• Home
  • About
  • Disclosure
  • Achievement
  • Green Activity
    • Agriculture
    • Environment
    • Forestry
  • Random
    • Advertisement
    • Contest
    • Reportage
    • Review
    • Tip and Tutorial
    • Others

EVRINASP

Menghijaukan Bumi Melalui Tulisan

in Agriculture

Berhasilkah Indonesia Menjadi Raja Pangan di Dunia?

Last Updated on September 27, 2016 by evrinasp




pangan

Assalamualaykum para pembaca blog Evrina!

Sebenarnya meski orang mengenal saya sebagai blogger ekonomi dan investasi yang gondrong, dunia pertanian nggak pernah jauh dari kehidupan saya. Kakek nenek yang ada di pedesaan sudah sejak lama mengenalkan sawah, kebun, dan segala isinya. Namun karena dasarnya matre, ya jadinya kecenderungan lebih sering ngomongin duit.

Dalam beberapa kesempatan ke daerah-daerah, sering sekali saya tanyakan tentang kondisi pertanian setempat terutama padi. Meski enggak semua provinsi di Indonesia menggunakan padi sebagai makanan pokoknya, tidak bisa dipungkiri perekonomian kita sangat tergantung dari perut yang ujung-ujungnya ke masalah nasi.

Coba deh berandai-andai, jika  dalam sebulan BBM nggak disuplai, negeri ini akan ricuh, tapi butuh waktu sampai kericuhan itu terjadi. Nah seandainya yang di stop adalah nasi? Dijamin nggak butuh waktu lama sampai negeri yang terkenal dengan sebutan “gemah ripah loh jinawi”  ini kacau balau.

Benarkah kekurangan SDM di Bidang Pertanian?

Sayang seribu sayang, salah satu keluhan yang paling sering saya dengar dari teman-teman di pemerintah daerah itu begini:

“Begini Mas, tanah disini sebenarnya bagus. Tapi pemudanya sungkan untuk bertani, mereka lebih memilih menjadi buruh pabrik. Lebih keren katanya. Jadilah orang-orang tua yang meneruskan pertanian disini.”

Tulisan ini nggak akan menyalahkan siapapun, baik si pemuda, pemerintah daerah, pemerintah pusat, atau manapun. Tapi ayok coba kita telaah bareng-bareng, kita mulai dari keluhan kawan tadi. Benar nggak sih jumlah orang yang menggarap sawah itu berkurang dari tahun ke tahun.

pangan

Sebenarnya jumlah petani nggak turun banyak banyak banget sih, bisa dibilang masih produktif dan mencukupi kebutuhan kita semua. Dilihat dari sisi lahan garapan si padi ini juga meningkat meski tidak signifikan, walaupun terjadi perubahan iklim perekonomian yang cenderung industrialisasi sebagai bentuk modernisasi.

Terlebih lagi kita wajib takjub dengan terjaganya jumlah lahan. Memang jika kita telusuri lebih jauh, hal ini disebabkan munculnya daerah-daerah pertanian baru seperti Bangka Belitung, Maluku Utara, dan Papua Barat.

Secara realitas akan sulit untuk menjadi raja pangan dunia, sebabnya pertumbuhan penduduk jauh lebih cepat daripada pertumbuhan lahan maupun petani. Saya nggak akan nyuruh Anda ber-KB, malah minta kalian beranak pinak biar SDM nya makin banyak.

Tapi dari obrolan tadi, kita layak optimis loh! Paling tidak, Indonesia nggak akan kekurangan nasi jika bisa menjaga kesejahteraan petani dan jumlah lahan. Untuk menggenjot peningkatan produksi, bisa diakalin dengan menggunakan teknologi terbarukan.

Impor Beras

Tapi, di TV kok kita harus impor beras terus?

Pertanyaan itu juga sering banget muncul di kepala, ternyata sudah nggak ngomongin masalah agrikultur doang, tetapi sudah masuk ke area perekonomian bangsa dan negara. Baaah!!

