• Home
  • About
  • Disclosure
  • Achievement
  • Green Activity
    • Agriculture
    • Environment
    • Forestry
  • Random
    • Advertisement
    • Contest
    • Reportage
    • Review
    • Tip and Tutorial
    • Others

EVRINASP

Menghijaukan Bumi Melalui Tulisan

in Agriculture

Zero Waste Pada Tanaman Padi

Last Updated on August 2, 2017 by evrinasp

zero-waste-tanaman-padi

Tanaman padi selama ini dikenal sebagai tanaman penghasil beras yang merupakan makanan pokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Tanaman ini menjadi program prioritas pemerintah dalam Upsus Pajale atau upaya khusus padi, jagung, dan kedelai dengan target swasembada pangan. Berbagai upaya dilakukan untuk meningkatkan angka tambah tanam terhadap luasan padi setiap harinya. Termasuk upaya agar tidak terjadinya alih fungsi lahan sawah untuk penanaman padi.

Terlepas dari berbagai persoalan tanaman padi, selain gabah yang dapat diambil untuk menjadi beras, ternyata tanaman padi ini menyimpan berbagai macam manfaat lain apabila dilakukan pengolahan lebih lanjut pada beberapa bagiannya. Hasil pengolahan tersebut dapat dimanfaatkan sebagai sumber hara tanaman, sumber diversifikasi pangan hingga dapat diolah menjadi berbagai produk bermanfaat lainnya.

Untuk lebih jelasnya, mari kita lihat manfaat yang dapat diambil dari tanaman padi berdasarkan bagian-bagiannya yang disarikan dari berbagai sumber.

Pemanfaatan Jerami

Jerami merupakan bagian vegetatif dari tanaman padi yang terdiri dari batang, daun dan malai. Dari satu hektar lahan sawah dihasilkan 5-8 ton jerami tergantung dari varietas yang digunakan dan kesuburan tanah saat penanaman [1]. Sayangnya, jerami yang tidak diambil setelah panen padi belum dimanfaatkan secara optimal oleh para petani. Umumnya mereka melakukan pembakaran pada jerami padi untuk mempermudah pengolahan tanah atau membiarkannya saja di pematang tanpa dilakukan pengolahan lebih lanjut. Padahal jika dilakukan pengolahan lebih lanjut, jerami memiliki berbagai macam manfaat, tidak hanya sekedar sebagai sisa buangan hasil panen padi.

zero-waste-tanaman-padi -jerami

1. Jerami sebagai sumber unsur hara

Sebagai sumber unsur hara, jerami dapat dimanfaatkan untuk pupuk organik karena cukup efektif sebagai sumber hara makro yaitu Kalium (K), Silikat (Si) dan Carbon (C), hanya saja tidak efektif apabila diandalkan sebagai sumber Nitrogen (N) dan Phospor (P). Di Indonesia, rata-rata kadar hara jerami padi berada dikisaran 0.4% N, 0.02% P, 1.4% K, dan 5.6% Si. Untuk setiap 1 ton gabah dari pertanaman padi dihasilkan 1,5 ton jerami yang mengandung 9 kg N, 2 kg P, 25 kg K, 2 kg S, 70 kg Si, 6 kg Ca, dan 2 kg Mg [1].

Cara penggunaan jerami sebagai unsur hara dapat dilakukan dengan mencacahnya lalu dibenamkan ke dalam tanah. Membenamkan jerami ke dalam sawah mampu memperbaiki sifat fisik tanah sekaligus sebagai sumber bahan organik tanah. Jerami padi dapat dimanfaatkan lebih lanjut untuk bahan membuat kompos dengan cara mencacahnya menjadi bagian kecil dan mendekomposisikannya dengan mikroba sehingga dapat dimanfaatkan sebagai kompos yang dikembalikan ke dalam areal persawahan atau digunakan pada pertanaman lainnya.

2. Pemanfaatan jerami untuk budidaya tanaman

Selain sebagai sumber unsur hara makro tanaman, jerami padi juga dapat digunakan untuk membantu dalam budidaya tanaman. Jerami dapat digunakan sebagai atap untuk melindungi persemaian dari tempaan air hujan dan sinar matahari, atau dimanfaatkan sebagai mulsa untuk mencegah pertumbuhan gulma.

3. Pemanfaatan jerami untuk peternakan

Jerami pada dapat dimanfaatkan pada bidang peternakan untuk digunakan sebagai alas lantai kandang ternak yang berupa tanah. Alas dari jerami kering ini dihamparkan dengan ketebalan sekitar 5-10 cm. Namun, agar hewan ternak merasa nyaman, maka alas jerami ini perlu dilakukan penggantian apabila kondisinya sudah tidak layak.

