petani ini tak lepas dari peran tengkulak yang memberikan tekanan besar kepada petani.
Sejak itu mereka berpikir untuk membuat startup yang menjadi jembatan penghubung secara digital bagi para petani agar terkoneksi secara langsung kepada buyer baik untuk keperluan domestik maupun ekspor. Dari sana, para founder bersama dengan startupnya dapat mengetahui harga dan daya jual petani sehingga dapat menaikkan harga di tingkat petani.
Upaya yang dilakukan oleh para founder ini sejalan dengan amanah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani.
Pada Pasal 3 di dalam undang-undang tersebut, disampaikan bahwa perlindungan dan pemberdayaan petani bertujuan untuk:
- Mewujudkan kedaulatan dan kemandirian petani dalam rangka meningkatkan taraf kesejahteraan, kualitas, dan kehidupan yang lebih baik;
- Menyediakan prasarana dan sarana pertanian yang dibutuhkan dalam mengembangkan usaha tani;
- Memberikan kepastian usaha tani;
- Melindungi petani dari fluktuasi harga, praktik ekonomi biaya tinggi, dan gagal panen;
- Meningkatkan kemampuan dan kapasitas petani serta kelembagaan petani dalam menjalankan usaha tani yang produktif, maju, modern dan berkelanjutan;
- Menumbuhkembangkan kelembagaan pembiayaan pertanian yang melayani kepentingan usaha tani.
Dalam upaya membantu meningkatkan kesejahteraan petani sekaligus menjalankan amanah undang-undang di atas, maka dibuatlah startup agritech dengan nama Inacom.id yang menjadi solusi digital untuk mewadahi semua pihak di bidang pertanian dan komoditas secara menyeluruh.
Inacom.id Menghadirkan Solusi Untuk Kesejahteraan Petani
“Inacom.id ini adalah startup Agritech di bidang pertanian dan juga komoditas. Kami berusaha menghubungkan petani, pemilik lahan, UKM dan pasar, baik pasar lokal maupun ekspor” kata Pak Aria menjelaskan Inacom.id lebih lanjut.
Pada tahap awal, startup yang memiliki kepanjangan nama Indonesian Agriculture and Commodities ini berusaha untuk merangkul para tengkulak agar tidak terjadi kesenggangan dengan petani di lapangan. Selain menerima hasil panen dari petani, komoditas kelapa yang dihandle oleh tengkulak juga diterima oleh Inacom.id untuk dibantu pemasarannya. Ini merupakan upaya konsolidasi produk demi tercapainya sustainable buyer yang dapat menaikkan jumlah permintaan produk kelapa. Dengan begitu jangkauan fasilitasi dari Inacom.id untuk petani menjadi lebih luas yang berimbas kepada daya tawar petani.
“Kami pilih komoditas perkebunan utamanya kelapa, yang lebih dari 90% merupakan petani rakyat. Kelapanya bagus tapi karena di remote area jadi susah pemasarannya. Di situ Inacom.id hadir karena kami sudah ada pasar” lanjut Pak Aria menjelaskan alasan Inacom.id memilih komoditas kelapa.
Inacom.id mengelola komoditas kelapa karena lahan komoditas ini sangat luas di Indonesia ditambah dengan produk turunan dari kelapa ternyata masih dalam hitungan jari sehingga memerlukan pengembangan.
Hal ini senada dengan apa yang disampaikan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Kementerian Pertanian Republik Indonesia bahwa Indonesia merupakan negara yang memiliki lahan tanaman kelapa terbesar di dunia dengan luas areal 3,88 juta hektar dan 97% merupakan perkebunan rakyat yang memproduksi kelapa 3,2 juta ton setara kopra. Permintaan produk-produk berbasis kelapa masih terus meningkat baik untuk ekspor maupun pasar dalam negeri. Sedangkan industri turunan kelapa masih dapat dikembangkan dengan melakukan diversifikasi produk olahan antara lain: oleo kimia, desiccated coconut, virgin oil, nata de coco, dan lain-lain (Balitbangtan, 2018).