Jadi begini saudaraku, ternyata yang namanya impor beras itu perlu dilakukan untuk menjaga harga bahan pangan stabil. Kalau pun naik, ya tidak akan signifikan. Sehingga dengan adanya kebijakan impor dari pemerintah, masyarakat luas tidak akan mengeluh dan terkaget-kaget dengan kenaikan harga si butir nasi.

Trus si petani dapat duit sedikit dong?

Muncul lagi pertanyaan ini. Well, sekarang Bulog memang membeli gabah lebih murah daripada tempat penggilingan padi atau rice mills. Namun, tidak ada larangan yang memaksa petani untuk menjual gabahnya dengan harga yang lebih tinggi daripada Bulog. Dengan demikian si petani bisa menjual gabahnya ke rice mills, dan memang praktik itu kadang terjadi sekarang ini.

Jadi kalau menurut saya sih, dengan adanya beberapa opsi tadi tidak akan merugikan petani. Yang harus diperhatikan justru penanggulangan hama yang kerap merusak jadwal panen ataupun maintenance tingkat kesuburan tanah. Dan itu tidak mudah, karena biaya investasi teknologinya cukup tinggi.

Dengan dana APBN 2016 yang cukup kecil dibandingkan bidang perumahan rakyat misalnya, maka inovasi teknologi perlu pikiran ekstra. Nggak ada salahnya juga untuk mengajak mahasiswa-mahasiswa pertanian, toh trend sekarang para mahasiswa ini sangat kreatif ketika meng-create sesuatu. Siapa tahu dengan bantuan mereka, akan ketemu solusi-solusi sederhana untuk menjawab pertanyaan yang luar biasa.

Nampaknya segitu dulu ya obrolan dari saya, satu hal yang saya salut dari Mba Evrina ini karena beliau adalah blogger agrikultural. Sangat langka! Majulah Indonesia, majulah perut rakyatnya!

Wassalamualaykum pembaca blog Evrina…

Biografi Penulis

Andhika Diskartes,

Ekonom dan investor gondrong dari diskartes.com jadwalnya kalau siang bekerja di Kemenkeu, sore nutup portofolio saham atau forex, dan malam nongkrong di kafe buat kenalan sama gadis-gadis.


Hai teman-teman, ini merupakan guest post dari sahabat saya Andhika, thanks to Andika yang sudah berkenan untuk membantu saya meng-update blog. Andhika bercerita tentang kemungkinan Indonesia menjadi raja pangan dunia. Menurut teman-teman mungkin tidak? Bagi saya sendiri bisa iya bisa tidak, iya kalau semua faktor (lahan, teknologi, kebijakan, regulasi dan SDM) mendukung, dan tidak kalau pertanian masih saja menjadi sektor yang belum diprioritaskan. Masalahnya sektor pertanian ini berhubungan dengan makhluk hidup (tanaman, ternak) dan juga iklim yang sulit untuk dikendalikan. Tetapi kita tidak boleh pesimis juga, karena ada tenaga-tenaga ahli termasuk mahasiswa yang dapat kita libatkan demi kemajuan pertanian, seperti yang disampaikan oleh Andhika.

Mengenai SDM bidang pertanian, memang di wilayah saya sendiri sulit untuk menemukan regenerasi, jarang sekali anak muda yang terlibat untuk terjun ke lahan langsung. Saya sampai berpikir bagaimana nasibnya pertanian nanti kalau regenerasinya kurang. Tapi teman-teman tidak usah terlalu memikirkan, biar kami-kami saja yang memang sudah menjadi tugasnya untuk memotivasi bapak ibu petani agar terus berkiprah di pertanian. Doakan saja semoga bapak ibu petani kita selalu sejahtera meskipun harga turun naik agar mereka tetap semangat menjadi pahlawan ketahanan pangan bagi kita semua. Mungkin itu sedikit komentar dari saya, kalau kepanjangan nanti malah jadi postingan tersendiri hehe. Sekali lagi terimakasih ya Andhika.