Selain itu, jerami padi juga dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak khususnya kerbau dan sapi. Pemanfaatan jerami ini sering dilakukan oleh para peternak saat musim kemarau tiba karena pakan hijau dari rumput dan tanaman lain sednag tidak tersedia.

4. Media tanam jamur

Jerami padi dapat dimanfaatkan sebagai media pertumbuhan jamur merang. Terkadang para petani sengaja membiarkan tumpukan padi di sekitar pematang agar jamur merang dapat tumbuh di atasnya. Menurut masyarakat yang biasa mengambil jamur di atas tumpukan jerami, jamur tersebut enak untuk dikonsumsi. Jika mau dikelola lebih lanjut, jerami dapat dimanfaatkan sebagai media tanam bagi jamur merang, nanti limbahnya dapat dikembalikan kembali ke persawahan sehingga tercipta zero waste pada tanaman padi.

zero-waste-tanaman-padi -jamur

Anak-anak sedang mengambil jamur yang tumbuh di atas jerami

5. Jerami untuk Biofoam

Apabila diolah lebih lanjut dengan menggunakan teknologi canggih, jerami padi dapat dimanfaatkan sebagai sumber selulosa untuk diolah menjadi biofoam. Biofoam merupakan alternatif pembuatan wadah seperti Styrofoam yang lebih ramah lingkungan, sumber bahan baku bersifat renewable, biodegradable, aman bagi kesehatan dan lingkungan, serta dapat diproses menjadi berbagai bentuk [2]. Hadirnya Biofoam menjawab keresahan akan limbah dari styrofoam yang tidak dapat didaur ulang dan berbahaya bagi kesehatan serta lingkungan. Dengan menggunakan biofoam maka dapat meningkatan nilai tambah pada limbah pertanian sekaligus mengurangi dampak negatif terhadap pencemaran lingkungan.

biofoam

Sumber: Slide presentasi milik Dr. Evi Savitri Iriani, Balitbangtan [2]

Pemanfaatan Hasil Penggilingan Gabah

Selain menghasilkan jerami, panen padi juga meninggalkan sisa hasil penggilingan gabah yang sangat potensial untuk dimanfaatkan. Hasil penggilingan padi menyisakan sekam, tepung dedak, dan tepung bekatul yang ternyata memiliki nilai tambah apabila dilakukan pengolahan lebih lanjut.

1. Sekam padi untuk asap cair

Sekam padi adalah salah satu bentuk hasil sisa penggilingan gabah yang ternyata memberikan produksi cukup besar yaitu kurang lebih 15.8 juta ton/tahun [3]. Sekam padi perlu dimanfaatkan dengan memberikan nilai tambah melalui pengolahan lebih lanjut. Salah satu bentuk pemanfaatan padi telah dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan), Kementerian Pertanian dengan membakar sekam padi untuk menghasilkan beberapa bentuk di bawah ini:

  • Asap yang dapat dibuat menjadi asap cair
  • Energi panas untuk pengeringan
  • Abu sekam untuk membuat silica

Asap cair merupakan produk hasil pengembunan dari uap hasil penguraian secara langsung maupun tidak langsung dari bahan-bahan yang banyak mengandung lignin, selulosa, hemiselulosa serta senyawa karbon lainnya melalui proses pirolisis. Sekam padi mengandung beberapa komponen tersebut sehingga dapat diolah menjadi asap cair. Asap cair kemudian dapat dimanfaatkan untuk biopestisida, pendorong pertumbuhan tanaman, pengawet alami untuk kayu atau pangan, penggumpal lateks atau produk karet, dan sebagai bahan perekat [3].

asap-cair

Sumber: slide presentasi milik Hoerudin, SP, MFoodSt, PhD, Balitbangtan [3]

2. Sekam padi untuk pembuatan silika

Selain menghasilkan asap cair, proses pembakaran sekam padi juga menghasilkan silika yang ternyata menghasilkan produksi sebesar 1.58 juta ton/tahun [3]. Silika banyak dimanfaatkan untuk industri pangan, farmasi, kesehatan, logam, elektronik, keramik, gelas, karet, hingga bidang pertanian. Hanya saja untuk mengolah sekam menjadi silika dibutuhkan peralatan yang canggih sehingga tidak dapat dilakukan oleh skala rumah tangga.