Melihat potensi kelapa yang sangat melimpah, Inacom.id berusaha memetakan permasalahan yang ditemukan di lapangan, di antaranya adalah harga yang rendah di tingkat petani, sustainable produk, kualitas produk, hingga distribusi dan logistik.
“Ada kelapa dari petani yang banyak di daerah terpencil contohnya di Desa Beringin Mulya di Kabupaten Indragiri Hilir. Akses ke sana cuma pakai jalur air menggunakan speedboat atau pong-pong, tidak bisa pakai kendaraan darat. Kami tidak bisa menjemput produk ke sana via darat, jadi kami lakukan sharing dengan orang yang punya kendaraan di sana untuk kirim barang ke lokasi gudang terdekat” kata Pak Aria menjelaskan kondisi perkebunan kelapa di salah satu wilayah.
Inacom.id berusaha untuk memutus panjangnya rantai supply chain agar petani mendapatkan harga yang tinggi dan juga berusaha membantu petani dalam hal memotong waktu pengiriman karena secara umum pengiriman produk pertanian harus cepat. Hal ini sudah tertuang di dalam fitur-fitur yang ditawarkan di platform Inacom.id.
“Kelapa kalau terkena air bisa tumbuh tunas, kalau sudah begitu jadinya harus direject. Jadi kami melakukan sharing dengan orang yang punya gudang di sana untuk bantu terima produk petani dengan cara kerja sama dengan Inacom.id untuk sharing profit” kata Pak Aria menjelaskan peran Inacom.id untuk membantu produk petani.
Bapak Aria menambahkan hingga saat ini Inacom.id telah beroperasi di beberapa daerah seperti Riau, Jambi, Lampung, Bolaang Mongondow, Buton Utara, dan Donggala.
Menembus Batas Bersama Inacom.id, Petani Lokal Jadi Eksportir
Inacom.id memiliki misi kedepannya untuk membuat petani bisa melakukan ekspor secara mandiri sehingga para petani benar-benar memiliki posisi tawar yang tinggi untuk kesejahteraannya. Di dalam platform Inacom.id telah terdapat fitur yang dapat menghubungkan antara pihak pembeli, petani, hingga driver untuk kemudian dikoneksikan oleh Inacom.id agar terjadi deal pembelian produk. Selain itu, masih terdapat fitur menarik lainnya berupa investasi dan kerjasama, service, dan aneka produk yang disajikan secara transparan.
“Kedepannya kami ingin membuat petani bisa ekspor secara mandiri karena kami ini kan platform penghubung. Jadi nanti petani terhubung langsung ke buyer, kalau untuk administrasi kami bisa bantu. Memang butuh proses dan hingga saat ini kita dampingi” kata Pak Aria menjelaskan cita-cita Inacom.id untuk menembus batas menjadikan petani lokal menjadi eksportir.
Untuk menuju ke arah sana, Inacom.id perlu mengedukasi petani agar produk kelapa yang dihasilkan memiliki kualitas ekspor. Ini bukanlah perkara yang mudah mengingat jangkauan wilayah operasi Inacom.id tersebar di beberapa daerah. Namun Inacom.id memiliki strategi agar dapat mengcover 13000 petani yang sudah bergabung bersama mereka dengan dibantu oleh tenaga pendamping di lapangan sebanyak 175 orang termasuk gabungan local champion yang membantu menghubungkan petani. Local champion ini adalah pemuda desa yang dapat mengakses teknologi.
Contoh salah satu local champion yang sudah bergabung dengan Inacom.id bernama Didik Sugianto, ST yang mengabdikan dirinya untuk membina 125 petani kelapa di Desa Beringin Mulya. Desa yang memiliki jumlah penduduk sebanyak 1500 jiwa ini menggantungkan dirinya kepada komoditas kelapa dan berusaha meningkatkan produksi turunan kelapa ke kopra putih untuk meningkatkan perekonomian desa.