 

Filed Under: Agriculture Tagged With: pangan, pertanian, petani

Previous Post: « Belajar Agroindustri di Kebun Sunpride
Next Post: Milo Champ Squad, Sahabat Ibu untuk Pantau Aktifitas dan Nutrisi Anak »

Reader Interactions

Comments

  1. Andhika says

    September 26, 2016 at 9:32 pm

    Ahaaaiy, maaf baru bisa komen nih… thanks Mba uda dimuat..
    Sebuah kebanggaan tersendiri..
    😀

    Reply
    • evrinasp says

      September 27, 2016 at 6:24 am

      sama2 dhika, thank ya sudah jadi guest post dimarih :p

      Reply
  2. Anne Adzkia says

    September 26, 2016 at 9:32 pm

    Ooh jadi impor beras itu sebenernya menolong ya? Selama ini aku ikut aja dgn anggapan orang bahwa impor itu merugikan petani kita.

    Reply
    • evrinasp says

      September 27, 2016 at 6:21 am

      mmmm pegimana ya, untuk menjaga stabilitas harga pangan di seluruh wilayah stok impor memang diperlukan, cuma ya itu, yang tadinya harga bisa didapat lebih tinggi untuk petani jadinya stabil lagi atau normal lagi

      Reply
  3. adi nugroho says

    September 27, 2016 at 2:58 am

    bagus tulisannya… sederhana tapi mengena…
    Semoga sejahtera masyarakat kita….

    Lam kenal dari klaten

    Reply
    • evrinasp says

      September 27, 2016 at 6:20 am

      aamiin, wah ada luhkan teladan, welcome to my blog ya

      Reply
  4. Lidha Maul says

    September 27, 2016 at 7:00 am

    pengen juga serius jadi blogger di bidang nanem-nanem, kalau di luar negeri udah banyak banget.

    Eh, pantesan di awal bingung kok teh Eh blogger gondrong oh ternyata…..dia

    Reply
    • evrinasp says

      September 27, 2016 at 5:53 pm

      iya andhika guest untuk blog post ku, kalo mau jadi guest di aku juga bisa, hayuuu atuh ikut menyebarkan cinta menanam, itu udah bagus namanya bulir jeruk

      Reply
  5. Ery Udya says

    September 27, 2016 at 7:09 am

    Sekarang yg ada, lahan kian sempit. Apalagi banyak pengembang yg menjadikan sawah jadi perumahan 🙁

    Dah gitu, nyari pupuk, di daerah kami masih sedikit kesulitan.

    Reply
    • evrinasp says

      September 27, 2016 at 5:58 pm

      pupuk sulit diperoleh ya di sana? biasanya kiosnya memang dekat dengan kecamatan jadi agak jauh dari lokasi penanaman, kalo mau dikoordinir dengan kelompok untuk pengambilannya

      Reply
  6. Inayah says

    September 27, 2016 at 12:52 pm

    Lahan pertanian di jawa makin sempit…duhh

    Reply
    • evrinasp says

      September 27, 2016 at 6:03 pm

      iyah, banyak manusia soalnya yang berkembang

      Reply
  7. Uci says

    September 27, 2016 at 9:02 pm

    Alhamdulillah mba ev kalo ada lagan pertanian baru yaa mba, seperti yg ditulis di atas. Berarti petani kita masih banyak..
    Mba ev keren blogger agriculture

    Reply
    • evrinasp says

      October 2, 2016 at 6:44 am

      lahhh, aku blogger apa aja kok hehe, kebetulan kuliahnya di pertanian dulu teh

      Reply
  8. Rumah says

    September 28, 2016 at 12:03 am

    Semoga aja Indonesia benar-benar menjadi raja pangan dunia, walaupun ini sulit diwujudkan,,

    Reply
    • evrinasp says

      October 2, 2016 at 6:42 am

      aamiin, iya semoga ya asal jangan putus harapan

      Reply
  9. Adelina Tampubolon says

    September 28, 2016 at 1:28 pm

    suka bangat lihat kolaborasi Evrina dan Dhika dalam memuat tulisan seperti ini. satu dari sisi keuangan dan satu dari sisi agrikultur.

    semoga kesejahteraan petani meningkat dan pertanian kita maju yach.

