Saya suka sekali dengan sayuran dan buah-buahan. Khusus untuk sayuran, mau dimakan mentah atau dimasak, keduanya saya sukai alias tidak ada pantangan untuk mengkonsumsinya. Paling tidak sampai saya menyadari, apakah sayuran tersebut sudah aman untuk saya konsumsi?.
Lho, aman dari mana? Terutama aman dari pestisida.
Setelah saya berkecimpung sebagai penyuluh pertanian, saya jadi tau bagaimana perilaku para petani dalam menangani tanaman sayuran ketika menghadapi hama penyakit. Semua itu dilakukan agar produksi tetap terjaga. Akan tetapi, bagaimana dengan keamanan pangan segar tersebut?.
Bagi petani yang paham prinsip PHT alias pengendalian hama terpadu, pasti akan menggunakan pestisida apabila serangan hama penyakit sudah melebihi ambang batas ekonomi. Artinya memang sudah merugikan secara finansial karena mengganggu produksi. Sehingga dapat dikendalikan dengan menggunakan pestisida.
Baca ini yuk: Mengenal Konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT)
Namun, ada juga lho petani yang pernah saya temui sudah mengaplikasikan pestisida padahal hama penyakitnya masih bisa dikendalikan dengan cara lain. Contohnya misalnya dengan menggunakan pestisida nabati yang lebih ramah terhadap lingkungan atau menggunakan cara mekanik untuk mengendalian hama penyakit.
Baca ini juga ya: Membuat Pestisida Nabati dari Bahan di Sekitar Rumah
Masalahnya, residu pestisida tentu sangat berbahaya bagi kesehatan. Menurut Balingtan (2007), residu pestisida kadang-kadang masih ditemukan sampai saat hasil pertanian mengalami proses selanjutnya atau bahkan saat dikonsumsi. Residu pestisida masih mempunyai potensi untuk menimbulkan keracunan terhadap manusia dan organisme bukan sasaran lainnya tergantung dari besarnya residu, sifat fisikokimia, sifat bioakumulatif dan toksisitasnya maka keracunan yang ditimbulkan dapat bersifat akut maupun kronis.
Berdasarkan hal tersebut, kita perlu melakukan langkah pencegahan untuk meminimalisir atau bahkan tidak membiarkan residu pestisida tersebut masuk ke dalam tubuh.
Pertama, lakukan pengecekkan residu pestisida pada pangan segar.
Untuk melakukan pengecekkan residu pada pangan segar sebenarnya bisa dilakukan sendiri asalkan memiliki alatnya. Masalahnya alat untuk mengecek residu tersebut cukup mahal yaitu sebesar Rp. 200.000,- dan itu hanya untuk sekali pakai.
Apabila keberatan untuk melakukan pengecekkan sendiri, berdasarkan informasi, masyarakat khususnya para pelaku di bidang pertanian dapat melakukan pengecekkan di UPT Ketahanan Pangan di bawah Dinas Ketahanan Pangan. Itu yang saya ketahui saat UPT Ketahanan Pangan mensosialisasikan tentang keamanan pangan segar.
Cara melakukan pengecekkan residu pestisida begini:
Satu, ambil sample pangan segar (bisa langsung dari lahan petani yang baru panen atau dari pasar), contohnya sayuran atau buah-buahan.
Dua, iris tipis sample tersebut lalu masukkan ke dalam wadah berupa cangkir kecil.
Tiga, tambahkan air Aquades hingga setengah cangkir agar irisan sayuran tersebut terendam seluruhnya. Lalu diamkan selama 10 menit.
Empat, kemudian ambil air rendaman tersebut dengan menggunakan pipet dan diteteskan ke alat Pesticides Detection Kit. Diamkan selama 10 menit hingga timbul indikator.
Lima, apabila indikator menunjukkan warna keduanya biru, maka pangan tersebut tidak mengandung residu pestisida. Sedangkan apabila salah satu indikator berwarna biru atau keduanya berwarna putih, maka pangan segar tersebut positif mengandung residu pestisida.
Dari hasil pengecekkan residu pestisida yang pernah saya lakukan bersama UPT Ketahanan Pangan diketahui bahwa sample sayuran segar seperti kacang panjang, tomat, dan mentimun mengandung residu pestisida. Sample Pangan segar tersebut diambil dari wilayah Kecamatan Tamansari dan Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor.
Kedua, lakukan pencucian yang benar terhadap pangan segar.
Dari sosialisasi yang diberikan oleh UPT Ketahanan Pangan, diketahui bahwa kandungan residu pestisida yang terbawa pangan segar dapat diminimalisir dengan cara mencucinya secara benar.
Cara mencucinya adalah dengan menggunakan sabun cair (seperti sabun cair untuk mencuci piring) di air yang mengalir. Atau dengan merendamnya terlebih dahulu di air hangat, baru kemudian membilasnya dengan menggunakan air mengalir.
Apakah teman-teman memiliki cara pencucian lain yang recommended untuk pangan segar? Apabila ada, nanti akan saya update di dalam tulisan ini.
Ketiga, pandai memilih pangan segar.