Hasil penelitian dari Balitbangtan menyebutkan bahwa silika dapat dimanfaatkan untuk menunjang budidaya tanaman seperti:

  • Dibutuhkan untuk tanaman penyerap silika: padi, jagung, tebu
  • Meningkatkan kekuatan batang padi
  • Meningkatkan ketahanan rumpun padi terhadap kerebahan
  • Meningkatkan ketahanan terhadap hama dan penyakit
  • Meningkatkan jumlah anakan produktif padi
  • Meningkatkan ketahanan terhadap kekeringan (kekurangan air)

3. Tepung Bekatul

Hasil penggilingan gabah menyisakan tepung yang dapat dimanfaatkan menjadi sumber pakan ternak maupun sumber alternatif pangan bagi manusia. Bekatul merupakan hasil sampingan dari penggilingan gabah. Setelah beras dipisahkan dari sekam kemudian dilakukan proses penyosohan. Proses penyosohan dilakukan dua kali, penyosohan pertama menghasilkan dedak dengan tekstur serat yang masih kasar, sedangkan penyosohan kedua menghasilkan bekatul yang bertekstur lebih halus.

Tepung bekatul memiliki manfaat yang sangat baik untuk kesehatan karena mengandung antioksidan, multivitamin dan serat tinggi. Selain itu bermanfaat juga untuk mencegah timbulnya penyakit, meningkatkan daya tahan tubuh dan memperlambat proses penuaan.

Apabila hasil panen padi tidak hanya diambil berasnya saja, namun dimanfaatkan juga bagian lainnya menjadi produk yang memiliki nilai tambah maka zero waste pada tanaman padi dapat dilaksanakan. Mengingat potensinya cukup besar, sudah seharusnya limbah hasil panen dan pengolahan padi dimanfaatkan secara optimal untuk meningkatkan nilai ekonomis dan bermanfaat bagi masyarakat serta lingkungan.

Sumber Informasi:

[1] Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. 2007. Jerami Padi Pengelolaan dan Pemanfaatan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 58hal.

[2] Iriani, E. S. Pemanfaatan Limbah Padi untuk Kemasan Ramah Lingkungan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bahan tayang pelatihan WISMP 2017.

[3] Hoerudin. 2017. Teknologi Pembuatan Asap Cair dan Silika dari Sekam Padi. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bahan tayang pelatihan WISMP 2017.

Hernani. Pengolahan Tepung Bekatul dan Produk Olahan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bahan tayang pelatihan WISMP 2017.

Makarim, A.K dan Sumarno. 2010. Jerami Padi Manfaat dan Kegunaan. PT Balai Pustaka, Jakarta. 86hal.

 

Filed Under: Agriculture Tagged With: asap cair, Bekatul, jerami, padi, silika, tanaman, zero waste

Previous Post: « Pentingnya Konservasi dan Langkah Kecil untuk Kelestarian Alam
Next Post: Cara Membuat Gambar Animasi Gif Melalui Beberapa Alternatif »

Reader Interactions

Comments

  1. Nasirullah Sitam says

    August 3, 2017 at 7:44 am

    Jerami lebih banyak dimanfaatkan warga untuk bahan pembakar batu bata kalau di tempatku ๐Ÿ™‚
    Nyatanya setiap sisa apapun bisa diberdayakan dengan baik jika ada alat dan SDM-nya.

    Reply
    • evrinasp says

      August 7, 2017 at 5:49 pm

      Iya, semoga lebih dioptimalkan lagi pemanfaatannya

      Reply
  2. Ribka Larasati says

    August 3, 2017 at 3:30 pm

    manfaatnya ternyata banyak sekali dan tidak perlu menghasilkan limbah apapun..

    Reply
    • evrinasp says

      August 7, 2017 at 5:43 pm

      Iya mbak, makanya sebisa mungkin dimanfaatkan maksimal

      Reply
  3. wisnutri says

    August 3, 2017 at 8:36 pm

    kalau bapakku habis panen, biasanya jerami sisa langsung didiemin dan selang berapa hari baru dibenamkan di sawah mbak, ngga pakai proses di cacah/di potong-potong dulu. itu manfaatnya sama aja kan ya?

    baru tau kalau dedak sama bekatul itu beda kasta, tak kira sama XD
    oiya, mulsa artinya apaan mbak ev?

    Reply
    • evrinasp says

      August 7, 2017 at 5:43 pm

      Baiknya dicacah sih biar gak terlalu padat dan cepat terurai. Bekatul dan dedak beda banget wisnu, bekatul buat manusia, dedak buat hewan. Mulsa itu lapisan yang digunakan untuk menutup tanah

      Reply
  4. Alma Wahdie says

    August 5, 2017 at 10:38 am

    Semuanya bermanfaat ya, Mbak.
    Wah,,, ngebayangin metik jamur pasti seru. Apalagi pas udah dimasak, dimakan pake nasi anget^^

    Reply
    • evrinasp says

      August 7, 2017 at 5:41 pm

      Iya kata orang2 yang ngambilin jamur itu enak gurih gitu

      Reply
  5. Alris says

    August 28, 2017 at 7:32 pm

    Teknologi untuk pemanfaatan jerami dan sekam perlu dimasyarakatkan kepada petani. Banyak sekali jerami dan sekam padi yang terbuang percuma sehabis panen.