    Reply
    • evrinasp says

      October 2, 2016 at 6:40 am

      aamiin, makasih mbak, ini dhika yang punya ide, aku cuma kasih komentar dikit aja kok

      Reply
  10. lia lathifa says

    September 28, 2016 at 1:38 pm

    Iya miris ya lahan padi makin langka berubah jd property.. andai di sekolah digalakkan lagi bangga jadi petani, mdh2an Indonesia bisa jadi Raja beras di negeri sendiri.

    Reply
    • evrinasp says

      October 2, 2016 at 6:36 am

      aamiin semoga ya mbak, tidak pernah putus harapan untuk menentramkan bumi

      Reply
  11. indah nuria says

    September 28, 2016 at 5:09 pm

    interesting book indeed..banyak pertanyaan mengelitik yang sering mampir when it comes to ketahanan pangan Indonesia

    Reply
    • evrinasp says

      October 2, 2016 at 6:31 am

      iya mbakkk, begitulah, itu menjadi PR besar

      Reply
  12. dikatama says

    October 1, 2016 at 6:22 pm

    Sekarang di Desa anak petani sudah ngga mau jadi petani mba :v
    Harus sekolah sampai tingkat tinggi.

    Reply
    • evrinasp says

      October 2, 2016 at 6:14 am

      iya, paling enggak usaha agribisnis lah, jadi petani berdasi

      Reply
  13. herva yulyanti says

    October 3, 2016 at 10:50 am

    Berhasil atau tidaknya menjadi raja pangan saya sepakat dengan mba Ev, semoga mba dan profesional dalam bidang ini senantiasa optimal demi memotivasi para petani dalam pertanian. Semangat dan sukses mba ^^

    Reply
    • evrinasp says

      October 4, 2016 at 8:42 pm

      aamiin terimakasih mbak, saya mah tak perlu dicontoh, masih turun naik semangatnya

      Reply
  14. Hidup mulia says

    October 10, 2016 at 9:31 pm

    Saya tinggal di Bogor jawa barat? dari artikel di atas saya menjawab. Indonesia gagal menjadi raja pangan di dunia. karena di wilayah saya tinggal sawah-sawah menjadi bangunan yang dilapisi tembok baja.

    Reply
    • evrinasp says

      October 11, 2016 at 6:29 pm

      iya begitulah, Bogor soalnya jadi kota penyangga, kena arus urbanisasi

      Reply
  15. satriabajahitam says

    October 11, 2016 at 8:04 am

    Wa’alaykumussalaam. Ma syaa Allah informatif dan ‘intelek’ sekali, mbak. Sebagai seorang pemuda, saya merasa tersentil dengan kutipan paling pertama di atas. Rasa-rasanya memang, petani hari ini dipandang sebelah mata.

    Btw, saya santri dari Pesantren Sintesa yang tujuannya juga ‘reboisasi’ pemuda. Minta do’anya, mbak, barangkali model belajar mengajarnya bisa sedikit memberikan kontribusi untuk bangsa. Aamiin.

    Reply
    • evrinasp says

      October 11, 2016 at 5:57 pm

      Aamiin ya Rabb, wuihh keren ada anak muda yang bersemangat untuk membangun bangsa, lanjutkan ya, kereeen, pasti bisa, salut sama anak2 muda yang mau berbakti untuk negara

      Reply
  16. Faris says

    October 12, 2016 at 7:44 am

    Harus, Indonesia harus bisa. Dengan aset alamnya yang melimpah, kenapa tidak?

    Reply
    • evrinasp says

      October 13, 2016 at 7:02 pm

      iya, asalkan semua bisa terintegrasi, bersatu, kalau coba sebagian-sebagian ya susah sekali

      Reply
  17. Nathalia DP says

    October 12, 2016 at 11:14 am

    Sebelah komplek saya tdny sawah, enak klo pagi dan sore nongkrong di balkon, pemandangannya sawah atau petani yg lg panem… skarang udah berubah jd perumahan jg…

    Reply
    • evrinasp says

      October 13, 2016 at 6:50 pm

      haduh sedih, kalah deh sawah dengan pengembang

      Reply
  18. ipanema indonesia says

    November 2, 2016 at 9:48 am

    artikelnya bermanfaat banget, semoga jadi blogger yang sukses lagi !

