Halo assalamualaikum teman-teman. Pada hari Rabu tanggal 11 April 2018 kemarin saya bersyukur sekali karena bisa berbagi informasi bersama dengan Mahasiswa Fakultas Ekonomi, Universitas Nasional Jakarta (UNAS), khususnya adik-adik Mahasiswa di Program Studi Pariwisata dalam Seminar Wisata Halal Trend Baru Indonesia. Seminar tersebut digawangi oleh Himpunan Mahasiswa Pariwisata (HIMAPAR) UNAS.
Tujuan diadakannya seminar tersebut adalah untuk memberikan pengetahuan kepada mahasiswa dan mahasiswi mengenai pariwisata halal yang ada di Indonesia termasuk potensinya untuk membantu perkembangan ekonomi nasional. Selain itu juga untuk mengetahui posisi Indonesia di bidang pariwisata khususnya wisata halal sebagai patokan dan perbandingan dengan wisata halal di negara lain.
Bagi kalangan civitas akademis UNAS sendiri, seminar ini dilakukan sebagai upaya untuk memperkenalkan Program Studi Pariwisata kepada keluarga besar Mahasiswa UNAS, sekaligus menjalin silaturahmi mahasiwa antar Fakultas dan Program Studi.
Acara seminar yang berlangsung di Aula Blok 1 lantai 4 Unas ini dibuka dengan pembacaan doa dan diiringi dengan menyanyikan lagu wajib Indonesia Raya serta lagu mars Universitas Nasional. Selanjutnya acara diisi dengan sambutan dari Ketua HIMAPAR UNAS, ketua panitia, serta sambutan dari ketua Program Studi Pariwisata yang dilanjutkan dengan sambutan dari Dekan Fakultas Ekonomi UNAS.
Sebagai pertanda dibukanya acara seminar, Dr. Suryono Efendi, SE., MBA, selaku Dekan Fakultas Ekonomi UNAS bersama Ibu Tine, ketua Prodi Pariwisata, serta Bapak Heri selaku Wakil Dekan Fakultas Ekonomi UNAS memukul gong yang terdapat pada panggung acara. Baru kemudian acara dilanjutkan dengan persembahan seni tari serta persembahan lagu Pesona Indonesia yang dibawakan oleh panitia.
Tiba saatnya Seminar Wisata Halal, Trend Baru Indonesia memasuki acara inti dengan menghadirkan dua narasumber yaitu Bapak Bagus Moeshari yang mewakili Tim Percepatan Pengembangan Pariwisata Halal Kementerian Pariwisata RI dan saya sendiri selaku user yang menggunakan wisata halal.
Bapak Bagus Moeshari dalam pemaparannya menyampaikan bahwa pada awalnya industry halal di Indonesia ada di makanan saja. Namun seiring perkembangan zaman, masalah kehalalan mencakup finansial dan juga gaya hidup termasuk dalam hal pariwisata. Sektor pariwisata menyumbang PDB dan devisa bagi negara. Selain itu sektor tersebut juga mampu menyerap lapangan kerja secara mudah dan murah.
Bapak Presiden RI sendiri juga menyatakan agar pariwisata dijadikan sebagai leading sector sehingga seluruh instansi wajib mendukungnya. Oleh sebab itu pada tahun 2016 dibentuklah Tim Percepatan Pengembangan Pariwisata Halal demi mewujudkan konsep pariwisata halal di Indonesia yang menjadi bagian dari pariwisata Indonesia.
Ada empat pilar pengembangan wisata halal yang menjadi concern Tim Percepatan Pengembangan Pariwisata Halal, yaitu:
- Kebijakan dan regulasi, hal ini tergantung juga dengan komitmen pemerintah daerah dalam mewujudkan wisata halal di daerahnya.
- Upaya promosi, dengan melakukan promosi ke negara lain termsuk di Indonesia sendiri.
- Pengembangan destinasi dengan memperbaiki atau menambah fasilitas di lokasi wisata.
- Peningkatan kapasitas sumber daya manusia
Bapak Bagus kemudian menggaris bawahi bahwa konsep halal merupakan konsep yang tidak eksklusif, alias tetap terbuka bagi semua. Yang membedakan hanyalah terdapat sertifikasi kehalalan sehingga membuat wisawatan muslim merasa nyaman dalam berwisata.
Selanjutnya, tiba giliran saya untuk menyampaikan sharing mengenai wisata halal dari sisi pengguna sebagai muslimah traveler. Dalam kegiatan traveling, saya memang mengutamakan agar perjalanan yang saya lakukan menjadi sebuah keberkahan sehingga yang namanya kehalalan wajib ada dalam sebuah perjalanan. Tidak hanya makanan yang harus halal, tetapi juga terdapat jaminan waktu beribadah tetap terjaga. Dengan begitu, melakukan perjalanan tetap tenang dan nyaman.