Desa Beringin Mulya, di Kecamatan Teluk Belengkong, Kabupaten Indragiri Hilir merupakan salah satu desa yang masuk ke dalam Program Desa Sejahtera Astra untuk mengembangkan pengolahan Kopra Putih di Indragiri Hilir. Bersama Astra, Inacom.id hadir memberikan pendampingan dengan merangkul BUMDESA sehingga para petani kelapa yakin akan hasil produksinya dengan posisi tawar yang tinggi.
Pendampingan yang diberikan oleh Inacom.id untuk para petani dilakukan secara bertahap sebelum akhirnya para petani dapat melakukan ekspor secara mandiri. Hingga saat ini Inacom.id telah melakukan pendampingan dengan memberikan edukasi produk kelapa yang memiliki kualitas ekspor, memberikan pemahaman produk turunan kelapa yang bernilai ekonomis tinggi, hingga memberikan gambaran kebutuhan ekspor.
“Rata-rata ekspor secara umum per bulan sebanyak 400 ton gabungan kelapa, kopra putih, dan lainnya dengan demand 4000 ton. Negara tujuan ekspor yang dicover Inacom.id seperti Belanda, Dubai, Pakistan, Afganistan, Malaysia, Thailand, dan India” kata Pak Aria ketika menjelaskan potensi ekspor untuk petani kelapa.
Meskipun pada tahun 2020 ini petani belum secara langsung menjadi eksportir, namun menurut Pak Aria secara perlahan sudah terlihat peningkatan kualitas petani kelapa yang tadinya hanya untuk tengkulak, sekarang sudah terbuka untuk pasar ekpor.
“Petani kelapa saat ini sudah punya daya tawar, lebih bisa negosiasi harga panen, kalau dulu mereka ikut harga yang sudah ditetapkan. Petani juga sudah terbuka untuk ekspor dengan memperhatikan kualitas kelapanya, bahkan sudah ada petani yang paham betul kualitas ekspor ini” ungkap Pak Aria ketika menjelaskan kemajuan yang ada di tingkat petani kelapa.
Kehadiran Inacom.id sebagai startup Agritech yang membantu menghubungkan petani, pemilik lahan, UKM dan pasar telah memberikan kebermanfaatan bagi petani dan masyarakat, di antaranya adalah membantu adanya kepastian pasar sehingga petani tidak bingung lagi ketika membawa hasil panen. Inacom.id telah menyediakan processing unit beserta gudangnya untuk menampung hasil panen petani untuk dihubungkan ke pasar lokal dan ekspor.
Adanya processing unit berupa Solar Dome juga membantu meningkatkan perekonomian di sekitar desa dan membantu menyerap tenaga kerja. Ada sekitar 10 orang ibu-ibu yang menjadi tenaga kerja di Solar Dome untuk membantu membersihkan kelapa sebelum dikirim ke pasar. Hingga saat ini, telah ada sekitar 950 lebih ibu-ibu yang sudah bergabung.
Semua usaha dan kerja keras yang dilakukan oleh Inacom.id dalam upayanya membantu meningkatkan kesejahteraan petani memang masih berproses. Namun upaya tersebut secara perlahan telah membuahkan hasil yang cukup menggembirakan. Apabila dulu para petani pasrah dengan hasil panennya, kini petani telah memiliki posisi tawar yang tinggi hingga akhirnya cita-cita itu dapat bersemi: menembus batas, petani lokal jadi eksportir bersama Inacom.id.
Referensi:
Kelapa. 2018. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Kementerian Pertanian Republik Indonesia. http://inaagrimap.litbang.pertanian.go.id/index.php/sentra-produksi/tanaman-perkebunan/kelapa [diakses tanggal 25 Desember 2020].
Chacha Dwi says
Wih, salut sama Inacom.id bisa membantu petani yg kebanyakan di daerah pelosok2
Itu sistemnya petani langsung terhubung ke pembelinya yg dari luar negeri gitu mbak?
evrinasp says
Iya itu cita2 inacom kedepannya, saat ini Masih didampingi oleh mereka