    Reply
    • evrinasp says

      November 3, 2016 at 5:44 am

      sippp semangat menulis

      Reply

Trackbacks

  1. Bekatul Sebagai Pangan Alternatif untuk DIversivikasi Pangan says:
    June 1, 2017 at 4:31 am

    […] Beberapa waktu yang lalu saya mengikuti sebuah pelatihan pengolahan pasca panen padi. Dalam pelatihan tersebut saya mendapatkan tambahan wawasan bahwa limbah hasil pengolahan padi bisa diolah hingga zero waste. Salah satu bentuk olahannya bahkan dapat dikonsumsi untuk pangan manusia yang bernilai gizi tinggi yaitu Bekatul. Hasil sampingan pada penggilingan padi tersebut menjadi salah satu sumber pangan alternatif yang dapat mendukung diversifikasi pangan untuk mencapai ketahanan pangan. […]

    Reply

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Primary Sidebar

evrina-profile

I am Evrina, an agriculture extension officer, blogger, and hiker.

More about me...

Categories

  • Advertisement
  • Agriculture
  • Contest
  • Environment
  • Forestry
  • Others
  • Reportage
  • Review
  • Tip and Tutorial

Eco Blog 2024

Evventure Blog

Download Aplikasi Kios Gapoktan

kios gapoktan

Archives

2025

  • + July (2)
  • + June (1)
  • + May (1)

2024

  • + September (1)
  • + June (1)
  • + March (2)
  • + January (1)

2023

  • + December (2)
  • + November (1)
  • + October (2)
  • + September (3)
  • + July (2)

2022

  • + December (1)
  • + November (1)
  • + September (1)
  • + June (2)
  • + March (3)
  • + January (1)

2021

  • + December (4)
  • + November (1)
  • + October (2)
  • + September (1)
  • + August (4)
  • + July (4)
  • + June (4)
  • + April (2)
  • + March (2)
  • + February (2)

2020

  • + December (2)
  • + October (3)
  • + September (3)
  • + August (2)
  • + July (2)
  • + June (2)
  • + May (6)
  • + April (3)
  • + March (1)
  • + February (1)
  • + January (2)

2019

  • + November (2)
  • + October (5)
  • + September (6)
  • + August (4)
  • + July (1)
  • + June (2)
  • + May (1)
  • + March (3)
  • + February (3)
  • + January (2)

2018

  • + December (4)
  • + November (2)
  • + October (4)
  • + September (6)
  • + August (3)
  • + July (2)
  • + June (3)
  • + May (2)
  • + April (3)
  • + March (5)
  • + February (4)
  • + January (5)

2017

  • + December (5)
  • + November (5)
  • + October (2)
  • + August (5)
  • + July (5)
  • + June (7)
  • + May (11)
  • + April (8)
  • + March (6)
  • + February (8)
  • + January (6)

2016

  • + December (8)
  • + November (10)
  • + October (8)
  • + September (13)
  • + August (9)
  • + July (5)
  • + June (9)
  • + May (4)
  • + April (10)
  • + March (9)
  • + February (15)
  • + January (8)

2015

  • + December (12)
  • + November (12)
  • + October (22)
  • + September (21)
  • + August (10)
  • + July (21)
  • + June (16)
  • + May (4)
  • + April (5)
  • + March (2)
  • + February (2)
  • + January (4)

2014

  • + December (3)
  • + November (1)
  • + October (4)
  • + September (2)
  • + August (2)

Quote

Siapa yg sedikit kejujurannya, sedikit pula temannya. | man qalla shidquhu qalla shadiquhu

— #mahfuzhat

Footer

  • Facebook
  • Instagram
  • Twitter
  • YouTube

Copyright © 2025 · Market theme by Restored 316