    Jamur merang dari jerami padi memang enak.

    Reply
    • evrinasp says

      September 24, 2017 at 2:54 pm

      Iya, padahal jerami sumber K tinggi

      Reply
  6. suyudi says

    January 20, 2018 at 3:11 pm

    Dari kedua proses untuk menghasilkan asap cair, mengapa perbedaan rendemen berbeda jauh, antara gambar kiri menggunakan drum dengan dibakar langsung pada gundukan sekam. Yaitu kiri rendemen 4-5. Kanan 20-22. Apa karena yg kanan menggunakan tabung pendingin yg lebih baik. Mohon penjelasan. Kami petani yg tertarik menerapkan pertanian ramah lingkungan. Salah satunya dg memanfaatkan sekam padi untuk menghasilkan asap cair sebagai pestisida nabati. Terimakasih

    Reply
    • evrinasp says

      January 23, 2018 at 7:19 am

      Dari gambar ya, itu gambar kanan adalah proses awal pembakaran sekam, nanti asapnya dikondensasi menjadi gambar di kiri sehingga rendemen tentu lebih kecil. Jadi itu merupakan satu kesatuan proses

      Reply
  7. Kalingga Ajeng says

    April 17, 2018 at 3:12 pm

    Semoga penyuluhan mengenai pengolahan hasil dari bagian tanaman lainnya dapat digalakkan kepada para petani untuk meningkatkan produktivitas dan pendapatan mereka. Pemberdayaan petani mengenai pemanfaatan hal-hal tersebut tentunya sangat membantu dan dapat dijadikan sebuah peluang bisnis baru yang Insya Allah akan menjanjikan. Tani jaya !!!

    Reply
    • evrinasp says

      April 22, 2018 at 6:54 am

      terima kasih, sukses terus untuk pertanian Indonesia

      Reply

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Primary Sidebar

evrina-profile

I am Evrina, an agriculture extension officer, blogger, and hiker.

More about me...

Categories

  • Advertisement
  • Agriculture
  • Contest
  • Environment
  • Forestry
  • Others
  • Reportage
  • Review
  • Tip and Tutorial

Eco Blog 2024

Evventure Blog

Download Aplikasi Kios Gapoktan

kios gapoktan

Archives

2025

  • + May (1)

2024

  • + September (1)
  • + June (1)
  • + March (2)
  • + January (1)

2023

  • + December (2)
  • + November (1)
  • + October (2)
  • + September (3)
  • + July (2)

2022

  • + December (1)
  • + November (1)
  • + September (1)
  • + June (2)
  • + March (3)
  • + January (1)

2021

  • + December (4)
  • + November (1)
  • + October (2)
  • + September (1)
  • + August (4)
  • + July (4)
  • + June (4)
  • + April (2)
  • + March (2)
  • + February (2)

2020

  • + December (2)
  • + October (3)
  • + September (3)
  • + August (2)
  • + July (2)
  • + June (2)
  • + May (6)
  • + April (3)
  • + March (1)
  • + February (1)
  • + January (2)

2019

  • + November (2)
  • + October (5)
  • + September (6)
  • + August (4)
  • + July (1)
  • + June (2)
  • + May (1)
  • + March (3)
  • + February (3)
  • + January (2)

2018

  • + December (4)
  • + November (2)
  • + October (4)
  • + September (6)
  • + August (3)
  • + July (2)
  • + June (3)
  • + May (2)
  • + April (3)
  • + March (5)
  • + February (4)
  • + January (5)

2017

  • + December (5)
  • + November (5)
  • + October (2)
  • + August (5)
  • + July (5)
  • + June (7)
  • + May (11)
  • + April (8)
  • + March (6)
  • + February (8)
  • + January (6)

2016

  • + December (8)
  • + November (10)
  • + October (8)
  • + September (13)
  • + August (9)
  • + July (5)
  • + June (9)
  • + May (4)
  • + April (10)
  • + March (9)
  • + February (15)
  • + January (8)

2015

  • + December (12)
  • + November (12)
  • + October (22)
  • + September (21)
  • + August (10)
  • + July (21)
  • + June (16)
  • + May (4)
  • + April (5)
  • + March (2)
  • + February (2)
  • + January (4)

2014

  • + December (3)
  • + November (1)
  • + October (4)
  • + September (2)
  • + August (2)

Quote

Man hasuna dhannuhu thaba aisyuhu. | Siapa yg baik prasangkanya, akan baik pula hidupnya

— Syair Arab

Footer

  • Facebook
  • Instagram
  • Twitter
  • YouTube

Copyright © 2025 · Market theme by Restored 316