Last Updated on December 24, 2019 by evrinasp
Postingan ini merupakan lanjutan dari postingan sebelumnya saat melakukan kunjungan kerja ke Thailand. Jika sebelumnya saya membahas dari segi pemerintahnya dalam memajukan sektor pertanian, sekarang dari segi objeknya yaitu pelaku utama alias petani.
Sayangnya, saat saya beserta rombongan menuju lokasi pertanian, kami diajak ke tempat yang memang sudah menjadi bentukan Smart Farmer versi Thailand. Sejujurnya saya juga ingin lihat seperti apa petani konvensional yang masih belum menggunakan teknologi.
Saya sempat melihat memang masih ada petani konvensional. Ada yang sedang membajak sawah dengan menggunakan tractor. Namun karena lahannya datar, si petani terlihat sangat menguasai alat tersebut. Sepintas mirip kok dengan petani yang ada di Indonesia.
Ya sudah, supaya tidak penasaran lagi, mari kita lihat salah satu goal yang ingin dicapai oleh Pemerintah Thailand dalam memajukan sektor pertanian melalui pembentukan Smart Farmer hingga bisa go global.
Baca ini dulu yuk: Cara Pemerintah Thailand Memajukan Sektor Pertanian
Melihat Young Smart Farmer di Res-Q Farm, Usaha Individu yang Merekrut Petani Muda

Pengunjung sedang mendengarkan penjelasan dari Res-Q Farm, saya pikir yang menjelaskan adalah seorang YSF, ternyata dia hanya pemandu farm tersebut
Res-Q Farm merupakan salah satu Young Smart Farmer (YSF) bentukkan dari DOAE. Secara keseluruhan kebun ini mirip dengan P4S (Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pertanian Swadaya) yang sudah ada di Indonesia.
Res-Q Farm ini kepemilikannya individu, di mana sang pemilik mengembangkan aneka hidroponik dengan mengajak petani-petani muda untuk bergabung.
Itulah bedanya antara pengembangan pertanian di Thailand dengan di Indonesia. Pengembangan pertanian di Indonesia lebih ditujukan untuk kelompok sehingga mampu membentuk korporasi. Sedangkan di Thailand, pengembangan individu maupun kelompok dilakukan.
Secara keseluruhan, konsep yang dikembangkan oleh Res-Q Farm sama dengan yang ada di Indonesia yaitu berupa kebun berbetuk agrotourism. Hanya saya kebun ini sudah mengandalkan teknologi solar sel di seluruh sisi kebunnya sehingga termasuk ke dalam pertanian ramah lingkungan dengan menggunakan energy terbarukan.
Sebenarnya saya dan teman penyuluh masih agak ragu dengan keberhasilan YSF ini. Sebab seperti yang saya bilang diawal kalau YSF ini merupakan kepemilikan individu. Sementara para YSF yang ada di sana seperti pekerja yang bekerja di Res-Q Farm tersebut.
Produk yang dihasilkan berupa sayuran hidroponik juga tidak terlihat jelas dipasarkan ke mana atau dipacking seperti apa. Jadi benar-benar hanya terlihat instalasi hidroponiknya untuk belajar. Memang yang membedakan, mereka sudah menggunakan panel surya sebagai sumber energi. Tetapi itu juga bisa dilakukan sebenarnya di Indonesia.
Penggunaan panel surya di Res-Q FarmUntuk di lokasi ini, saya pribadi belum mendapatkan inspirasi sehingga saya tidak bisa cerita banyak mengenai Res-Q Farm apakah benar sudah menjadi YSF atau mungkin hanya dilabelkan YSF saja?.
Inspirasi Smart Farmer Wanita di OTOP Melon Farm
Berbeda dengan lokasi YSF sebelumnya. Untuk lokasi kunjungan kedua ini saya benar-benar mendapatkan inspirasi dan semangat dari sosok Smart Farmer wanita yang mengusahakan melon hidroponik dengan menggunakan Internet of Things (IoT).
Smart Farmer di bawah naungan DOAE ini merupakan sosok yang inspiratif karena merupakan petani wanita yang benar-benar ingin maju dengan memanfaatkan teknologi yang ada.