Nah, jauh hari sebelum mengenal konsep wisata halal, saya lebih dulu mengenal yang namanya wisata muslim atau wisata religi. Menurut saya, jenis wisata ini lebih ditujukan kepada wisatawan muslim dengan destinasi keagamaan tertentu. Contohnya mengunjungi masjid bersejarah atau ziarah ke makam sunan. Itu termasuk ke dalam wisata muslim atau religi.
Kemudian dikenal juga dengan istilah wisata syariah pada tahun 2012. Namun karena cenderung terkesan ekslusif, maka wisata syariah diubah menjadi wisata halal pada tahun 2016. Wisata Halal lebih kepada cara penanganannya dengan menggunakan standart halal, destinasi wisata tetap sama, dan tidak terbatas pada muslim saja.
Di dalam website resmi Pariwisata Halal Indonesia yaitu http://halaltourism.id, disebutkan bahwa Wisata halal adalah bagian dari industri pariwisata nasional dan seluruh dunia, dikhususkan bagi wisatawan muslim yang mengacu pada nilai-nilai, budaya dan aturan yang ada dalam agama Islam.
Tetapi sepanjang saya mengikuti dua kali wisata halal ke luar negeri, apabila di sana belum bisa menerapkan sertifikasi dalam wisata halal maka pihak travel akan memberikan label atau menyebutnya sebagai Muslim friendly. Contohnya sebuah restoran disebut muslim friendly karena belum tersertifikasi halal namun tetap menyediakan menu yang ramah wisatawan muslim.
Di Indonesia sendiri, MUI sangat mendukung tentang pengembangan wisata halal ini. Hal tersebut dituangkan dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) MUI Nomor 108/DSN-MUI/X/2016 tentang pedoman penyelenggaraan pariwisata berdasarkan prinsip syariah yang dapat menjadi landasan standardisasi aspek-aspek wisata halal. Sayangnya fatwa ini belum diiringi dengan regulasi tertentu sehingga pelaksanaannya belum maksimal. Di dalam fatwa tersebut mengatur tentang penyelenggaraan wisata syariah baik dari pihak penyedia akomodasi, pihak pemberi jasa pariwisata, hingga kepada wisatawan itu sendiri.
Kemudian, di dalam Wisata Halal itu biasanya ada apa saja?. Sepanjang pengalaman saya mengikuti wisata halal di dalamnya terdapat:
- Tersedianya fasilitas halal. Mudah ditemukannya masjid, adanya tempat wudhu, kepastian arah kiblat di hotel, tersedianya kitab suci, hotel yang memiliki kolam renang serta fasilitas spa yang terpisah untuk pria dan wanita.
- Memudahkan umat muslim untuk tetap nyaman dan aman sepanjang perjalanan wisata. Terjaganya waktu shalat, pemberitahuan berupa pengumuman maupun adzan jika telah memasuki waktu sholat.
- Penyedia jasa transportasi wajib memberikan kemudahan bagi wisatawan muslim dalam pelaksanaan ibadah selama perjalanan
- Tidak adanya aktivitas non halal seperti perjudian, minuman alkohol.
- Tersedianya makanan yang halal.
Wisata halal sendiri sudah menjadi trend di luar negeri. Contohnya di Korea Selatan yang menggelar kampanye Muslim Friendly Korea. Kampanye tersebut mengajak para wisatawan muslim dari seluruh negara untuk berkunjung ke Korea. Kemudian di negara China, pemerintahnya juga mendukung pengembangan wisata halal dengan membangun taman hiburan mewah bernuansa Islam di Provinsi Ningxia. Di Kota Beijing terdapat masjid dan restaurant halal yang mendukung wisatawan muslim saat berwisata. Tak mau kalah pemerintah Jepang juga membangun beberapa masjid, memperbanyak restaurant halal, membangun mushola di bandara-bandara, serta tempat penginapan halal.
Bagaimana dengan Indonesia? Indonesia tentu harus mengambil bagian dalam wisata halal mengingat gennya sendiri sebenarnya sudah sangat mendukung wisata halal. Indonesia adalah salah satu negara dengan populasi muslim terbesar. Budaya masyarakatnya juga sudah sesuai dengan karakteristik wisata halal. Pemerintah bahkan sudah sangat mendukung pengembangan wisata halal. Ditambah dengan destinasi wisata daerah yang beraneka ragam, maka Indonesia sudah pasti bisa mengembangan wisata halal.