Apabila memungkinkan, sebaiknya membeli pangan segar yang memang jelas sertifikasinya. Saat ini sudah ada sertifikasi Prima yang dikeluarkan oleh Otoritas Kompetensi Keamanan Pangan Daerah (OKKPD) dan Otoritas Kompetensi Keamanan Pangan Pusat (OKKPP). Sertifikasi Prima ini mulai dari yang tertinggi yaitu Prima 1, Prima 2, dan terendah yaitu Prima 3.
Sertifikat Prima 3 diberikan terhadap pelaksanaan usaha tani di mana produk yang dihasilkan aman dikonsumsi. Semakin tinggi sertifikat Primanya, maka produk yang dihasilkan semakin aman, berkualitas, dan ramah lingkungan.
Selain memilih dengan melihat sertifikasi produk, dapat juga memilih pangan segar dari jenis teknik budidayanya misalnya dengan memilih sayuran hidroponik. Sayuran hasil hidroponik umumnya lebih ramah karena jarang menggunakan pestisida.
Keempat, produksi sayuran segar sendiri dari rumah.
Nah supaya lebih aman lagi, ada baiknya apabila memproduksi pangan segar sendiri di rumah. Caranya dengan menanam di sekitar halaman rumah. Selain lebih sehat, juga membantu penghijauan di sekitarnya.
Baca lagi yuk: Sehat dari Rumah dengan Konsumsi Sayur dan Buah
Jadi, apakah sayuran dan buah yang dikonsumsi sudah aman dari pestisida? Pintar-pintar saja ya ketika memilihnya, terutama untuk pangan segar yang dikonsumsi secara langsung alias tidak dimasak agar terhindar dari residu pestisida.
Sumber informasi:
Balai Penelitian Lingkungan Pertanian (Balitan). 2007. Petunjuk Teknis Analisis Residu Pestisida. Jakarta. Departemen Pertanian.
Maria Soraya says
Aku kurang sreg sama yg membersihkan buah/sayuran pakai cairan sabun pembersih (meskipun khusus), bau sabunnya tetap nempel di buah/sayurnya yak. Ato aku cara pakainya salah yak ? Haha. Selama ini dicuci pakai air mengalir aja Mbak Ev.
evrinasp says
Aku juga cuma pakai air mengalir aja, tapi katanya kalau pakai sabun itu cukup mengurangi Residu, tapi aku juga mikir sih kan jadi ada sisa bau sabun juga
Nining says
pak suami concern banget soal residu pestisida ibu mbak, jadi di rumah kalo mau mencuci sayur dan buah segar pakai alat ozonisasi yang bisa lenggelontorkan residu tsb. Semoga kita sehat selalu yaaa, sayang sekali kalau makan sayur homemade tapi lasih ada residu pestisidanya.
evrinasp says
Wah iya itu alat ozonisasi bisa melunturkan Residu Pestisida, bagus banget mbak langkahnya
maya rumi says
aq kalau masak sayur atau makan sayur mentah gak pernah di cuci pake sabun khusus gitu, tahu sih ada tapi gak pernah beli, jadi pakai air bersih aja dari wastafel langsung gitu, atau direndam lalu di keringan dengan di taruh di saringan gitu mbak.
baru tahu ternyata produk sayuran dan buahan mungkin yah pakai sertifikat jaminan produk.
evrinasp says
Ada ok sertifikat jaminan produk, tapi belum semua petani mengurus sertifikasi tersebut
Tami says
Pilih yang bekas digigit ulet hihihi. Ini tips ngawur dari buebu pasar atau memang logika kayak gitu ya mba
evrinasp says
Haha katanya sih kalo ada gigitan ulet pertanda gak pake pestisida, padahal ya kalau ada kena gigitan ulet kadang disemprot pestisida juga
Heri says
Saya suka makan sayur mentah (selada, mentimun, pare, kol, dll).
Tapi selama ini sih, kalau makan, bismillah saja, soalnya, belinya juga dari pasar, terus dicuci biasa saja.
Jadi, kurang tepat ya?
evrinasp says
Enggak juga kok, itu sudah bagus dicuci di rumah, cuci di air mengalir ya
Suryani Palamui says
Mahal juga ya alatnya kak. Apalagi cuma sekali pakai. Saya selama ini sih langsung makan aja kak. Tapi emang kalo cuma di cuci air gitu ngga mempan ya?
evrinasp says
Menurut info waktu sosialisasi kemarin itu ya berkurang, tapi lebih baik dicuci pakai sabun, cuma kadang kan bekas sabunnya masih ada ya
Bloggergaes says
Terimakasih tips nya, semoga kita bisa lebih jeli dalam memilih sayuran yang akan di konsumsi…niatnya pingin sehat makan sayur mayur eh nnti malah sakit karna residu nya itu
evrinasp says
Sama2, lebih bagus lagi kalau nanam sendiri di rumah
Aldhi Fajar says
Halo mbak salam kneal, mbak aku mau tanya katanya hidriponik sistemnya lebih bagus untuk nanam sayuran?
btw salam kneal mbak
evrinasp says
Iya baiknya memang untuk bertanam sayuran terutama sayuran daun ya. Eh maaf baru membalas
cicifera says
iya juga ya, ga kepikiran apakah sayuran yang biasa dikonsumsi sudah bebas pestisida atau belum xD tips keempat udah lama banget dilakukan, memproduksi sayuran segar sendiri dari rumah. tapi sampai sekarang belum dieksekusi juga, haha
evrinasp says
Hehehe ayo mbak semangat Panen dari rumah