Dia adalah Mrs. Kheil yang merupakan petani wanita dengan komoditas unggulan buah melon organik. Awalnya Mrs. Kheil ini mengusahakan budidaya melon karena suaminya sangat menyukai buah melon.
Pada tahun 2015 Mrs. Kheil membangun satu buah green house (GH) untuk usaha melonnya. Hingga kini dia sudah memiliki 20 GH dengan konsep agrotourism di lahan seluas 0.6 hektar yang semuanya diperoleh dari hasil budidaya melon.
Dalam perjalanannya melakukan budidaya, Mrs. Kheil bertemu dengan dtac, operator mobile phone melalui fasilitasi DOAE. Setelah melalui rangkaian seleksi, Mrs. Kheil mendapatkan kesempatan menjadi pilot project implementasi IOT dari dtac berupa teknologi dan aplikasi yang mendukung usaha budidaya buah melon.
IOT yang diluncurkan berupa aplikasi cuaca yang sesuai dengan area kondisi budidaya. Dtac membantu memberikan tools yang akan menyelesaikan masalah melalui IT. OTOP Melon farming adalah salah satu kasus dilakukannya implementasi IoT untuk hasil yang lebih baik.
Dtac memiliki hardware untuk membantu budidaya melon di mana sensor hardware terhubung ke aplikasi yang dapat memberikan informasi mengenai tindakan-tindakan yang perlu dilakukan terhadap perubahan agroekosistem.
Setelah satu tahun penggunaan sistem IOT tersebut, Mrs Kheil bisa mengurangi kerusakan tanaman 40% dan mampu menambah income lebih dari 30%. Mrs Kheil hanya cukup menggunakan smartphone saja untuk memantau kondisi agroekosistem di masing-masing GH.

IoT yang digunakan oleh Mrs. Kheil dengan bantuan dtac, membantunya dalam memantau kondisi agroekosistem green house
Inspirasi yang saya peroleh dari sosok Mrs. Kheil adalah bahwa dia bukan merupakan lulusan pertanian. Dia lulusan marketing yang tertarik dengan budidaya melon. Dia berhasil mengemas hasil panennya secara menarik dan berhasil mengemas kebunnya menjadi konsep agro-ecotourism yang bermanfaat dalam sharing tentang dunia pertanian.
Mrs. Kheil tidak hanya menghasilkan buah melon segar yang dijual ke swalayan atau supermarket tertentu. Dia juga melakukan langkah konversi yang memang telah dihimbau oleh pemerintah setempat dengan mengubah buah melon menjadi produk turunan seperti kue melon dan melon smoothies.
Nah, hal lain yang dapat diambil dari sosok Mrs. Kheil adalah meskipun dia sudah berhasil, dia tidak pelit akan ilmu. Mrs. Kheil secara berkala melakukan pembinaan terhadap petani di sekitar agar juga melek akan teknologi. Para ibu taninya pun diajak untuk melakukan kegiatan pengolahan pangan sehingga membantu dalam memberikan wawasan hingga menambah pemasukkan.
Demikian sedikit cerita tentang YSF dan Smart Farmer dari Thailand. Usia mereka memang masih muda sehingga adopsi teknologi sangat mudah diterima oleh kedua sosok tersebut. Di Indonesia juga sudah ada pembentukan sosok YSF dan Smart Famer dengan nama Petani Milenial. Semoga nanti petani milenial Indonesia juga sama suksesnya seperti smart farmer di Thailand.
berharap hasil pertanian indonesia bisa sebagus thailand. aku selalh seneeeeng bgt makan buah2an kalo udh kesana. kmarin aja transit di bangkok, puas2in jajan buah di restoran bandara. :D. ga pernah bosen balik thailand ya krn buah2nya itu 🙂
Iya Yang bikin seneng di Thailand itu buah-buahannya mbak, murah dan enak2
Semoga Indonesia ga akan kalah saing
Aamiin terima kasih
Semoga ilmu-ilmu yang bermanfaat dari pertanian di Thailand, bisa diadopsi juga di Indonesia, biar pertanian Indonesia juga maju.
Apalagi Indonesia tuh kan emang subur.
Iya, sayangnya ditanamin bangunan termasuk ke lahan2 gambut
terimakasih informasinya min
Sami2