Apalagi wisata halal Indonesia juga sudah diakui duni saat meraih 3 penghargaan pada World Halal Tourism Award 2015 di Abu Dhabi dan meraih 12 penghargaan di ajang serupa pada tahun 2016. Kemudian Indonesia berada di peringkat ke-3 negara Organisasi Konferensi Islam yang banyak dikunjungi oleh wisatawan Muslim di dunia (MasterCard & CrescentRating tentang ‘‘Global Muslim Travel Index (GMTI) 2017”). Bahkan menurut informasi yang saya baca, Indonesia masuk ke peringkat kedua di tahun 2018 dari hasil Global Muslim Travel Index (GMTI) 2018.
Untuk mendukung wisata halal Indonesia, pemerintah sudah menetapkan destinasi wisata halal yang sudah matang dengan nama Top 5 Muslim Friendly Destination. Kelima destinasi wisata halal Indonesia di antaranya adalah Aceh, Sumatera Barat, Jakarta, Jawa Barat, dan Lombok. Kemudian untuk mendukung itu semua, pemerintah juga menerapkan prinsip wisata halal sesuai dengan kriteria GMTI agar memili standar sertifikasi yang jelas sehingga wisatawan muslim tidak ragu untuk berkunjung ke Indonesia.
Dari semua permasalahan tentang wisata halal, upaya promosi dan branding harus terus dilakukan secara kontinyu. Hal tersebut juga diiringi dengan upaya peningkatan fasilitas pendukung wisata halal dan juga penyiapan kapasitas SDMnya.
Kita selalu warga negara dan juga netizen yang gemar bermedia sosial, juga dapat membantu pengembangan wisata halal ini dengan melakukan promosi melalui media sosial masing-masing yang menyebutkan bahwa Indonesia juga memiliki destinasi wisata halal yang tak kalah dengan negara lainnya.
Acara seminar hari itu berlangsung dengan lancar, ditutup dengan pemberian hadiah bagi para penanya dan pemberian plakat bagi para pembicara. Kemudian para peserta juga dihibur dengan penampilan dari sebuah band yang telah disiapkan oleh panitia.
Terima kasih atas undangan yang telah diberikan oleh pihak HIMAPAR UNAS, semoga HIMAPAR UNAS semakin sukses beserta dengan agenda-agenda selanjutnya.
Jalan-Jalan KeNai says
Saya suka senang kalau ada tulisan perjalanan ke negara yang mayoritas penduduknya non muslim, trus ada informasi tentang kuliner halal. Membantu banget buat siapapun (muslim) yang aan berkunjung ke sana 🙂
evrinasp says
iya mbak myra, saya juga banyak baca dari internet dan temen2 travel blogger untuk referensi
Anjar Sundari says
Wisata halal menjadi daya tarik warga muslim untuk berkunjung ke suatu negara yang non muslim sekalipun karena sudah ada jaminan bahwa pelayanannya sesuai syariat Islam, terutama makanan. Saya pernah membaca banyak warga muslim yang pergi ke LN masalah utama adalah makanan yang meragukan kehalalannya terutama ketika mengunjungi negara non muslim.
Semoga Indonesia sebagai negara muslin terbesar bisa menjadi penyelenggara wisata halal terbaik, melebihi negara-negara lainnya, aamiin :).
evrinasp says
aamiin, iya soalnya kita punya potensi besar dalam pengembangan wisata halal
mrhanafi says
Fuh! ..
Ramai juga yang datang.
nampak sangat meriah juga
evrinasp says
iya alhamdulillah kebanyakan mahasiswa
ardanita says
alhamdulillah , saya pun juga sangat suka kalo lagi di luar negeri yang mayoritas non muslim dan disitu banyak makanan yang halal , karna itu termasuk sangat membantu sekali, khusus nya bagi kita yang muslim.
kalo nemu resto yang ada logo halal nya buru buru aja masuk wkwk
evrinasp says
Iya daripada kelaparan ya haha, pastinya kalo ada label halal bikin hati jadi tenang
jenal aroki wijaya says
wah keren indonesia urutan kedua ada jawa barat nya lagi mudah mudahan cianjur masuk list tersebut heheh makasih mbak
evrinasp says
Dibenahi dulu ya cianjurnya terutama yg bagian selatan ?
jenal aroki wijaya says
insya alloh cianjur selatan mulai berbenah maap kalau boleh bisakah saya mendapat data informasi untuk bisa masuk katagori wisata halal fasilitas apa sja yang harus di siapkan
evrinasp says
Terutama makanan, lokasi destinasi wisata yang menjaga kenyamanan, akses untuk beribadah, itu sih, lebih lengkapnya ada di presentasi saya atau bisa klik website halaltourism
yanda says
Wah terima kasih sudah berbagi pengalamannya kak
evrinasp says
Sama-sama